dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya, ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur
lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan peneliti pada awal
penelitian. Dengan kata lain hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis dan dapat digenerallisasikan pada populasi
penelitian ini.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional
guru. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas
p
= 0,031 lebih kecil dari nilai alpha α
= 0,05. Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian
besar guru mempunyai kecerdasan emosional tinggi 117 guru41. Kecerdasan emosional guru yang tinggi tampak dari kemampuan
mengetahui keterbatasan diri, mengetahui kelebihan diri, mengenali emosi diri, menahan emosi dan dorongan negatif, bertanggung jawab atas kinerja
pribadi, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide- ide serta informasi baru, dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan
sasaran kelompok atau organisasi, customer service, mendengar dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terbuka dan memberi pesan dengan jelas. Hasil penelitian ini didukung dengan mean = 75,85, median = 75, modus = 70.
Deskripsi kultur keluarga menunjukkan bahwa sebagian besar guru memiliki power distance kecil 136 guru47,7, dimensi cukup
individual 123 guru43,2, dimensi feminin 124 guru43,5, dan dimensi uncertainty avoidance cukup lemah 107 guru37,6. Hal ini
didukung dengan mean = 50,99, median = 51, modus = 51. Guru yang berasal dari kultur keluarga yang berdimensi power distance kecil
bercirikan mempunyai ketaatan pada norma keluarga, kepatuhan atau rasa hormat pada orang tua, dan otoritas orang tua berpengaruh terus dalam
hidupnya. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi power distance
kecil ini akan memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih tinggi, karena dalam keluarga tersebut tidak terdapat aturan yang ketat
yang menghambat perkembangan kecerdasan emosional setiap anggota keluarga. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi cukup
individual bercirikan memiliki kebebasan dalam menyatakan pendapat, keleluasaan untuk mandiri, dan memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi.
Guru denga n dimensi cukup individual ini akan memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi karena budaya individual menyebabkan
tumbuhnya kecerdasan emosional. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi feminin bercirikan lebih mengutamakan hubungan
interpersonal, keharmonisan, dan kinerja kelompok. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, seorang guru dari keluarga yang berpegang
pada budaya feminin dimana ada pembelajaran mengenai hubungan interpersonal dan keharmonisan dalam kinerja kelompok akan memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi. Guru yang berasal dari keluarga dengan uncertainty avoidance
lemah bercirikan memiliki toleransi terhadap situasi tidak pasti lebih tinggi, lebih bersikap rileks, dan sedikit memiliki aturan.
Dengan situasi ini anggota keluarga lebih diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam menyelesaikan tugas. Dalam kaitannya
dengan kecerdasan emosional, seorang guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi uncertainty avoidance lemah akan memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi. Sementara data mengenai jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah guru laki- laki
14952,3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh jenis kelamin
pada hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emo sional adalah signifikan. Artinya, data penelitian mendukung diterimanya hipotesis.
Dengan demikian hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini. Hal ini sejalan dengan dugaan peneliti pada awal
penelitian. Jenis kelamin menunj uk pada keseluruhan ciri yang membedakan manusia sebagai laki- laki dan perempuan yaitu mengenai
jasmani, kejiwaan, sifat, cara berpikir dan perasaan. Laki- laki memiliki pola dasar pandangan keluar, suka menjelajah dan menyelidiki alam
sekitar, suka mencoba dan mencari hal yang baru, aktif dalam mengambil PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
inisiatif, suka krit ik dan protes, intelek dan rasio lebih utama, serta dapat mengendalikan perasaan dengan akalnya Gilarso, 2003:3.
Pada dasarnya sebagian besar guru dalam penelitian ini adalah laki- laki, hal tersebut sejalan dengan ciri-ciri kultur hasil temuan yang
menunjukkan kultur keluarga mereka cenderung berdimensi individual dan uncertainty avoidance
lemah. Laki- laki berdasar cici-ciri psikologisnya mempunyai sifat yang lebih mandiri sesuai denga n ciri budaya individual.
