dan pemeliharaan situasi di luar negeri yang konsisten dengan orientasi. Hal ini merujuk
secara beragam pada strategi, keputusan, dan kebijakan. Rencana ini terdiri dari tujuan-
tujuan spesifik dan sarana bagi pencapaian dalam rangka merespons pada kesempatan-
tujuan dan peluang-peluang; 3. Perilaku di mana para individu mewakili negara-
nya untuk berbuat ataupun tidak dalam interaksi mereka dengan para individu dan kelompok dari
negara lain di manapun Rosenau, 1976:16-17 Konflik di Lebanon adalah suatu fenomena
hubungan internasional yang sangat lazim terjadi sejak munculnya negara-bangsa dan jauh sebelum-
nya. Perang dapat terjadi karena beberapa sebab, di antaranya karena struktur kekuatan dan aliansi
dalam sistem internasional yang selalu berubah, faktor internal dalam suatu negara, sistem yang
otoriter, paham kapitalis, dan juga bisa disebab- kan oleh adanya kesalahpahaman serta tekanan
dalam krisis pembuatan keputusan Griffiths, 2002: 321-322.
Di lain pihak tentu saja konlfik dapat ber- pengaruh baik terhadap negara yang bersengketa,
terhadap negara yang turut serta dalam penye- lesaian konflik, bahkan yang tidak berhubungan
sekalipun. Hal ini adalah suatu korelasi hubungan internasional dan sistem internasional yang terdiri
dari negara-negara dengan kepentingannya. Dalam buku On War, ahli strategi dari Prussia
Jerman, Karl von Clausewitz, memberikan per- nyataan terkenalnya bahwa perang tidak lain
merupakan perluasan diplomasi dengan cara yang
Implementasi Politik Luar Negeri Bebas Aktif dalam Konflik Israel-Lebanon
155
berbeda. Pandangan ini menekankan tentang fakta yang ada bahwa perang merupakan sebuah
instrumen yang digunakan negara untuk mencegah konflik agar tidak terjadi. Namun perang juga
merupakan instrumen yang mematikan. Serangan perang merupakan tanda bahwa persuasi dan
negosiasi yang telah dilakukan oleh dua pihak telah mengalami kegagalan. Dalam kenyataan
seperti ini, Karl berpendapat bahwa perang merupa- kan “sebuah bentuk komunikasi yang dilakukan
antara negara-negara”, walau kenyataannya komu- nikasi tersebut dilakukan secara ekstrim Baylis and
Smith, 2001.
Peranan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif sangat mencolok dalam berbagai
kebijakan-kebijakan yang ditempuhnya. Keter- libatannya dalam penyelesaian konflik di Lebanon
jelas merupakan pengejawantahan dari konsep ”aktif”. Membantu dalam mengusahakan perda-
maian dunia jelas telah menjadi turunan resmi dari pelaksanaan politik luar negeri yang dimaksudkan
aktif tersebut. Di sisi lain, pelaksanaan konsep ”bebas” jelas-
jelas sangat baur dan tanpa arah. Dalam berbagai forum, konsep tersebut hanya pembenaran dari
sikap Indonesia yang hanya cari aman saja. Memang Indonesia memiliki soft power berupa dukungan-
dukungan terhadap berbagai resolusi konflik dari masa ke masa, tapi semuanya bias, tidak jelas arti
I. Politik Luar Negeri Bebas-Aktif
Implementasi Kebijakan Luar Negeri
156
”bebas” itu sendiri seperti apa. Apakah bebas dari kepentingan sendiri, kepentingan bangsa lain, atau-
kah bebas memilih mana yang akan diberikan duku- ngan. Selama ini konsep bebas hanya terpaku pada
keyakinan bahwa Indonesia tidak berpihak. Apabila analoginya sebatas itu, bisakah kita ganti saja kata
”bebas” yang penuh ambiguitas itu dengan kata ”netral”?.
