Dasar dan Tujuan Politik Luar Negeri RI
                                                                                Implementasi Kebijakan Luar Negeri
100
-meskipun mencakup berbagai aspek di dalam diplomasi, tidak satu definisi pun dianggap cukup komprehensif.
Sir Emest Satow 1962:1, memberikan definisi diplomasi sebagai berikut: Diplomasi adalah penggunaan dari
kecerdasan  dan  kebijaksanaan  untuk  melakukan hubungan  resmi  antara  pemerintah  negara-negara
merdeka, kadang-kadang juga dilakukan dalam hubungan- nya dengan negara-negara pengikutnya, atau lebih
singkatnya lagi, pelaksanaan urusan tersebut dilakukan antarnegara dengan cara damai.
Banyak  penulis  hanya  memberikan  batasan dan arti diplomasi secara sendiri-sendiri, sehingga di
antara mereka masih belum ada keseragaman. Akibat- nya, pemakaian perkataan diplomasi dapat mempunyai
arti yang berbeda-beda menurut penggunaannya:  ada yang menyamakan kata itu dengan politik luar
negeri, misalnya jika dikatakan diplomasi RI di Afrika perlu ditingkatkan;
 diplomasi  dapat  pula  diartikan  sebagai  perun- dingan seperti sering dinyatakan bahwa masalah
Timur Tengah hanya dapat diselesaikan melalui diplomasi.  Jadi,  perkataan  diplomasi  di  sini  meru-
pakan  satu-satunya  mekanisme  yaitu  melalui perundingan;
 dapat  pula  diplomasi  diartikan  sebagai  dinas luar negeri seperti dalam ungkapan: “selama ini
ia bekerja untuk diplomasi;  ada juga yang menggunakan secara kiasan seperti
dalam pandai berdiplomasi yang berarti  pandai bersilat lidah Sumaryo Suryo Kusumo, 1995:2.
Diplomasi merupakan suatu cara komunikasi yang dilakukan antara berbagai pihak, termasuk negosiasi
antara wakil-wakil yang sudah diakui. Praktik taktik
101
negara semacam itu sudah melembaga sejak dulu dan kemudian  menjelma  sebagai  aturan-aturan  hukum
internasional Ian Brounlie, 1979:345. Dengan demikian, diplomasi juga merupakan cara-cara yang dilakukan
oleh pemerintah suatu negara untuk mencapai tujuan- nya dan memperoleh dukungan mengenai prinsip-prinsip
yang diambilnya. Itu juga merupakan suatu proses politik untuk membina kebijakan luar negeri yang dianut
dan ditujukan untuk mempengaruhi kebijakan dan sikap pemerintah negara lain. Di samping itu, diplomasi juga
dianggap sebagai pengetahuan, mutu, dan kepandaian untuk membendung dan mengurangi adanya konflik
internasional yang terjadi.
Menurut Brounlie, diplomasi merupakan setiap cara yang diambil untuk mengadakan dan membina
hubungan  dan  berkomunikasi  satu  sama  lain,  atau melaksanakan transaksi politik maupun hukum yang
dalam  setiap  hal  dilakukan  melalui  wakil-wakilnya yang mendapatkan otorisasi 1979:345. Diplomasi pada
hakikatnya juga merupakan negosiasi dan hubungan antarnegara  yang  dilakukan  oleh  pejabat-pejabat
pemerintah, untuk itu diperlukan suatu seni dan kemam- puan serta kepandaian untuk mempengaruhi seseorang
sehingga dapat tercapai tujuannya. Kemampuan untuk berunding itu harus dilakukan secara maksimal agar
dapat dicapai hasil yang maksimal pula dalam suatu sistem politik, di mana suatu perang bisa terjadi.
