Pendahuluan Implementasi Kebijakan Luar Negeri.

5 Implementasi Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Terhadap Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia TKI Human Trafficking dan Pelanggaran HAM TKI di Malaysia dengan tema sentral bahasan pada masalah pelang- garan HAM seperti human trafficking dan eksploitasi manusia Indonesia di Malaysia. Dalam paparan selanjut- nya juga akan diketengahkan bahasan tentang sejauh mana efektivitas implementasi Undang-undang No. 21 tahun 2007 yang telah dikeluarkan pemerintah Indo- nesia untuk melindungi TKI dari bahaya human trafficking. Hak asasi merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum. Sejak tahun 1948 dengan dicetuskannya Universal Declaration of Human Rights, hak asasi tersebut telah berlaku secara universal dan telah memenuhi standar- standar keadilan yang bisa diterima dan diaplikasi- kan di seluruh dunia. Hak asasi merupakan hak fundamental manusia yang memberikan jaminan pada perlindungan hak hidup dan kehidupan, termasuk kemerdekaan dan kebebasan asasi manusia sebagai mahluk pribadi yang berdaulat. Sayangnya, deklarasi ini hanya diikat dengan otoritas moral, bukan otoritas hukum sehingga saat ini masih banyak terjadi pelanggaran HAM, baik itu secara internasional maupun dalam kehidupan internal suatu negara. Dalam hal ini juga ditekankan bahwa negara wajib melindungi hak asasi warga negara yang berada di bawah kedaulatannya. J.G Starke mengatakan bahwa telah adanya beberapa langkah untuk menjamin standar-standar Hak asasi Manusia ke dalam bebe- rapa instrumen. Salah satu instrumen yang dimaksud adalah Deklarasi tahun 1948 tentang perlindungan

B. Hak Asasi Manusia HAM dan Human Trafficking

Implementasi Kebijakan Luar Negeri 6 HAM Starke, 276-277. Dalam deklarasi ini dijelas- kan adanya dua macam hak, yaitu hak sipil dan politik serta hak ekonomi dan sosial. Tulisan ini akan berusaha memfokuskan pada jenis hak yang kedua, yaitu hak ekonomi dan sosial yang meliputi hak untuk bekerja, hak untuk memperoleh kehidupan yang layak dan hak untuk dilindungi secara ekonomi dan sosial. Human trafficking perdagangan manusia berbeda dengan people smuggling penyelundupan manusia. Human trafficking didefinisikan sebagai perbuatan: merekrut, mengangkut, memindahkan, menyembunyikan atau menerima orang. Sarana cara untuk mengendalikan korban antara lain melalui: ancaman, penggunaan paksaan, berbagai bentuk kekerasan, penculikan, penipuan, kecurangan, penya- lahgunaan kekuasaan, atau posisi rentan atau pemberian penerimaan pembayaran, atau keuntungan untuk memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas korban. Sedang-kan tujuannya untuk, eksploitasi, setidaknya untuk: prostitusi atau bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja paksa, perbudakan, penghambaan, atau pengambilan organ tubuh. Sementara pada kasus people smuggling penyelundupan manusia, orang tersebut meminta jasa penyelundup dengan biaya tertentu dan tidak ada tipuan dalam persetujuan tersebut. Setelah sampai di negaratempat tujuan, orang yang diselundupkan tadi akan bekerja di tempat yang ditentukan oleh jasa penyelundup hingga utang-utang orang yang diselundupkan tersebut kepada jasa penyelundup dilunasi. 7 Implementasi Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Terhadap Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia TKI Human Trafficking dan Pelanggaran HAM TKI di Malaysia Dari sekian banyak kasus yang menimpa TKI di luar negeri, terutama di Malaysia maka yang paling banyak terjadi adalah kasus human trafficking. Kasus human trafficking Indonesia ke Malaysia ini tidak dapat terlepas dari maraknya pengiriman TKI ilegal ke Malaysia. Mereka yang dikirim secara ilegal sering dijadikan sebagai objek perdagangan dan kemudian dipekerjakan secara semena-mena tanpa perlindungan hukum yang jelas. Human trafficking ini telah menimbulkan masalah yang cukup serius bagi hubungan ke dua negara, karena isu tersebut sangat terkait dengan masalah kedaulatan dan penghormatan akan hukum antar- negara di mana warga negara Indonesia yang menjadi korban human trafficking adalah salah satu subjek dari hukum internasional. Sungguh pun begitu, kasus ini tidak hanya terjadi antara Indonesia dan Malaysia, artinya bahwa masalah human trafficking terjadi juga pada skala global. Secara umum, sasaran utama human trafficking biasanya adalah negara-negara miskin di belahan dunia, terutama ditilik dari situasi dan kondisi sosial- ekonomi negara yang labil pascakonflik. Khusus untuk kasus ini, faktor keluarga juga sangat berperan terutama dalam perdagangan anak-anak di mana korbannya sebagian besar adalah anak-anak dari keluarga yang sangat miskin. Anak-anak merupakan kelompok rentan yang sering dijual untuk membayar utang keluarga,

C. Sasaran Utama Human Trafficking Indonesia – Malaysia

Implementasi Kebijakan Luar Negeri 8 atau karena orang tua sering tertipu bahwa anak-anak mereka akan dipekerjakan untuk mendapatkan peng- hidupan yang lebih layak. Anak-anak, dalam hal ini sering dieksploitasi secara fisik sebagai tenaga kerja dan tentara serta eksploitasi secara seksual seperti pedofilia. Kaum wanita, misalnya, merupakan jumlah mayoritas korban dari perdagangan manusia Jawa Timur ke Malaysia. Perdagangan tenaga kerja dilakukan oleh agen-agen yang mengurus perjalanan mereka ke luar negeri sekaligus mengurus penempatan kerja di luar negeri. Sebelum melakukan pekerjaan, para pekerja tersebut diajak untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Suatu gambaran menunjukkan, bahwa dari sekian banyak tenaga kerja yang dikirim, ternyata hanya sedikit saja yang bernasib baik: dipekerjakan di tempat yang layak sesuai dengan perjanjian sebelumnya, sementara sebagian besar lainnya harus menghadapi situasi yang sangat ber- bahaya, misalnya banyak menerima perlakuan tidak senonoh. Salah satu penyebabnya, karena pada umum- nya mereka tidak mendapat perlindungan hukum sebagai akibat proses pengiriman mereka berlangsung secara ilegal. Hal ini banyak terjadi pada tenaga-tenaga kerja Indonesia lainnya di luar negeri, baik itu di negara- negara ASEAN maupun di negara-negara Arab. Motif utama yang mendorong para wanita ini mau dipekerjakan di luar negeri, terutama Malaysia adalah karena adanya tawaran dari pelaku human trafficking untuk memperoleh kondisi finansial yang lebih baik. Dalam beberapa kasus sering diberikan janji untuk bekerja di catering, hotel, kontrak model bahkan dengan dalih memperoleh pendidikan di luar