Akibat ketidakjelasan tersebut, Indonesia seringkali menjadi tidak konsisten dan cenderung
mengekor saja. Padahal ujung tombak diplomasi Indonesia hanya terpaku pada satu titik yaitu Depar-
temen Luar Negeri. Ini berpeluang untuk mengan- tarkan Indonesia sebagai target operation negara
agresor. Diplomasi yang low profile Indonesia tidak mampu membendung semakin riskannya posisi
Indonesia yang tidak berkawan. Dalam kasus Lebanon juga, mestinya apabila Indonesia benar-benar
”bebas”, maka langkah berperan dalam penye- lesaian konfik saja tidaklah cukup. Mestinya Indo-
nesia membebaskan beban mental berupa ketakutan akan kehilangan kucuran dana dari Amerika Serikat
dan sekutunya dan melangkah ke forum PBB untuk mendesak adanya sanksi terhadap Isael dan sekutu-
nya serta menyeretnya ke peradilan perang.
Tanggal 14 Agustus adalah genap satu tahun berakhirnya konflik antara Lebanon dan Israel.
Bila kita tengok kembali satu tahun lalu, masya- rakat umum tetap bisa melihat bahwa masalah-
J. Konflik Israel-Lebanon dan Resolusi DK-PBB
Implementasi Politik Luar Negeri Bebas Aktif dalam Konflik Israel-Lebanon
157
masalah peninggalan konflik tetap menghantui kedua pihak.
Pada genap satu tahun berakhirnya konflik antara Lebanon dan Israel, Presiden Lebanon Emile
Lahoud dalam pidatonya menyerukan agar rakyat Lebanon tidak melupakan kegiatan biadab Israel
yang menggunakan senjata terlarang dalam perang dengan rakyat Lebanon tahun lalu. Ia menunjukkan,
kekuatan perlawanan Partai Hezbollah adalah ke- kuatan yang dapat mencegah intrik. Ia mengharap-
kan semua rakyat Lebanon dapat memelihara kekuatan ini.
Pidato Presiden Lahoud dengan sepenuhnya menunjukkan, kebencian dan permusuhan antara
Lebanon dan Israel tetap tajam. Ia mengatakan, walaupun wilayahnya kecil, kekuatan militernya
lemah, Lebanon mampu melawan pendudukan Is- rael, betapapun kuatnya kekuatan musuh. Ia mene-
kankan, dalam perang tahun lalu, Israel meluncur- kan banyak bom curah di wilayah Lebanon. Ini telah
mengakibatkan kerugian jangka panjang kepada rakyat dan ekonomi nasional Lebanon. Ia menegas-
kan kembali, Israel tidak boleh mengagresi tanah, perdamaian dan kewibawaan orang Arab hanya
karena resolusi internasional tertentu. Pada tanggal 12 Juli tahun 2006, anggota
bersenjata Partai Hezbollah Lebanon menggempur pasukan patroli Israel di bagian perbatasan utara
Israel. Mereka menembak mati tiga prajurit dan menculik dua prajurit lain. Setelah itu, Israel me-
ngambil aksi pembalasan dendam. Mereka menge- bom bagian selatan Lebanon. Konflik antara Lebanon
dan Israel meletus. Pada tanggal 11 Agustus tahun
Implementasi Kebijakan Luar Negeri
158
lalu, Dewan Keamanan meluluskan resolusi nomor ke-1701 yang menuntut gencatan senjata antara
Lebanon dan Israel. Konflik antara Lebnaon dan Israel yang berlangsung 34 hari lamanya menga-
kibatkan 1100 orang Lebanon tewas dan 3200 orang cedera.
