24
Gambar 8. Mekanisme sederhana pemisahan komponen sampel di dalam kolom Snyder dkk., 2010.
e. Detektor
Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu detektor universal mendeteksi zat secara umum, tidak spesifik, dan tidak
selektif dan detektor spesifik yang dapat mendeteksi analit secara spesifik dan selektif. Contoh detektor universal antara lain detektor indeks bias dan
detektor spektrometri massa; sedangkan detektor spesifik contohnya adalah detektor UV-Visibel, detektor fluorosensi, dan detektor elektrokimia Gandjar
dan Rohman, 2007. Detektor dengan sensitivitas yang tinggi sangat diperlukan pada KCKT dan yang paling banyak digunakan adalah detektor
ultraviolet. Detektor ini sensitif terhadap banyak jenis senyawa organik, tidak sensitif terhadap suhu, relatif murah, dan dapat digunakan elusi secara
gradien. Tentunya detektor ini tidak dapat digunakan apabila pelarut yang digunakan memiliki serapan yang signifikan pada rentang panjang gelombang
UV Christian, 2004.
2. Fase Gerak
Fase gerak merupakan faktor penting pada analisis secara KCKT, sebab fase gerak berinteraksi secara langsung dengan sampel dan memiliki
25
pengaruh yang signifikan pada hasil pemisahan Castro, Azeredo, Azeredo, and Sampaio, 2006. Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran
pelarut yang dapat bercampur dimana secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi daya elusi dan
resolusi antara lain polaritas fase gerak, polaritas fase diam, dan sifat komponen sampel Gandjar dan Rohman, 2007. Pertimbangan dalam
pemilihan fase gerak salah satunya adalah kompatibilitas antar pelarut yang perlu diperhatikan agar komponen fase gerak dapat bercampur dengan baik.
Campuran fase gerak juga harus dapat digunakan untuk melarutkan analit dengan baik karena apabila analit tidak terlarut sempurna pada fase gerak
yang digunakan, maka analit akan mengendap ketika proses penginjekan dilakukan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah solubilitas sampel,
polaritas, transmisi cahaya, viskositas, dan pH. Sebagian besar senyawa obat yang berada di pasaran dapat terionisasi pada pH tertentu, sehingga
diperlukan pengaturan pH pada fase gerak untuk mempertahankan kondisi pH fase gerak yang membawa analit agar analit tetap dalam bentuk molekulnya
sampai detektor. Pengaturan pH dapat dilakukan dengan menggunakan larutan bufer dalam komponen penyusun fase gerak. Hal yang perlu
diperhatikan ketika menggunakan bufer adalah tingkat kelarutan bufer dalam pelarut yang digunakan karena pemilihan jenis bufer yang salah akan
mengakibatkan mengendap atau terpisahnya komponen bufer dalam fase gerak Kazakevich and Lobrutto, 2007.
26
Kondisi pemisahan kromatografi cair-cair dapat diatur dengan variasi fase gerak dengan mengatur kekuatan pelarutsolvent strength. Pada
KCKT fase terbalik kekuatan pelarut ini tergantung pada pelarut organik yang disebut juga modifier Christian, 2004. Fase gerak yang sering digunakan
pada KCKT fase terbalik adalah campuran metanol dan asetonitril dengan air atau dengan larutan bufer Gandjar dan Rohman., 2007. Kekuatan pelarut
merupakan total seluruh jenis interaksi molekular yang terjadi antara lain dispersi, orientasi, dan ikatan hidrogen. Kekuatan pelarut akan semakin tinggi
saat terdapat interaksi yang baik antara pelarut dan analit Wilard, Merritt, Dean, and Settle, 1988.
Setiap fase gerak memiliki nilai panjang gelombang UV cut-off yang berbeda-beda. Nilai UV cut-off merupakan panjang gelombang dimana
pelarut akan memberikan absorbansi lebih dari satu satuan absorbansi. Hal ini sangat penting terutama bila pada sistem KCKT menggunakan detektor UV-
Vis atau detektor fluorometri. Sangat dianjurkan untuk menghindari penggunaan pelarut yang memiliki panjang gelombang UV cut-off yang mirip
dengan panjang gelombang deteksi Gandjar dan Rohman, 2007.
3. Fase Diam