Dari batasan-batasan tersebut di atas, kiranya dapat dilihat pendapat Barston 1977:1, yang menyata-
kan  bahwa  diplomasi  itu  menyangkut  pengelolaan dari hubungan antarnegara termasuk hubungan negara-
negara  dengan  pelaku-pelaku  lainnya.  Dari  aspek diplomasinya, maka diplomasi itu juga menyangkut
Implementasi Kebijakan Luar Negeri Indonesia terhadap Masalah Timor-Timur
Implementasi Kebijakan Luar Negeri
102
pemberian saran, penentuan serta pelaksanaan politik luar negeri. Dengan demikian, diplomasi itu juga merupa-
kan  cara-cara  di  mana  negara  melalui  wakil-wakil resmi maupun wakil-wakil lainnya termasuk juga para
pelaku lainnya, membicarakan dengan baik, mengkoor- dinasikan dan menjamin kepentingan-kepentingan ter-
tentu; atau yang lebih luas melalui surat menyurat, pembicaraan secara pribadi, dengan mengadakan per-
tukaran pandangan, pendekatan, kunjungan-kunjungan, dan  bahkan  sering  dengan  ancaman-ancaman  dan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan lainnya.
Menurutnya, diplomasi juga sering dianggap sebagai sesuatu yang dikaitkan dengan kegiatan yang
dilakukan secara damai, meskipun hal itu dapat terjadi misalnya selama perang atau konflik bersenjata atau
yang digunakan untuk menggalang tindakan-tindakan tertentu untuk kekerasan, seperti untuk mencari ijin
penerbangan untuk suatu serangan udara.
Diplomasi pada hakikatnya merupakan kebiasaan untuk melakukan hubungan antarnegara melalui wakil
resminya dan dapat melibatkan seluruh proses hubungan luar negeri, perumusan kebijakan termasuk pelaksanaan-
nya. Dalam arti yang luas, diplomasi dan politik luar negeri adalah sama. Namun, dalam arti yang sempit,
atau tradisional, diplomasi itu melibatkan cara-cara dan mekanisme, sedangkan dalam politik luar negeri
ada dasar atau tujuannya. Dalam arti yang lebih terbatas, diplomasi meliputi teknik operasional di mana negara
mencari kepentingan di luar yurisdiksinya.
Dengan meningkatnya saling ketergantungan antarnegara, maka telah terlihat meningkatnya per-
temuan internasional secara terus-menerus, misalnya seperti  konferensi  multilateral  ataupun  diplomasi
103
parlementer. Negara satu sama lain telah berhubungan dalam banyak kesempatan dan permasalahan, namun
banyak kegiatan diplomatik yang tetap dilakukan secara bilateral  dan  yang  dilakukan  melalui  saluran  biasa
diplomatik dari kementrian luar negeri serta diplomatik yang berada di negara tersebut. Masalah-masalah yang
kritis sering kali dirundingkan dalam tingkatan yang paling tinggi dengan melibatkan kepala-kepala negara
di  dalam  diplomasi  tingkat  tinggi  yang  melibatkan kepala-kepala  Negara dalam diplomasi puncak Plano,
1988:241.
Kautlya dalam bukunya Arthasastra mengatakan bahwa pencapaian kebijaksanaan secara tepat akan
memberikan hasil yang menguntungkan. Karena itu menurut Kautilya ada empat tujuan utama diplomasi,
yaitu: 1. Acquisition perolehan
2. Preservation pemeliharaan 3. Augmentation penambahan
4. Proper Distribution Pembagian yang adil
Menurut kesimpulan Kautilya, bahwa tujuan utama diplomasi adalah sebagai pengamanan kepen-
tingan negara sendiri. Atau dengan kata lain, tujuan diplomasi yang baik dan efektif adalah untuk menjamin
keuntungan maksimum negara sendiri, dan kepentingan yang utama adalah pemeliharaan perdamaian. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tujuan diplomasi adalah untuk melindungi dan menjamin keamanan suatu negara,
kalau mungkin dengan cara damai, tetapi juga mem-
                