Resolusi nomor 1701 yang diluluskan Dewan Keamanan PBB pada Bulan Agusutus tahun lalu
menuntut Partai Hezbollah dan Israel mewujud- kan gencapatan senjata. Tetapi situasi di garis biru
bagian selatan Lebanon tetap tegang. Pesawat tempur Israel hampir setiap hari memasuki teritori
udara Lebanon. Pada genap satu tahun berakhirnya konflik Lebanon-Israel, Pemimpin Partai Hezbollah
Lebanon Sayyed Hassan Nasrallah dalam rapat massal Partai Hezbollah kemarin memperingatkan
agar Israel jangan melancarkan perang baru kepada Lebanon. Ia mengatakan, tahun lalu Partai Hezbollah
menang dalam agresi Israel. Ini merupakan keme- nangan semua orang Arab dan Muslim. Ia menekan-
kan, Partai Hezbollah tidak ingin melancarkan perang baru.
Tetapi ia bersiap untuk kapan saja menetap- kan kewajiban untuk membela Lebanon. Jikalau
Israel melancarkan perang baru, Partai Hezbollah akan mencapai kemenangan dalam perang. Dalam
konflik tahun lalu, ranjau dan bom curah yang diluncurkan Israel di bagian Lebanon tetap belum
semuannya dibersihkan. Juru bicara Pusat Koor- dinasi Pembersihan Ranjau Bagian Selatan Lebanon
Dalia Faran kemarin di Beirut dalam pernyataannya mengecam Israel karena menolak memberitahukan
lokasi, macam dan jumlah ranjau dan bom curah
Implementasi Politik Luar Negeri Bebas Aktif dalam Konflik Israel-Lebanon
159
di bagian selatan Lebanon. Sekarang, di dekat garis biru bagian selatan Lebanon terdapat sekitar 375
ribu ranjau yang disembunyikan Israel. Ia menun- jukkan, bom curah yang ditinggalkan Israel dalam
konflik Lebanon-Israel telah mengakibatkan 204 orang biasa cedera. Di antaranya 21 tewas, 183
cedera. Selain itu, ranjau dan bom yang ditinggal- kan juga mengakibatkan 10 orang tewas dan 27
luka-luka dari pihak pasukan pemelihara per- damaian PBB untuk Lebanon, tentara Lebanon dan
tim pembersih ranjau dan bom. Dalam konflik tahun lalu, Israel juga men-
derita kerugian besar. 100 orang Israel tewas dalam konflik. Keadaan dua prajurit Israel yang diculik
tetap belum diketahui. Selain itu, kegiatan penye- lundupan senjata melalui perbatasan Lebanon dan
Syria yang melibatkan personel bersenjata yang memusingkan Israel belum dikontrol secara efektif.
Penyelundupan senjata terus-menerus telah meng- ancam penetapan resolusi nomor 1701 Dewan Kea-
manan PBB DK PBB akhirnya merilis resolusi 1701 untuk
konflik Lebanon. Sebagaimana dapat diduga sebe- lumnya, resolusi itu banyak cacat dan ambigu se-
hingga tidak akan efektif. Indikasi bahwa resolusi yang dirancang AS dan Perancis itu bukan untuk
menyetop invasi militer Israel ke Lebanon adalah pernyataan Menlu AS Condoleeza Rice. Dia menga-
takan, tak perlu optimis bahwa resolusi 1701 akan dapat mengakhir konflik Lebanon.
Hal senada juga diungkap Rezim Zionis Israel dengan menegaskan tidak akan menerapkan gen-
catan senjata sebelum pasukan internasional
Implementasi Kebijakan Luar Negeri
160
ditempatkan di Lebanon selatan. Resolusi 1701 bahkan dianggap Israel mengizinkan invasinya ke
Lebanon, karena invasi ini dilancarkan dengan dalih pertahanan dan bela diri. Di lapangan, resolusi
itu sama sekali tidak menyurutkan pesta kekerasan Zionis di Lebanon. Kemudian, pernyataan Tel Aviv
bahwa pihaknya belum pasti akan menerima re- solusi 1701 juga membuka kemungkinan bahwa
resolusi ini juga akan bernasib seperti puluhan resolusi DK PBB sebelumnya yang diabaikan Israel
begitu saja. Israel kali ini bahkan mengancam akan menebar keonaran secara lebih besar di Timteng
jika resolusi 1701 tidak dapat mengubah keadaan di Lebanon.