Dengan sifat ini laki- laki akan memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi. Keluarga dengan dimensi individual mendorong anggotanya
mandiri dan merealisasikan hak-hak pribadinya. Guru laki- laki berdasarkan ciri psikologisnya mempunyai sifat yang lebih mandiri sesuai
dengan ciri budaya individual. Dengan sifat ini laki- laki akan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Keluarga dengan budaya individual
mendorong anggotanya mandiri dan merealisasikan hak- hak pribadinya. Laki- laki yang berasal dari dimensi uncertainty avoidance lemah akan
lebih cenderung mencoba hal- hal baru tanpa merasa terancam dengan resiko yang akan dihadapi. Sikap gigih seorang laki- laki dalam
memperjuangkan kegagalan dan hambatan akan sesuatu yang tidak pasti mencerminkan tingkat kecerdasan emosiona l yang dimiliki tinggi.
2. Pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja
dengan kecerdasan emosional guru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan
kecerdasan emosional guru. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas
p
= 0,038 lebih kecil dari nilai alpha
α = 0,05.
Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar guru mempunyai kecerdasan emosional tinggi 117 guru41. Guru
dengan kecerdasan emosional tinggi akan tampak dari kemampuan mengetahui keterbatasan diri, mengetahui kelebihan diri, mengenali emosi
diri, menahan emosi dan dorongan negatif, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide- ide serta
informasi baru, dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, customer service, mendengar dengan
terbuka dan memberi pesan dengan jelas. Hasil penelitian ini didukung dengan mean = 75,85, median = 75, modus = 70.
Deskripsi kultur lingkungan kerja menunjukkan sebagian besar guru mempunyai power distance kecil 79 guru27,7, dimensi
individual 96 guru33,3, dimensi feminin 125 guru43,8, dimensi
uncertainty avoidance cukup lemah 122 guru42,8. Hal ini didukung
dengan mean = 45,40, median = 45, modus = 45. Guru yang berasal dari kultur lingkungan kerja dengan dimensi power distance kecil bercirikan
terdapat kedudukan yang sama antara atasan dan bawahan, guru memiliki kebebasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, serta
memiliki sikap demokratis dalam bekerja, hal tersebut akan meningkatkan kecerdasan emosional. Guru yang berasal dari kultur lingkungan kerja
dengan dimensi individual bercirikan menekankan pada hubungan kerja atas dasar transaksi bisnis, manajemen individual, serta pengelolaan
pekerjaan secara individual. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, guru dalam lingkungan kerja dengan dimensi individual
cenderung memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Guru yang berasal dari kultur lingkungan kerja dengan dimensi feminin bercirikan lebih
mengutamakan pada kerendahan hati dan kesetiakawanan, serta mengutamakan mufakat. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional,
guru dalam lingkungan kerja dengan dimensi feminin ada pembelajaran mengenai hubungan interpersonal dan kehermonisan dalam kinerja
kelompok, membentuk guru memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Guru yang berasal dari lingkungan kerja dengan budaya uncertainty
avoidance lemah bercirikan lebih mengembangkan waktu sebagai batasan
kerja dan dalam bekerja selalu termotivasi dengan prestasi, penghargaan atau rasa memiliki. Dengan situasi ini guru sebagai bawahan akan diberi
kesempatan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam melaksanakan tugas. Guru yang berada dalam lingkungan kerja dengan uncertainty avoidance
lemah cenderung memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Sementara data mengenai jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar
responden adalah guru laki- laki 149 guru52,3. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh jenis kelamin pada hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional
adalah signifikan. Artinya, data penelitian mendukung diterimanya hipotesis. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan
pada populasi penelitian ini. Hal ini sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Jenis kelamin menunjuk pada keseluruhan ciri yang
membedakan manusia sebagai laki- laki dan perempuan yaitu mengenai jasmani, kejiwaan, sifat, cara berpikir dan perasaan. Laki- laki memiliki
pola dasar pandangan keluar, suka menjelajah dan menyelidiki alam sekitar, suka mencoba dan mencari hal yang baru, aktif dalam mengambil
inisiatif, suka kritik dan protes, intelek dan rasio lebih utama, serta dapat mengendalikan perasaan dengan akalnya Gilarso, 2003:3.
