Tindak Lanjut Berlakunya UNCLOS 1982 di Indonesia
71
pelabuhan. Dalam hal-hal ini, garis dasar dapat ditarik secara lurus tanpa mengikuti
garis air rendah di pantai. Roadsteds tempat kapal-kapal buang jangkar di laut
di depan pelabuhan dianggap termasuk dalam laut wilayah.
b. Dalam hal-hal negara berdampingan atau berhadapan, laut wilayah masing-masing
perlu ditetapkan dengan perjanjian antara negara-negara tersebut pasal 15.
c. Di luar laut wilayah, negara pantai diperke- nankan mempunyai Lajur Tambahan Conti-
guous Zone sebesar 24 mil 12 mil di luar laut wilayah, yang diukur dari garis pangkal yang
dipergunakan untuk mengukur laut wilayah.
d. Tindakan-tindakan follow-up yang diperlukan adalah:
1. Meninjau kembali garis-garis pangkal laut wilayah Indonesia dan menyesuaikannya
dengan ketentuan-ketentuan dalam Kon- vensi, baik dengan ketentuan-ketentuan
dalam laut wilayah maupun ketentuan- ketentuan dalam negara-negara Nusantara.
2. Merundingkan penyelesaian batas laut wilayah Indonesia dengan negara-negara
tetangga khususnya: a Garis batas segitiga RI-Malaysia-Singa-
pura di selat Singapura. b Garis batas laut wilayah RI-Malaysia
di pantai timur Kalimantan. c Garis batas laut wilayah RI-Philipina.
3. Mendepositkan peta-peta dan koordinat dari garis batas tersebut pada Sekjen
Implementasi United Nation Convention on The Law of The Sea ‘82 Unclos ‘82 di Indonesia
Implementasi Kebijakan Luar Negeri
72
PBB sesuai dengan pasal 16 ayat 2. 4. Mendirikan zona tambahan Indonesia untuk
keperluan pengawasan pabean, keuangan, imigrasi, dan kesehatan sesuai dengan
pasal 33.
Pertumbuhan penduduk saat ini lebih kurang 1,9 per tahun, telah menimbulkan problema yang
sangat sulit untuk mengharapkan terpenuhinya semua kebutuhan rakyat Indonesia hanya dari sumber daya
yang ada di daratan, betapapun tingginya teknologi yang digunakan. Hukum ekonomi menyatakan bahwa
suatu negara hanya bisa tumbuh sampai batas tertentu yang dimungkinkan oleh sumber daya alamnya. Karena
itu, untuk menjamin kelanjutan pembangunan nasional perlu dicari sumber daya yang lain. Menjawab tantangan
ini, GBHN 1993 memberikan prioritas pembangunan ekonomi, dengan lebih mengintensifkan pemanfaatan
potensi kelautan dan kedirgantaraan. Sektor kelautan muncul secara eksplisit sebagai sektor baru dalam bidang
pembangunan ekonomi. Keputusan politik ini bertolak dari motivasi untuk mengatasi masalah keterbatasan
sumber daya yang ada di darat, sehingga pembangunan nasional dapat dilanjutkan dengan sebaik-baiknya.
Secara teoretis, laut merupakan medium komu- nikasi dan transportasi yang relatif murah serta mampu
berperan sebagai medium perpindahanpertukaran arus komoditas barang, jasa dan tenaga kerja. Luas
laut yang mencapai 23 luas wilayah negara Indonesia, merupakan wahana sumber daya alam yang relatif
jauh lebih besar dari daratan. Ironisnya sebagian besar belum dimanfaatkan secara optimal.
Laut merupakan medium yang mampu berperan sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa, apabila
73
dimanfaatkan secara optimal. Keadaan sebaliknya akan terjadi, apabila potensi kelautan kurang didayagunakan.
Meskipun sumber daya alam di daratan mampu memenuhi kebutuhan pembangunan sampai akhir Pem-
bangunan Jangka Panjang PJP II di masa rezim Orde Baru, namun untuk konservasi sumber daya di darat,
sekaligus guna memelihara kelestarian lingkungan, maka upaya mengalihkan eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya alam ke laut menjadi kepentingan yang tidak dapat di tunda-tunda.
Dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi nasional, regional dan internasional, pada kurun waktu
25 tahun mendatang diperkirakan peranan bidang eko- nomi masih tetap dominan dalam upaya mendapatkan
dana pembangunan yang hasilnya digunakan untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indo-
nesia. Sebagai konsekuensinya, titik berat pemba- ngunan nasional tetap bertumpu pada bidang ekonomi,
tanpa mengabaikan pembangunan di bidang-bidang lain.
Seirama dengan itu, titik berat pembangunan kelautan juga terletak pada subsektor yang berhubungan
dengan ekonomi, dengan tetap meningkatkan perhatian pada subsektor lain yang terkait. Dalam kaitan ini,
kiranya perhatian khusus pada subsektor ilmu penge- tahuan dan teknologi serta sumber daya manusia
merupakan tuntutan yang mendasar.
Beranalogi dari pemaparan di atas, maka terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan perihal implementasi