Resolusi itu sendiri jelas berpihak kepada Israel, karena Lebanon yang selama ini menjadi
korban invasi Israel dianggap sebagai pihak yang salah. Tak ada kutukan untuk agresi Israel dalam
resolusi itu. Tak ada pula seruan gencatan senjata secepatnya, dan para pejuang Islam Lebanon
adalah pihak yang malah diseru supaya mundur dan menjauh dari wilayah perbatasan Lebanon-
Israel. Hal lain yang juga lebih ditekankan oleh
resolusi itu adalah penempatan pasukan inter- nasional dengan wewenang yang cukup besar di
Lebanon sehingga membuka peluang bagi praktik pelanggaran Barat terhadap kedaulatan Lebanon
atas nama PBB. Lagi pula, bicara soal penempatan pasukan internasional, pihak yang sejak dulu lebih
membutuhkan sebenarnya adalah Palestina, karena tak seharipun rakyat Palestina bebas dari
brutalitas Israel.
Implementasi Politik Luar Negeri Bebas Aktif dalam Konflik Israel-Lebanon
161
Resolusi 1701 agaknya hanya akan menam- bah pelik persoalan, dan AS sendiri juga tahu bahwa
resolusi itu akan bernasib sial seperti resolusi- resolusi yang keluar selama dua tahun terakhir,
termasuk resolusi 1559. Karena sudah meramal- kan demikian, sejak sekarang AS gencar mencari-
cari dalih dengan melempar kesalahan kepada negara-negara lain, misalnya Iran dan Syria, atau
kepada Lebanon sendiri dengan menganggap peme- rintah Beirut tidak becus di depan resolusi. Pada
kesimpulannya, resolusi 1701 yang digagas AS dan Perancis dan baru saja disahkan di DK PBB lebih
merupakan surat legitimasi untuk eskalasi keke- rasan Israel di Lebanon daripada untuk meredakan
konflik yang sudah menjatuhkan banyak korban tersebut
Kebijakan pemerintah Indonesia terhadap konflik Israel dan Lebanon tahun 2006 adalah suatu
contoh yang mengungkapkan mengenai imple- mentasi politik luar negeri yang bebes aktif. Dari
segi politik ini akan dipandang sebagai hal dilematis. Di satu sisi Indonesia dihadapkan pada komitmen
pengimplementasian prinsip “aktif” dalam usaha- usaha menjaga perdamaian dunia. Akan tetapi di
pihak lain akan berimplikasi buruk terhadap hubu- ngan diplomatik Indonesia-Israel, umumnya dengan
negara-negara sekutunya seperti Amerika Serikat. Kebijakan adalah tongkat sakti pemerintah
yang memungkinkan segala probabilitas kehidupan
K. Simpulan
Implementasi Kebijakan Luar Negeri
162
Indonesia. Berbagai hal dapat mempengaruhinya, bahkan pembuat kebijakan sendiri dapat tidak
menyadari sebanyak apa dari dirinya dapat mem- pengaruhi nasib rakyat Indonesia.
Dalam hubungan internasional, hubungan di antara negara-negara tidak akan lepas dari
adanya kerja sama dan konflik. Faktor yang sering- kali diabaikan adalah penduduk yang menjadi
garda terdepan dalam menghadapi situasi yang buruk. Konflik dan perang akan menyebabkan im-
plikasi-implikasi yaitu dalam hal sosial, ekonomi, dan kebudayaan serta ideologi. Konflik Israel-
Lebanon tahun 2006 ini adalah salah satu contoh dari hal tersebut. Kebijakan pemerintah negara
lain sedikit banyak akan sangat mempengaruhi perkembangan fenomena tersebut.
Implementasi Politik Luar Negeri Bebas Aktif dalam Konflik Israel-Lebanon
163