Pada dasarnya sebagian besar guru adalah laki- laki, hal tersebut sejalan dengan ciri-ciri kultur hasil temuan yang menunjukkan kultur
lingkungan kerja mereka cenderung berdimensi individual dan uncertainty avoidance
lemah. Laki- laki berdasarkan ciri psikologisnya mempunyai sifa t yang lebih mandiri, menekankan tanggung jawab dan hak pribadinya,
sehingga mampu menumbuhkan kemandirian emosional pada instansi tempat seseorang bekerja, sehingga laki- laki akan memiliki kecerdasan
emosional yang lebih tinggi. Laki- laki yang berasal dari dimensi uncertainty avoidance
lemah akan lebih cenderung mencoba hal- hal baru tanpa merasa terancam dengan resiko yang akan dihadapi. Sikap gigih
seorang laki- laki dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pekerjaannya akan sesuatu yang tidak pasti mencerminkan tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki tinggi.
3. Pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan
masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh jenis
kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik
yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas
p
= 0,041 lebih kecil dari nilai alpha
α = 0,05.
Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar guru mempunyai kecerdasan emosional tinggi 117 guru41. Guru
dengan kecerdasan emosional tinggi akan tampak dari kemampuan mengetahui keterbatasan diri, mengetahui kelebihan diri, mengenali emosi
diri, menahan emosi dan dorongan negatif, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide- ide serta
informasi baru, dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, customer service, mendengar dengan
terbuka dan memberi pesan dengan jelas. Hasil penelitian ini didukung dengan mean = 75,85, median = 75, modus = 70.
Deskripsi kultur lingkungan masyarakat menunjukkan sebagian besar guru mempunyai power distance kecil 106 guru37,2, dimensi
cukup individual 123 guru43,2, dimensi feminin 111 guru38,9, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan uncertainty avoidance lemah 127 guru44,5. Hal tersebut didukung mean = 50,63, median = 50, modus = 50. Guru yang berasal dari kultur
lingkungan masyarakat dengan power distance kecil bercirikan akan menggunakan kekuasaan menjadi subjek untuk kriteria baik atau buruk,
memperlihatkan kekuasaan yang lebih rendah dari yang dimiliki, dan semua orang memiliki hak yang sama. Kondisi ini mendukung warga
masyarakat memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi. Guru yang berasal dari kultur lingkungan masyarakat dengan dimensi cukup
individual bercirikan mendukung tumbuhnya keyakinan terhadap emosi diri sendiri berkaitan dengan ketepatan dalam pengambilan keputusan
masalah pribadi, mengutamakan kepentingan individu, mendukung hak dan hukum dengan porsi yang sama. Dalam kaitannya dengan kecerdasan
emosional, guru yang tinggal dalam lingkungan masyarakat dengan budaya cukup individual cenderung memiliki kecerdasan emosional yang
lebih tinggi. Guru dari lingkungan masyarakat dengan dimensi feminin bercirikan lebih mengorientasikan sikap solider, pemecahan masalah
secara negosiasi dan kompromi, laki- laki dan perempuan memiliki peran yang sama dalam segala hal. Guru dalam lingkungan masyarakat dengan
dimensi feminin cenderung akan memiliki sikap empati yang tinggi, akibatnya tingkat kecerdasan emosional guru tersebut tinggi. Guru yang
berasal dari lingkungan masyarakat dengan uncertainty avoidance lemah bercirikan akan lebih menerima protes, dan memiliki kebebasan dalam
mengaktualisasikan diri. Dalam kaitannya degan kecerdasan emosional, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
guru yang berada dalam lingkungan masyarakat dengan budaya uncertainty avoidance
lemah cenderung memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Sementara data mengenai jenis kelamin menunjukkan bahwa
sebagian besar responden adalah guru laki- laki 149 guru52,3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh jenis kelamin
pada hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional adalah signifikan. Artinya, data penelitian mendukung
diterimanya hipotesis. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini. Hal ini sejalan dengan
dugaan peneliti pada awal penelitian. Jenis kelamin menunjuk pada keseluruhan ciri yang membedakan manusia sebagai laki- laki dan
perempuan yaitu mengenai jasmani, kejiwaan, sifat, cara berpikir dan perasaan. Laki- laki memiliki pola dasar pandangan keluar, suka
menjelajah dan menyelidiki alam sekitar, suka mencoba dan mencari hal yang baru, aktif dalam mengambil inisiatif, suka kritik dan protes, intelek
dan menggunakan rasional lebih utama, serta dapat mengendalikan perasaan dengan akalnya Gilarso, 2003:3.
