Kecenderungan Perkembangan Lingkungan Strategis

Implementasi Kebijakan Luar Negeri 62 yang timbul antaranggota masyarakat internasional. Jika pada proklamasi 1945 luas Wilayah Indo- nesia adalah sekitar 1,9 juta kilometer persegi, namun dengan diumumkannya Wawasan Nusantara dalam Deklarasi Juanda 1957, luas wilayah tersebut telah ber- kembang menjadi kira-kira 5 juta kilometer persegi. Berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982, maka luas wilayah Indonesia yang 5 juta kilometer persegi itu berkembang kira-kira 3 juta kilometer persegi yaitu dari ZEE Zone Ekonomi Exclusive dan landas kontinen. Dengan demikian maka perkembangan hukum laut Indonesia selama bertahun-tahun ini telah memperluas resources base Indonesia dari 1,9 juta kilometer persegi menjadi kira-kira 8 juta kilometer persegi. Suatu ke- nyataan yang sangat penting dalam usaha peningkatan pembangunan nasional untuk paling tidak pada masa 25 tahun mendatang. Sejauh yang menyangkut kepentingan Indonesia maka konvensi Hukum Laut tahun 1982, ternyata mem- bawa dampak yang sangat luas terhadap kepentingan Indonesia, antara lain sebagai berikut: a. Perairan Kepulauan archipelagic waters yang men- cakup laut yang terletak di antara pulau-pulau Indonesia yang dibatasi oleh garis pangkal lurus kepulauan yang ditarik sesuai dengan ketentuan konvensi. Dalam perairan ini Indonesia melaksana- kan kedaulatan Sovereignity wilayah laut dan ruang udara diatasnya, perairan dasar laut dan tanah di bawahnya serta segala sumber kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. b. Laut Wilayah territorial sea selebar 12 mil laut yang mengelilingi Nusantara dan perairan Kepulauan di mana kedaulatan Indonesia juga meliputi 63 perairannya, ruang udara, dasar laut dan tanah di bawahnya serta segala sumber kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. c. Zona Tambahan contiguous zone selebar 12 mil laut yang mengelilingi laut wilayah Indonesia dapat melakukan pengawasan atas masalah-masalah bea cukai, fiskal, imigrasi dan kesehatan. d. Zone Ekonomi Exclusive ZEE selebar 200 mil laut dari garis pangkal lurus kepulauan. Indonesia melaksanakan kedaulatan atas sumber kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dan yurisdiksi atas instalasi dan pulau buatan serta bangunan, pengaturan riset ilmiah kelautan, perlindungan dan pelestarian lingkungan laut. e. Landas kontinen selebar 200 mil laut dihitung dari garis pangkal lurus kepulauan atau hingga pinggiran laut tepi kontinen, selebar 350 mil laut dari garis pangkal lurus kepulauan, atau tidak melebihi 100 mil laut dari garis batas kedalaman air 2500 meter. Dengan demikian konvensi Hukum Laut tahun 1982 telah benar-benar memperluas sumber kekayaan alam kelautan Indonesia yang memiliki potensi yang lebih besar dibandingkan sumber kekayaan alam yang terdapat di darat. Strategi dasar pembangunan yang telah dilaksana- kan selama ini, telah berhasil mencapai sasaran. Bangsa Indonesia telah berkembang kemampuan dan kekuatan- nya, yang sejak tahun 1983 telah memanfaatkan iklim segar dan kondisi yang menguntungkan untuk menumbuh- kan kreativitas dan prakarsanya. Jelas tidak mudah untuk mencapai sasaran-sasaran itu. Kuncinya tidak lain adalah peningkatan kualitas sumber daya nasionalnya, yang seiring dengan pembangunan ekonomi yang Implementasi United Nation Convention on The Law of The Sea ‘82 Unclos ‘82 di Indonesia Implementasi Kebijakan Luar Negeri 64 menjadi titik berat strategi pembangunan nasional. Dari pengalaman pembangunan negara-negara lain, pembangunan yang berkesinambungan dalam kerangka pembangunan bangsa yang bertumpu pada sumber daya nasionalnya. Dengan demikian pembangunan yang berkesinambungan adalah pembangunan yang me- manfaatkan secara optimal sumber daya ekonomi dengan sumber daya nasional yang terpercaya, yang didukung oleh keikutsertaan yang makin luas dari seluruh rakyat, sehingga menjamin pembangunan dapat dirasakan dan makin mewujudkan cita-cita keadilan sosial. Pengembangan dan pengelolaan sumber-sumber kekayaan maritim sangat erat kaitannya dengan penge- lolaan lingkungan maritim pada umumnya. Karena itu perlindungan terhadap lingkungan laut sangat penting terutama di perairan yang sempit atau yang sering di- gunakan untuk navigasi atau oleh eksplorasi maupun eksploitasi di landas kontinen. Pencemaran lingkungan laut dapat merusak sumber-sumber kekayaan maritim, terutama sumber daya hayati. Oleh karena itulah, suatu kebijakan yang dapat melindungi lingkungan laut harus dikoordinasikan secara erat dengan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber kekayaan laut. Pengembangan dan pengelolaan sumber-sumber kekayaan laut juga perlu dikoordinasi dengan peng- gunaan-penggunaan laut yang sah lainnya seperti perhubungan, pertahanan, pariwisata, penelitian dan sebagainya. Jelas sekali bahwa pengembangan penge- lolaan dan penggunaan sumber-sumber kekayaan laut perlu ditangani secara terpadu. Karena meningkatnya penggunaan dan peran laut dalam pembangunan 65 nasional, tingkat koordinasi yang selama ini berjalan makin lama makin kurang memadai. Semakin terasa perlunya suatu pendekatan yang terpadu untuk menangani masalah kelautan bagi suatu negara, seperti Indonesia. Pengembangan dan pengelolaan lingkungan laut harus berdasarkan azas-azas ilmiah. Karena itu usaha- usaha di bidang pembangunan harus didukung oleh penemuan-penemuan ilmiah. Jadi pelaksanaan riset ilmiah laut sangat perlu, tidak hanya untuk mengetahui gejala alamiah dari laut, tetapi juga sebagai dasar untuk penelaahan dan eksplorasi yang lebih lanjut guna menunjang pembangunan. Dengan demikian pelaksanaan riset ilmiah laut perlu dikoordinasikan dengan dan bertujuan untuk menunjang rencana induk nasional guna pengembangan, pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber kekayaan laut. Pada umumnya disadari bahwa sebagian besar dari wilayah maritim Indonesia belum ditelaah secara saksama, terutama Perairan Kepulauan, ZEE dan landas kontinen. Dengan demikian pengetahuan mengenai sifat sumber-sumber kekayaan maritim Indonesia masih sangat kurang. Meskipun demikian perlu diingat bahwa riset ilmiah laut sangat erat kaitannya dengan masalah- masalah keamanan, terutama yang berhubungan dengan topografi, hidrografi, oceanografi, Oceanologi, under- water visibility, sanitasi dan sebagainya. Pengetahuan khusus mengenai bidang-bidang ini sangat penting bagi navigasi di bawah air dan pertahanan serta untuk mengeksploitasi sumber-sumber kekayaan. Koordinasi yang tepat perlu dilaksanakan agar riset ilmiah di suatu bidang untuk tujuan tertentu tidak akan menimbulkan Implementasi United Nation Convention on The Law of The Sea ‘82 Unclos ‘82 di Indonesia