Konflik Israel-Lebanon 2006 Implementasi Kebijakan Luar Negeri.

dan pemeliharaan situasi di luar negeri yang konsisten dengan orientasi. Hal ini merujuk secara beragam pada strategi, keputusan, dan kebijakan. Rencana ini terdiri dari tujuan- tujuan spesifik dan sarana bagi pencapaian dalam rangka merespons pada kesempatan- tujuan dan peluang-peluang; 3. Perilaku di mana para individu mewakili negara- nya untuk berbuat ataupun tidak dalam interaksi mereka dengan para individu dan kelompok dari negara lain di manapun Rosenau, 1976:16-17 Konflik di Lebanon adalah suatu fenomena hubungan internasional yang sangat lazim terjadi sejak munculnya negara-bangsa dan jauh sebelum- nya. Perang dapat terjadi karena beberapa sebab, di antaranya karena struktur kekuatan dan aliansi dalam sistem internasional yang selalu berubah, faktor internal dalam suatu negara, sistem yang otoriter, paham kapitalis, dan juga bisa disebab- kan oleh adanya kesalahpahaman serta tekanan dalam krisis pembuatan keputusan Griffiths, 2002: 321-322. Di lain pihak tentu saja konlfik dapat ber- pengaruh baik terhadap negara yang bersengketa, terhadap negara yang turut serta dalam penye- lesaian konflik, bahkan yang tidak berhubungan sekalipun. Hal ini adalah suatu korelasi hubungan internasional dan sistem internasional yang terdiri dari negara-negara dengan kepentingannya. Dalam buku On War, ahli strategi dari Prussia Jerman, Karl von Clausewitz, memberikan per- nyataan terkenalnya bahwa perang tidak lain merupakan perluasan diplomasi dengan cara yang Implementasi Politik Luar Negeri Bebas Aktif dalam Konflik Israel-Lebanon 155 berbeda. Pandangan ini menekankan tentang fakta yang ada bahwa perang merupakan sebuah instrumen yang digunakan negara untuk mencegah konflik agar tidak terjadi. Namun perang juga merupakan instrumen yang mematikan. Serangan perang merupakan tanda bahwa persuasi dan negosiasi yang telah dilakukan oleh dua pihak telah mengalami kegagalan. Dalam kenyataan seperti ini, Karl berpendapat bahwa perang merupa- kan “sebuah bentuk komunikasi yang dilakukan antara negara-negara”, walau kenyataannya komu- nikasi tersebut dilakukan secara ekstrim Baylis and Smith, 2001. Peranan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif sangat mencolok dalam berbagai kebijakan-kebijakan yang ditempuhnya. Keter- libatannya dalam penyelesaian konflik di Lebanon jelas merupakan pengejawantahan dari konsep ”aktif”. Membantu dalam mengusahakan perda- maian dunia jelas telah menjadi turunan resmi dari pelaksanaan politik luar negeri yang dimaksudkan aktif tersebut. Di sisi lain, pelaksanaan konsep ”bebas” jelas- jelas sangat baur dan tanpa arah. Dalam berbagai forum, konsep tersebut hanya pembenaran dari sikap Indonesia yang hanya cari aman saja. Memang Indonesia memiliki soft power berupa dukungan- dukungan terhadap berbagai resolusi konflik dari masa ke masa, tapi semuanya bias, tidak jelas arti

I. Politik Luar Negeri Bebas-Aktif

Implementasi Kebijakan Luar Negeri 156 ”bebas” itu sendiri seperti apa. Apakah bebas dari kepentingan sendiri, kepentingan bangsa lain, atau- kah bebas memilih mana yang akan diberikan duku- ngan. Selama ini konsep bebas hanya terpaku pada keyakinan bahwa Indonesia tidak berpihak. Apabila analoginya sebatas itu, bisakah kita ganti saja kata ”bebas” yang penuh ambiguitas itu dengan kata ”netral”?. Akibat ketidakjelasan tersebut, Indonesia seringkali menjadi tidak konsisten dan cenderung mengekor saja. Padahal ujung tombak diplomasi Indonesia hanya terpaku pada satu titik yaitu Depar- temen Luar Negeri. Ini berpeluang untuk mengan- tarkan Indonesia sebagai target operation negara agresor. Diplomasi yang low profile Indonesia tidak mampu membendung semakin riskannya posisi Indonesia yang tidak berkawan. Dalam kasus Lebanon juga, mestinya apabila Indonesia benar-benar ”bebas”, maka langkah berperan dalam penye- lesaian konfik saja tidaklah cukup. Mestinya Indo- nesia membebaskan beban mental berupa ketakutan akan kehilangan kucuran dana dari Amerika Serikat dan sekutunya dan melangkah ke forum PBB untuk mendesak adanya sanksi terhadap Isael dan sekutu- nya serta menyeretnya ke peradilan perang. Tanggal 14 Agustus adalah genap satu tahun berakhirnya konflik antara Lebanon dan Israel. Bila kita tengok kembali satu tahun lalu, masya- rakat umum tetap bisa melihat bahwa masalah-

