Aspek politik dan aspek ekonomi Kebijakan
133 Amerika memerlukan dalih untuk mewujudkan
hal tersebut dan dilaksanakan dengan cara melem- parkan isu senjata nuklir padahal Amerika sendiri
tidak meratifikasi CTBT. Esensi strategis yang kedua adalah untuk menjaga dominasi sekutu dekatnya
yaitu Israel di Timur tengah. Sedangkan dari pers- pektif militer, perang akan menjadi suatu hal yang
menguntungkan karena dengan cara itu Iran dapat dikuasai Amerika Serikat.
b. Perspectives of historical dynamics Objek dari perspektif ini adalah orientasi
umum atau kedudukan dari negara-bangsa ter- hadap lingkungan internasionalnya atau terhadap
bagian yang utama dari jangkauan waktu. Analisis ini berfokus dalam menjelaskan bagaimana dan
mengapa orientasi dasar dikembangkan dan mengapa perubahan yang terjadi, dalam pengertian kewas-
padaan dan potensi akan adanya perang. Para pen- teori sejarah, seperti yang tergabung bersama
Arnold Toynbee, adalah bagian yang penting dari peninggalan teoretis ini.
c. Decision-making perspectives Perspektif ketiga yang penting adalah ber-
asal dari analisis-analisis kebijakan luar negeri Amerika Serikat dibuat yang dibuat dalam pers-
pektif pengambilan keputusan. Objek kunci dari analisis dari kasus ini adalah keputusan kebijakan
luar negeri yang mendasar atau rangkaian keputusan. Para analis menghubungkan struktur dan proses
dari pembuatan kebijakan luar negeri dengan hasil dari keputusan. Perspektif ini berakar dari berbagai
teori. Kebanyakan dari aktivitas penteori politik di abad ke-20 menekankan bahwa melalui proses
Implementasi Politik Luar Negeri Bebas Aktif dalam Konflik Israel-Lebanon
Implementasi Kebijakan Luar Negeri
134 dari pengambilan kebijakan politik dan formulasi-
nya menyebabkan satu sumber yang penting dari perspektif pengambilan keputusan.
Segala aspek dari negara seperti militer, pemerintahan, dan perekonomian membutuhkan
organisasi dalam skala besar dalam pengaturannya. Para pemimpin mencari informasi dengan meng-
gunakan badan ini. Selain itu peranan lainnya adalah sebagai penasihat kebijakan yang akan diambil
oleh sang pemimpin. Manajemen birokrasi untuk urusan luar
negeri tidaklah baru. Bagaimana pun juga dengan internasionalisasi dari politik domestik pada abad
20, pertumbuhan organisasi dalam skala besar semakin menyebar. Birokrasi berasal dari teori
Max Weber, bahwa dengan adanya birokrasi maka dapat meningkatkan efisiensi dan keputusan yang
rasional. Birokrasi, yang berarti sebuah badan yang ada sebagai perpanjangan tangan dari pihak peme-
rintah, meningkatkan efisiensi dengan cara mem- berikan tugas yang spesifik bagi individual dalam
pelaksanaannya. Belakangan ini, hadirnya banyak organisasi dapat membuat birokrasi semakin efisien
bekerja, dan dengan adanya rival maka keputusan bisa dibuat mencakup banyak kepentingan.
Apa yang muncul dari sebuah birokrasi adalah hal yang dianggap ideal dalam pencapaian
sebuah kebijakan. Dalam buku Graham Allison yang terkenal, Essence of Decision 1971, dia men-
definisikan bahwa terdapat dua elemen dalam bureucratic politics model sebuah deskripsi
mengenai proses pembuatan keputusan, yang melihat bahwa foreign policy adalah hasil kompromi
135 lembaga-lembaga pemerintah yang berkepen-
tingan. Yang pertama adalah proses organisasional, yang merefleksikan faktor pembatas dalam jaringan
kebijakan; yang kedua adalah politik pemerintahan yang menggarisbawahi pentingnya faktor birokrasi.
d. The role of leaders in foreign policy decision making
Para pemimpin dunia adalah penggerak dunia dengan berbagai kebijakan luar negerinya.
Hal ini berlaku bagi setiap pemimpin negara, saat membuat kebijakan, terutama bagi negara yang
mempunyai kekuasaan besar dalam hubungan internasional. Amerika Serikat dengan berbagai
kebijakan presidennya, dimulai dari Doktrin Nixon sampai Bush, telah membuat dunia seakan berubah
haluan, contohnya adalah doktrin Bush mengenai terorisme. Dia berdalih bahwa dunia mengalami
krisis keamanan akibat jaringan terosisme global, maka sesuai dengan hal ini, adalah wajar jika ada-
nya serangan pencegahan kepada negara yang dianggap sebagai sarang teroris, dan negara yang
mengganggu proses demokrasi. Terdapat dua teori rasionalitas mengenai
cara pembuatan keputusan yang pertama adalah prosedural rasionalitas, maksudnya adalah cara
pembuatan keputusan dengan cara mengambil semua informasi yang mencukupi atau bahkan lebih
dikatakan sempurna. Dengan adanya informasi ini, maka segala halangan akan bisa diatasi. Yang
kedua adalah rasionalitas instrumental. Dalam istilah ini, para pemimpin hanya mengadu argumen
dari alternatif yang ada. Bila argumen atas sebuah kebijakan lebih baik dimiliki oleh pihak yang
Implementasi Politik Luar Negeri Bebas Aktif dalam Konflik Israel-Lebanon