Pada dasarnya sebagian besar guru dalam penelitian ini adalah laki- laki, hal tersebut sejalan dengan ciri-ciri kultur hasil temuan yang
menunjukkan kultur lingkungan masyarakat mereka cenderung berdimensi individual dan uncertainty avoidance lemah. Laki- laki berdasarkan ciri-
ciri psikologisnya mempunyai sifat yang lebih mandiri sesuai dengan ciri- ciri budaya individual, serta sifat self awareness yang kuat. Dengan sifat
ini seorang laki- laki mempunyai kecerdasan emosional yang lebih tinggi. Guru laki- laki dengan kultur lingkungan masyarakat dengan dimensi
uncertainty avoidance lemah akan lebih cenderung terbiasa
mengaktualisasikan diri secara rasional, sehingga membentuk laki- laki memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi. Sikap gigih seorang
laki- laki dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan akan sesuatu yang tidak pasti mencerminkan tingginya tingkat kecerdasan emosional.
4. Pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur keluarga
dengan kecerdasan emosional guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif
locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan
emosional guru. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas
p
= 0,039 lebih kecil dari nilai alpha
α = 0,05.
Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar guru mempunyai kecerdasan emosional tinggi 117 guru41. Guru
dengan kecerdasan emosional tinggi akan tampak dari kemampuan mengetahui keterbatasan diri, mengetahui kelebihan diri, mengenali emosi
diri, menahan emosi dan dorongan negatif, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide- ide serta
informasi baru, dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, customer service, mendengar dengan
terbuka dan memberi pesan dengan jelas. Hasil penelitian ini didukung dengan mean = 75,85, median = 75, modus = 70.
Deskripsi kultur keluarga menunjukkan bahwa sebagian besar guru memiliki power distance kecil 136 guru47,7, dimensi cukup
individual 123 guru43,2, dimensi feminin 124 guru43,5, dan dimensi uncertainty avoidance lemah 107 guru37,6. Hal ini didukung
dengan mean = 50,99, median = 51, modus = 51. Guru yang berasal dari kultur keluarga yang berdimensi power distance kecil bercirikan
mempunyai ketaatan pada norma keluarga, kepatuhan atau rasa hormat pada orang tua, dan otoritas orang tua berpengaruh terus dalam hidupnya.
Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi power distance kecil ini akan memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih tinggi,
karena dalam keluarga tersebut tidak terdapat aturan yang ketat yang menghambat perkembangan kecerdasan emosional setiap anggota
keluarga. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi cukup individual ini bercirikan akan memiliki kebebasan dalam menyatakan
pendapat, keleluasaan untuk mandiri, dan memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi. Guru dengan dimensi cukup individual ini akan memiliki
tingkat kecerdasan emosional yang tinggi karena budaya individual menyebabkan tumbuhnya kecerdasan emosional. Guru yang berasal dari
kultur keluarga dengan dimensi feminin bercirikan lebih mengutamakan hubungan interpersonal, keharmonisan, dan kinerja kelompok. Dalam
kaitannya dengan kecerdasan emosional, seorang guru dari keluarga yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berpegang pada budaya feminin dimana ada pembelajaran mengenai hubungan interpersonal dan keharmonisan dalam kinerja kelompok akan
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Guru yang berasal dari keluarga dengan uncertainty avoidance lemah bercirikan memiliki
toleransi terhadap situasi tidak pasti lebih tinggi, lebih bersikap rileks, dan sedikit memiliki aturan. Dengan situasi ini anggota keluarga lebih diberi
kesempatan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam menyelesaikan tugas. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, seorang guru yang berasal
dari kultur keluarga dengan dimensi uncertainty avoidance lemah akan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Sementara data mengenai
locus of control menunjukkan sebagian besar guru mempunyai locus of
control eksternal 202 guru70,9.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh locus of control pada hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional adalah
signifikan. Artinya, data penelitian mendukung untuk diterimanya hipotesis dan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi ini.
