Tujuan diplomasi Implementasi Kebijakan Luar Negeri.
Implementasi Kebijakan Luar Negeri
110
proses dekolonisasi bagi bangsa-bangsa terjajah. Seperti diketahui, kekacauan yang terjadi di Timor Timur pada
saat itu dinilai dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional.
Untuk melakukan terobosan dalam penyelesaian masalah Timor Timur di fora Internasional selama tercipta-
nya iklim reformasi di Indonesia, telah diadakan pemikiran baru, antara lain dalam sidang kabinet tanggal 9 Juni
1998 telah diputuskan untuk memberikan status khusus dengan otonomi luas kepada Timor Timur. Usul Indonesia
itu, setelah disampaikan kepada Sekjen PBB tanggal 18 Juni 1998, dan memperoleh sambutan baik dari PBB
dan dunia internasional.
Dalam pertemuan Tripartite yang diadakan pada tanggal 4-5 Agustus 1998 di New York masih terlihat
adanya perbedaan-perbedaan mengenai usul Indonesia tersebut. Di satu pihak Indonesia mengusulkan bahwa
konsep otonomi luas itu merupakan keputusan akhir secara definitif, sedangkan di pihak lain, Portugal
menganggap, bahwa otonomi merupakan masa peralihan saja sampai rakyat Timor Timur melaksanakan hak
penentuan nasib sendiri.
Timbulnya gejolak kerusuhan anatargolongan di Timor Timur dan kekerasan-kekerasan yang tejadi di
sana, telah mengundang reaksi, khususnya dari negara- negara Barat, berupa pemberian tekanan-tekanan
politik imposing the political conditionalities terhadap Indonesia, sementara gejolak politik di tanah air masih
di dalam suhu yang tinggi. Dalam menjawab situasi yang demikian, Indonesia telah mengambil keputusan
mendasar yang sangat penting mengenai penyelesaian masalah Timor Timur pada tanggal 27 Jannuari 1999
yaitu: ”apabila usul penyelesaian berupa status khusus
111
itu ternyata ditolak oleh mayoritas rakyat Timor Timur, maka pemerintah Indonesia akan mengembalikan
penyelesaian masalah Timor Timur kepada rakyat Indonesia, yaitu dengan mengusulkan kepada sidang
MPR agar Timor Timur dapat berpisah dari Negara Kesatuan RI secara terhormat, baik-baik dan damai”.
Tidak disangsikan lagi, bahwa keputusan itu sangat mengejutkan dan bahkan memperoleh tanggapan
bukan saja dari kalangan nasional tetapi juga inter- nasional. Di dalam negeri, khusunya dari golongan pro-
integrasi, merasa bahwa keputusan itu dibuat tanpa adanya konsultasi terlebih dahulu dengan mereka.
Sedangkan dari luar negeri, negara-negara seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Inggris dan
Portugal sendiri menyambut secara positif, termasuk Sekjen PBB.
Jajak pendapat di Timor Timur telah diseleng- garakan oleh United Nations Administrative Mission
in East Timor UNAMET pada tanggal 30 Agustus 1999 dengan suasana aman dan tertib berkat bantuan dan
kerja sama dengan polisi Indonesia. Namun kemudian, situasinya sangat memprihatinkan dengan adanya
kerusuhan dan kekerasan yang terjadi hanya beberapa saat setelah selesainya jajak pendapat, sehingga timbul
berbagai reaksi dari luar negeri maupun dari pihak PBB sendiri mengenai kemungkinan untuk mendatangkan
Pasukan Perdamaian PBB UN Peace- Keeping Force di sana.
Berdasarkan teori-teori sumber input perumusan kebijakan luar negeri dari Lovell yang membagi
sumber input perumusan kebijakan luar negeri suatu negara, yaitu: Struktur Sistem Internasional, Persepsi
elit, Strategi negarabangsa lain dan Kapabilitas, secara
Implementasi Kebijakan Luar Negeri Indonesia terhadap Masalah Timor-Timur
Implementasi Kebijakan Luar Negeri
112
umum kebijakan luar negeri suatu negara dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internalnya.
Terjadinya kerusuhan-kerusuhan di Timor Timur, setelah selesainya jajak pendapat yang telah memakan
banyak korban jiwa dan harta yang tidak sedikit, ternyata telah mengundang banyak reaksi keras dari
banyak negara Barat, termasuk dari PBB sendiri yang terlibat dalam proses jajak pendapat. Reaksi tersebut
sangat tidak bersifat proposional. Ada kesan bahwa penanganan untuk mencegah dan mengatasi kerusuhan-
kerusuhan tersebut dari aparat keamanan Indonesia adalah sangat lamban bahkan dianggap memihak dan
tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Timor Timur bukanlah merupakan suatu situasi atau konflik
yang dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional sebagaimana yang dibayangkan oleh
negara-negara Barat, termasuk Australia dan Selandia Baru. Peristiwa yang terjadi di Timor Timur sifatnya
lokal dan mempunyai skala yang sangat kecil, bahkan peristiwa semacam itu tidak pula akan mengganggu
keamanan Indonesia secara keseluruhan apalagi untuk mengganggu atau mengancam perdamaian dan ke-
amanan dalam skala internasional.
Dewan keamanan PBB harus mengkaji apakah kerusuhan yang terjadi di wilayah Timor Timur yang
sifatnya lokal dengan skala yang sangat kecil benar- benar mengancam perdamaian dan keamanan inter-
nasional, sebagaimana tersirat dalam pasal 34 piagam PBB? Apabila ada desakan desakan negara-negara
barat, khususnya dari Australia yang sangat antusias, PBB harus mengirim pasukan Perdamaian ke Timor
Timur. Di sini, Indonesia harus menolak dengan keras