4
resiko seperti hyperuricemia, batu ginjal urea, batu ginjal oksalat, dan menghambat absorbsi vitamin B
12
. Maka untuk mengetahui kualitas sediaan injeksi pemutih kulit perlu dilakukan penetapan kadar asam askorbat yang
merupakan zat aktif dari sediaan injeksi tersebut dengan metode analisis yang valid. Menurut Farmakope Indonesia V 2015, sediaan injeksi asam askorbat
mengandung asam askorbat C
6
H
8
O
6
tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 110,0 dari yang tertulis pada label kemasan.
Sejauh pengetahuan peneliti, meskipun telah banyak penelitian mengenai asam askorbat tetapi belum terdapat penelitian yang menggunakan sampel sediaan
farmasetis injeksi asam askorbat sebagai pemutih kulit. Penelitian yang dilakukan peneliti adalah menetapkan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi
pemutih kulit merek ―X‖ secara kromatografi cair kinerja tinggi KCKT fase terbalik dengan fase gerak campuran metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 40 : 60
dengan kecepatan alir 0,9 mLmin.
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah di atas, dapat disampaikan perumusan masalah sebagai berikut:
a. Berapakah kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi pemutih kulit
merek ―X‖? b.
Apakah kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi pemutih kulit merek ―X‖ sesuai dengan kadar yang tercantum pada label kemasan?
5
2. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran literatur yang telah dilakukan, diperoleh jurnal berjudul ―Methods for Simultaneous Determination of Ascorbic and
Dehydroascorbic Acids ‖ oleh Novakova, Solich, dan Solichova 2008 yang
menyajikan review berbagai mekanisme separasi, metode deteksi, dan pengaruh stabilitas senyawa asam askorbat untuk determinasi asam askorbat
dan dehydroascorbic acid. Penelitian lain mengenai asam askorbat dengan judul ―Stability of Ascorbic Acid in Aqueous and Aqueous-Organic Solutions
for Quantitative Determination ‖ dilakukan oleh Golubitskii dkk. 2007
untuk menganalisis sediaan farmasetis anticatarrhal. Penelitian ini menggunakan kolom Symmetry C18 reversed-phase adsorbent Waters, fase
gerak berupa campuran asetonitril dan 0,025 M bufer fosfat pH 3,0 1 : 9 dan deteksi pada panjang gelombang 244 nm. Determinasi asam askorbat
menggunakan KCKT juga pernah dilakukan Gazdik dkk., 2008 untuk sediaan farmasetis dan buah. Penelitian tersebut menggunakan kolom
Metachem Polaris C
18
A reversed-phase, 0,09 tri-fluoro-acetic acid : asetonitril 3 : 97 dengan laju alir 0,13 mLmin.
Terdapat penelitian mengenai sediaan pemutih kulit dengan judul ―Simultaneous Determination of Five Whitening Agents by Ion-Pair
Reversed-Phase High Perfomance Liquid Chromatography ‖ oleh Wang dkk.
2011. Penelitian tersebut menggunakan kolom Inertsil ODS-3V, fase gerak berupa campuran asetonitril : larutan bufer campuran 50 mM sodium
phosphate monobasic dihydrate dan 2 mM n-heksadesiltrimetil amonium PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
bromida elusi secara gradien 1 : 99, 70 : 30, dan 1 : 99 vv dengan kecepatan alir fase gerak 1,0 mLmenit dan deteksi pada panjang gelombang
270 nm untuk menganalisis sediaan kosmetik lotion dan krim pemutih kulit. Penelitian mengenai agen pemutih kulit juga dilakukan oleh Thongchai dkk.
2007 dengan judul ―High-Perfomance Liquid Chromatographic Determination of Arbutin in Skin-Whitening Creams and Medicinal Plant
Extracts ‖ menggunakan kolom ODS Hypersil
®
C
18
, fase gerak campuran air : metanol : 0,1 M hydrochloric acid 89 : 10 : 1, vv, dan kecepatan alir fase
gerak 1,0 mLmenit dan deteksi pada panjang gelombang 222 nm. Sejauh penelitian penulis, penetapan kadar asam askorbat dalam
sediaan larutan injeksi obat pemutih kulit merek ―X‖ dengan menggunakan
metode KCKT fase terbalik belum pernah dilakukan, sehingga dapat dilakukan penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat
pemutih kulit merk ―X‖.
3. Manfaat Penelitian