Hal ini sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Jumlah responden yang sebagian besar mempunyai locus of control eksternal tidak
mendukung seorang guru mempunyai kecerdasan emosional tinggi, karena rendahnya keyakinan akan kemampuan diri. Namum demikian
berdasarkan hasil penelitian, kondisi kultur keluarga mendukung tingkat kecerdasan emosional tinggi. Hal ini tampak dari kondisi kultur keluarga
mereka yang berdimensi power distance kecil, dimensi cukup individual, dimensi feminin, dan dimensi uncertainty avoidance lemah.
Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi power distance
kecil berusaha meminimalkan perbedaan status dan mengutamakan kesejajaran, sehingga aturan-aturan yang ditetapkan dalam
keluarga bersifat lebih longgar. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi individual akan memiliki keleluasaan dalam menyatakan
pendapat, keleluasaan untuk mandiri, dan memiliki kebutuhan berkomunikasi. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi
feminin lebih mengutamakan hubungan interpersonal, keharmonisan dan kinerja kelompok. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimnesi
uncertainty avoidance lemah, memiliki toleransi terhadap situasi tidak
pasti lebih tinggi, lebih bersikap rileks, dan sedikit memiliki aturan. Memang mayoritas orang Indonesia ber-Locus of Control eksternal,
sehingga sulit mengidentifikasi yang ber-Locus of Control internal Sarwono, 616:2006.
5. Pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan
kerja dengan kecerdasan emosional guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan
kecerdasan emosional guru. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas
p
= 0,596 lebih besar dari nilai alpha
α = 0,05.
Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar guru mempunyai kecerdasan emosional tinggi 117 guru41. Guru
dengan kecerdasan emosional tinggi akan dari kemampuan mengetahui keterbatasan diri, mengetahui kelebihan diri, mengenali emosi diri,
menahan emosi dan dorongan negatif, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide- ide serta
informasi baru, dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan denga n sasaran kelompok atau organisasi, customer service, mendengar dengan
terbuka dan memberi pesan dengan jelas. Hasil penelitian ini didukung dengan mean = 75,85, median = 75, modus = 70.
Deskripsi kultur lingkungan kerja menunjukkan sebagian besar guru mempunyai power distance kecil 79 guru27,7, dimensi
individual 96 guru33,3, dimensi feminin 125guru43,8, dimensi
uncertainty avoidance lemah 122 guru42,8. Hal ini didukung dengan
mean = 45,40, median = 45, modus = 45. Guru yang berasal dari kultur lingkungan kerja dengan dimensi power distance kecil bercirikan berusaha
meminimalkan perbedaan status dan mengutamakan kesejajaran dimana terdapat kedudukan yang sama antara atasan dan bawahan, guru memiliki
kebebasan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, serta memiliki sikap demokratis dalam bekerja, hal tersebut akan meningkatkan
kecerdasan emosional. Guru yang berasal dari kultur lingkungan kerja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan dimensi individual bercirikan menekankan pada hubungan kerja atas dasar transaksi bisnis, manajemen individual, serta pengelolaan
pekerjaan secara individual. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, guru dalam kultur lingkungan kerja dengan dimensi individual
cenderung memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Guru yang berasal dari kultur lingkungan kerja dengan dimensi feminin bercirikan lebih
mengutamakan pada kerendahan hati dan kesetiakawanan, serta mengutamakan mufakat. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional,
guru dalam kultur lingkungan kerja dengan dimensi feminin ada pembelajaran mengenai hubungan interpersonal dan keharmonisan dalam
kinerja kelompok, membentuk guru memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi. Guru yang berasal dari kultur lingkungan kerja dengan
dimensi uncertainty avoidance lemah, lebih mengembangkan waktu sebagai batasan kerja dan dalam bekerja selalu termotivasi dengan
prestasi, penghargaan atau rasa memiliki. Dengan situasi ini guru sebagai bawahan akan diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam
melaksanakan tugas. Guru yang berada dalam kultur lingkungan kerja dengan dimensi uncertainty avoidance lemah cenderung memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi. Sementara data mengenai locus of control
menunjukkan sebagian besar guru mempunyai locus of control eksternal 202 guru70,9.
