Interelasi Wawasan Kebangsaan dan UNCLOS 82
59
yang terletak di tengah-tengah salah satu jalur utama lalu lintas kepentingan dunia, kekuatannya terletak
pada kemampuannya memanfaatkan perkembangan lingkungan strategik. Lingkungan strategik akan terus
berkembang sejalan dengan berjalannya waktu dan dinamika pergaulan antarbangsa yang senantiasa di-
warnai oleh persaingan kepentingan nasional masing- masing. Perkembangan lingkungan strategik untuk jangka
panjang mengikuti suatu pola tertentu sehingga dapat diantisipasi.
Globalisasi telah menembus negara tirai besi dan negara tirai bambu mendorong berakhirnya perang
dingin, sehingga hubungan antarbangsa semakin terbuka. Hubungan yang lebih longgar dan terbuka telah men-
dorong mobilitas sumber daya manusia SDM antar- bangsa di luar batas-batas wilayah negera. Globalisasi
juga membentuk saling ketergantungan antarbangsa yang saling menguntungkan. Dalam kondisi di mana
antarbangsa terjadi saling ketergantungan dapat saja terjadi ketidakseimbangan yang dapat merugikan salah
satu pihak.
Namun demikian, keinginan untuk menciptakan dunia yang aman dan damai telah menjadi kesepakatan
seluruh umat manusia, kendati pelaksanaannya kadang- kadang masih terbentur perbedaan kepentingan antar-
negara. Pertambahan penduduk yang semakin mening- kat, persediaan bahan pangan, bahan energi dan bahan
baku industri strategik yang semakin langka, serta kesenjangan informasi dan teknologi yang semakin
lebar, cenderung akan memperuncing perbedaan kepentingan antarnegara yang dapat menimbulkan
konflik, baik antarnegara maju, antarnegara maju dengan negara berkembang, maupun antarnegara
Implementasi United Nation Convention on The Law of The Sea ‘82 Unclos ‘82 di Indonesia
Implementasi Kebijakan Luar Negeri
60
berkembang itu sendiri. Kecenderungan ini menunjuk- kan bahwa perang masih tetap merupakan ancaman.
Corak masyarakat dunia terus berubah sejalan dengan perkembangan teknologi, yaitu dari masyarakat
pertanian ke masyarakat industri dan berlanjut ke masyarakat pascaindustri, bahkan masyarakat informasi
yang serba teknologis. Pencapaian tujuan dalam bidang politik, ekonomi, sosiaI budaya dan pertahanan keamanan
cenderung akan makin ditentukan oleh penguasaan teknologi dan informasi. Di sisi lain, dengan perkembangan
teknologi, maka serbuan informasi akan semakin gencar dan sulit disaring, sehingga kehidupan mengarah kepada
terwujudnya masyarakat dunia yang transparan.
Kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi akan menimbulkan konflik nilai dan semakin tersisihnya
masyarakat yang terbelakang. Pola industri, sistem moneter dan perdagangan dunia, cenderung menjadi-
kan kehidupan seluruh bangsa sebagai satu masyarakat dunia yang terbuka tanpa mengenal barrier batas
negara; cenderung menekan masyarakat negara-negara berkembang. Perbedaan kepentingan antara negara-
negara maju dengan negara-negara berkembang yang berpenduduk lebih dari dua per tiga jumlah penduduk
dunia, cenderung akan membuat negara-negara maju untuk beraliansi secara regional dan bersikap protek-
sionistis, sehingga dapat menghambat kemajuan eko- nomi negara-negara berkembang. Hal ini menunjukkan
bahwa konflik kepentingan ekonomi akan semakin menonjol.
Berakhirnya perang dingin belum menjamin lenyapnya konflik di dunia. Dalam kenyataannya sering-
kali mencuat konflik-konflik regional yang dilandasi kepentingan etnis, agama, penentuan perbatasan fisik
61
wilayah seperti kasus di negara-negara bekas Uni Soviet dan negara Yugoslavia, serta tuntutan kedaulatan atas
wilayah kepulauan seperti masalah Paracel dan Spratly di Laut Cina Selatan. Sisa-sisa konflik persaingan ideologis
nampak seperti kasus di Kamboja, Korea Utara-Korea Selatan, Taiwan dengan RRC, pemberontakkan NPA,
MNLF di Philipina, ternyata masih mencucuki derajat kedamaian yang diharapkan semua umat manusia di
muka bumi ini.
Kegiatan ekonomi dunia cenderung bergeser dari kawasan Samudera Atlantik ke kawasan Samudera
Pasifik. Di satu sisi akan membuka peluang bagi bangsa- bangsa Asia Pasifik untuk meningkatkan kemakmuran
negara masing-masing, tetapi di sisi lain kewaspadaan perlu ditingkatkan terhadap kemungkinan terjadinya
konflik ekonomi dan politik, karena benturan kepentingan banyak negara. Globalisasi ekonomi dalam prakteknya
mendorong munculnya blok-blok wilayah perdagangan bebas, seperti pasar tunggal Eropa, NAFTA, ataupun AFTA
yang terkadang bisa mempermulus, tapi terkadang pula justru menghambat perdagangan bebas.
Sejak tanggal 16 November 1994, UNCLOS 1982 berlaku sebagai hukum positif internasional yang
mengatur masalah-masalah kelautan yang diakui di seluruh dunia. Sebagai konsekuensi logisnya, Indonesia
dapat memanfaatkan hak-hak berdasarkan ketentuan UNCLOS 1982, namun harus juga melaksanakan kewajiban
menerapkan prinsip-prinsip hukum yang termuat di dalamnya, utamanya dalam menyelesaikan masalah