J. Konflik Israel-Lebanon dan Resolusi DK-PBB

Implementasi Politik Luar Negeri Bebas Aktif dalam Konflik Israel-Lebanon 157 masalah peninggalan konflik tetap menghantui kedua pihak. Pada genap satu tahun berakhirnya konflik antara Lebanon dan Israel, Presiden Lebanon Emile Lahoud dalam pidatonya menyerukan agar rakyat Lebanon tidak melupakan kegiatan biadab Israel yang menggunakan senjata terlarang dalam perang dengan rakyat Lebanon tahun lalu. Ia menunjukkan, kekuatan perlawanan Partai Hezbollah adalah ke- kuatan yang dapat mencegah intrik. Ia mengharap- kan semua rakyat Lebanon dapat memelihara kekuatan ini. Pidato Presiden Lahoud dengan sepenuhnya menunjukkan, kebencian dan permusuhan antara Lebanon dan Israel tetap tajam. Ia mengatakan, walaupun wilayahnya kecil, kekuatan militernya lemah, Lebanon mampu melawan pendudukan Is- rael, betapapun kuatnya kekuatan musuh. Ia mene- kankan, dalam perang tahun lalu, Israel meluncur- kan banyak bom curah di wilayah Lebanon. Ini telah mengakibatkan kerugian jangka panjang kepada rakyat dan ekonomi nasional Lebanon. Ia menegas- kan kembali, Israel tidak boleh mengagresi tanah, perdamaian dan kewibawaan orang Arab hanya karena resolusi internasional tertentu. Pada tanggal 12 Juli tahun 2006, anggota bersenjata Partai Hezbollah Lebanon menggempur pasukan patroli Israel di bagian perbatasan utara Israel. Mereka menembak mati tiga prajurit dan menculik dua prajurit lain. Setelah itu, Israel me- ngambil aksi pembalasan dendam. Mereka menge- bom bagian selatan Lebanon. Konflik antara Lebanon dan Israel meletus. Pada tanggal 11 Agustus tahun Implementasi Kebijakan Luar Negeri 158 lalu, Dewan Keamanan meluluskan resolusi nomor ke-1701 yang menuntut gencatan senjata antara Lebanon dan Israel. Konflik antara Lebnaon dan Israel yang berlangsung 34 hari lamanya menga- kibatkan 1100 orang Lebanon tewas dan 3200 orang cedera. Resolusi nomor 1701 yang diluluskan Dewan Keamanan PBB pada Bulan Agusutus tahun lalu menuntut Partai Hezbollah dan Israel mewujud- kan gencapatan senjata. Tetapi situasi di garis biru bagian selatan Lebanon tetap tegang. Pesawat tempur Israel hampir setiap hari memasuki teritori udara Lebanon. Pada genap satu tahun berakhirnya konflik Lebanon-Israel, Pemimpin Partai Hezbollah Lebanon Sayyed Hassan Nasrallah dalam rapat massal Partai Hezbollah kemarin memperingatkan agar Israel jangan melancarkan perang baru kepada Lebanon. Ia mengatakan, tahun lalu Partai Hezbollah menang dalam agresi Israel. Ini merupakan keme- nangan semua orang Arab dan Muslim. Ia menekan- kan, Partai Hezbollah tidak ingin melancarkan perang baru. Tetapi ia bersiap untuk kapan saja menetap- kan kewajiban untuk membela Lebanon. Jikalau Israel melancarkan perang baru, Partai Hezbollah akan mencapai kemenangan dalam perang. Dalam konflik tahun lalu, ranjau dan bom curah yang diluncurkan Israel di bagian Lebanon tetap belum semuannya dibersihkan. Juru bicara Pusat Koor- dinasi Pembersihan Ranjau Bagian Selatan Lebanon Dalia Faran kemarin di Beirut dalam pernyataannya mengecam Israel karena menolak memberitahukan lokasi, macam dan jumlah ranjau dan bom curah Implementasi Politik Luar Negeri Bebas Aktif dalam Konflik Israel-Lebanon 159 di bagian selatan Lebanon. Sekarang, di dekat garis biru bagian selatan Lebanon terdapat sekitar 375 ribu ranjau yang disembunyikan Israel. Ia menun- jukkan, bom curah yang ditinggalkan Israel dalam konflik Lebanon-Israel telah mengakibatkan 204 orang biasa cedera. Di antaranya 21 tewas, 183 cedera. Selain itu, ranjau dan bom yang ditinggal- kan juga mengakibatkan 10 orang tewas dan 27 luka-luka dari pihak pasukan pemelihara per- damaian PBB untuk Lebanon, tentara Lebanon dan tim pembersih ranjau dan bom. Dalam konflik tahun lalu, Israel juga men- derita kerugian besar. 