Economic Community Implementasi Kebijakan Luar Negeri.

85 melakukan konsultasi dengan Jepang untuk selanjutnya ditindaklanjuti dengan FTA bilateral. Setidaknya, Indonesia juga harus mengambil sikap yang cepat dalam melihat perkembangan di kawasan Asia Tenggara. Bila tidak, Jakarta akan tertinggal dengan perkembangan FTA bilateral. Apalagi Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menetapkan perbaikan ekonomi dan iklim investasi di Indonesia. Upaya tersebut, tentu saja tidak bisa dilepaskan dengan kondisi perkembangan ekonomi di ASEAN. Ketika Singapura melakukan kese- pakatan FTA bilateral, Jakarta tidak terlalu terpengaruh. Akan tetapi ketika FTA tersebut sudah dilakukan oleh Filipina, Malaysia dan Thailand, berarti Jakarta harus menilai kondisi tersebut sebagai tekanan regional. Sedikitnya, apabila Jakarta tidak mengambil langkah yang sama, maka produk ekspornya akan menghadapi kendala di pasar Jepang, Selandia Baru, Australia dan Amerika Serikat. Lantas, siapa yang akan berada di garis depan dalam memfungsikan koordinasi dalam tatanan intra- regional? Barangkali sudah saatnya Indonesia mengambil posisi penting sebagai negara yang berada di garis depan. Pembentukkan FTA yang ada tidak dapat dipungkiri lagi, sehingga tinggal meningkatkan fungsinya menjadi lebih bermanfaat pada kepentingan regional ASEAN. Pada saat yang sama, Indonesia juga mengambil posisi kepemimpinan untuk terus memperjuangkan fungsi koordinasi intraregional dengan cara meningkatkan porsi pertemuan di tingkat forum CEO. Kendala ini tidak akan bisa diatasi tanpa meletak- kan dimensi koordinasi dengan memfungsikan struktur ASEAN Secretariat sebagai nilai hubungan yang memper- temukan berbagai kebijakan bilateral ke dalam fungsi Pentingnya Koordinasi dalam Implementasi ASEAN Free Trade Area AFTA Implementasi Kebijakan Luar Negeri 86 regional. Dan aktor Indonesia menjadi penting ketika kemudian dikaitkan dengan sifat representatif Jakarta dari semua negara ASEAN. Sebab, selama ini Jakarta hanya berdiam dalam sikap ragu-ragu ketika kebijakan AFTA ditetapkan. Malahan terlihat sikap yang mendua dan bersembunyi dengan tetap menerapkan perlindungan terhadap produk dalam negeri tertentu di tengah pemberlakuan AFTA secara bertahap. Kecuali, jika Indonesia memang berterus terang tidak siap dalam menerima penerapan pasar bebas regional ASEAN. Implementasi Kebijakan Luar Negeri 88

A. Pendahuluan

Banyak negara mengalami konfrontasi karena adanya dilema dan tantangan di semua bidang dalam kegiatan umat manusia. Di pihak lain meningkatnya kebersamaan dari negara-negara dan timbulnya perbe- daan-perbedaan yang cukup besar telah pula mengakibat- kan percaturan dalam bidang diplomasi semakin mening- kat, yang ternyata telah membawa manfaat yang besar karena sangat diperlukan. Diplomasi telah menjadi satu bagian yang vital dalam kehidupan negara, dan merupakan sarana utama guna menanggani masalah-masalah internasional agar dapat dicapai suatu perdamaian dunia. Diplomasi yang merupakan proses politik tersebut, terutama dimaksud- kan untuk memelihara kebijakan luar negeri suatu pemerintah dalam mempengaruhi kebijakan dan sikap pemerintah negara lainnya. Sebagai proses politik, diplomasi juga merupa- kan bagian dari usaha saling mempengaruhi yang sifatnya sangat luas dan berbelit-belit dalam kegiatan inter- nasional yag dilakukan oleh pemerintah maupun organisasi internasional untuk meningkatkan sasarannya melalui saluran diplomatik. Setiap negara, apakah negara maju atau negara berkembang, dengan sendirinya memberikan dukungan di mana efektivitas dan nilai prinsip-prinsip diplomasi dapat diuji dengan hasil yang beragam. Oleh karena itu, praktik diplomasi menjadi semakin penting dalam setiap masa dan sejarah. Sejarah telah mengungkapkan, bahwa kapan saja sebuah atau sekelompok negara mengalami kehancuran karena adanya perang, para negarawan maupun pimpinannya yang berkuasa telah