100 orang Israel tewas dalam konflik. Keadaan dua prajurit Israel yang diculik tetap belum diketahui. Selain itu, kegiatan penye- lundupan senjata melalui perbatasan Lebanon dan Syria yang melibatkan personel bersenjata yang memusingkan Israel belum dikontrol secara efektif. Penyelundupan senjata terus-menerus telah meng- ancam penetapan resolusi nomor 1701 Dewan Kea- manan PBB DK PBB akhirnya merilis resolusi 1701 untuk konflik Lebanon. Sebagaimana dapat diduga sebe- lumnya, resolusi itu banyak cacat dan ambigu se- hingga tidak akan efektif. Indikasi bahwa resolusi yang dirancang AS dan Perancis itu bukan untuk menyetop invasi militer Israel ke Lebanon adalah pernyataan Menlu AS Condoleeza Rice. Dia menga- takan, tak perlu optimis bahwa resolusi 1701 akan dapat mengakhir konflik Lebanon. Hal senada juga diungkap Rezim Zionis Israel dengan menegaskan tidak akan menerapkan gen- catan senjata sebelum pasukan internasional Implementasi Kebijakan Luar Negeri 160 ditempatkan di Lebanon selatan. Resolusi 1701 bahkan dianggap Israel mengizinkan invasinya ke Lebanon, karena invasi ini dilancarkan dengan dalih pertahanan dan bela diri. Di lapangan, resolusi itu sama sekali tidak menyurutkan pesta kekerasan Zionis di Lebanon. Kemudian, pernyataan Tel Aviv bahwa pihaknya belum pasti akan menerima re- solusi 1701 juga membuka kemungkinan bahwa resolusi ini juga akan bernasib seperti puluhan resolusi DK PBB sebelumnya yang diabaikan Israel begitu saja. Israel kali ini bahkan mengancam akan menebar keonaran secara lebih besar di Timteng jika resolusi 1701 tidak dapat mengubah keadaan di Lebanon. Resolusi itu sendiri jelas berpihak kepada Israel, karena Lebanon yang selama ini menjadi korban invasi Israel dianggap sebagai pihak yang salah. Tak ada kutukan untuk agresi Israel dalam resolusi itu. Tak ada pula seruan gencatan senjata secepatnya, dan para pejuang Islam Lebanon adalah pihak yang malah diseru supaya mundur dan menjauh dari wilayah perbatasan Lebanon- Israel. Hal lain yang juga lebih ditekankan oleh resolusi itu adalah penempatan pasukan inter- nasional dengan wewenang yang cukup besar di Lebanon sehingga membuka peluang bagi praktik pelanggaran Barat terhadap kedaulatan Lebanon atas nama PBB. Lagi pula, bicara soal penempatan pasukan internasional, pihak yang sejak dulu lebih membutuhkan sebenarnya adalah Palestina, karena tak seharipun rakyat Palestina bebas dari brutalitas Israel. Implementasi Politik Luar Negeri Bebas Aktif dalam Konflik Israel-Lebanon 161 Resolusi 1701 agaknya hanya akan menam- bah pelik persoalan, dan AS sendiri juga tahu bahwa resolusi itu akan bernasib sial seperti resolusi- resolusi yang keluar selama dua tahun terakhir, termasuk resolusi 1559. Karena sudah meramal- kan demikian, sejak sekarang AS gencar mencari- cari dalih dengan melempar kesalahan kepada negara-negara lain, misalnya Iran dan Syria, atau kepada Lebanon sendiri dengan menganggap peme- rintah Beirut tidak becus di depan resolusi. Pada kesimpulannya, resolusi 1701 yang digagas AS dan Perancis dan baru saja disahkan di DK PBB lebih merupakan surat legitimasi untuk eskalasi keke- rasan Israel di Lebanon daripada untuk meredakan konflik yang sudah menjatuhkan banyak korban tersebut Kebijakan pemerintah Indonesia terhadap konflik Israel dan Lebanon tahun 2006 adalah suatu contoh yang mengungkapkan mengenai imple- mentasi politik luar negeri yang bebes aktif. Dari segi politik ini akan dipandang sebagai hal dilematis. Di satu sisi Indonesia dihadapkan pada komitmen pengimplementasian prinsip “aktif” dalam usaha- usaha menjaga perdamaian dunia. Akan tetapi di pihak lain akan berimplikasi buruk terhadap hubu- ngan diplomatik Indonesia-Israel, umumnya dengan negara-negara sekutunya seperti Amerika Serikat. Kebijakan adalah tongkat sakti pemerintah yang memungkinkan segala probabilitas kehidupan

K. Simpulan

Implementasi Kebijakan Luar Negeri 162 Indonesia. Berbagai hal dapat mempengaruhinya, bahkan pembuat kebijakan sendiri dapat tidak menyadari sebanyak apa dari dirinya dapat mem- pengaruhi nasib rakyat Indonesia. Dalam hubungan internasional, hubungan di antara negara-negara tidak akan lepas dari adanya kerja sama dan konflik. Faktor yang sering- kali diabaikan adalah penduduk yang menjadi garda terdepan dalam menghadapi situasi yang buruk. Konflik dan perang akan menyebabkan im- plikasi-implikasi yaitu dalam hal sosial, ekonomi, dan kebudayaan serta ideologi. Konflik Israel- Lebanon tahun 2006 ini adalah salah satu contoh dari hal tersebut. Kebijakan pemerintah negara lain sedikit banyak akan sangat mempengaruhi perkembangan fenomena tersebut. Implementasi Politik Luar Negeri Bebas Aktif dalam Konflik Israel-Lebanon 163