Hasil penelitian meneunjukkan bahwa pengaruh locus of control
pada hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
emosional adalah tidak signifikan. Artinya, data penelitian tidak mendukung untuk diterimanya hipotesis dan hasil penelitian tidak dapat
digeneralisasikan pada populasi ini. Hal ini tidak sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Kemungkinan hal-hal yang menyebabkan
antara lain 1 locus of control individu bergerak di ekstrim eksternal dan ekstrim internal, sehingga setiap orang dimungkinkan tidak hanya
mempunyai salah satu arah locus of control. Artinya, seseorang dengan locus of control
internal juga memiliki locus of control eksternal, 2 jumlah responden yang sebagian besar memiliki locus of control eksternal
tidak mendukung seorang guru mempunyai kecerdasan emosional, sebab mereka tidak mempunyai keyakinan diri sehingga lebih bergantung pada
orang lain. Hal ini menggambarkan seseorang tidak memiliki keyakinan diri dan tidak gigih dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan ,
sehingga mendukung kecerdasan emosional guru rendah.
6. Pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan
masyarakat dengan kecerdasan emosional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif
locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan
kecerdasan emosional guru. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas
p
= 0,021 lebih kecil dari nilai alpha
α = 0,05.
Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar guru mempunyai kecerdasan emosional tinggi 117 guru41. Guru
dengan kecerdasan emosional tinggi akan tampak dari kemampuan mengetahui keterbatasan diri, mengetahui kelebihan diri, mengenali emosi
diri, menahan emosi dan dorongan negatif, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide- ide serta
informasi baru, dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, customer service, mendengar dengan
terbuka dan memberi pesan dengan jelas. Hasil penelitian ini didukung dengan mean = 75,85, median = 75, modus = 70.
Deskripsi kultur lingkungan masyarakat menunjukkan sebagian besar guru mempunyai power distance kecil 106 guru37,2, dimensi
cukup individual 123 guru43,2, dimensi feminin 111 guru38,9, dan uncertainty avoidance lemah 127 guru44,5. Hal tersebut didukung
mean = 50,63, median = 50, modus = 50. Guru yang berasal dari lingkungan masyarakat dengan power distance kecil akan menggunakan
kekuasaan menjadi subjek untuk kriteria baik atau buruk, memperlihatkan kekuasaan yang lebih rendah dari yang dimiliki, dan semua orang
memiliki hak yang sama. Kondisi ini memdukung warga masyarakat memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi. Guru yang berasal
dari lingkungan masyarakat dengan dimensi cukup individual mendukung tumbuhnya keyakinan terhadap emosi diri sendiri berkaitan dengan
ketepatan dalam pengambilan keputusan masalah pribadi, mengutamakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kepentingan individu, mendukung hak dan hukum dengan porsi yang sama. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, guru yang tinggal
dalam lingkungan masyarakat dengan budaya cukup individual cenderung memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Guru dari lingkungan
masyarakat dengan dimensi feminin lebih mengorientasikan sikap solider, pemecahan masalah secara negosiasi dan kompromi, laki- laki dan
perempuan memiliki peran yang sama dalam segala hal. Guru dalam lingkungan masyarakat dengan dimensi feminin cenderung akan memiliki
sikap empati yang tinggi, akibatnya tingkat kecerdasan emosional guru tersebut tinggi. Guru yang berasal dari lingkungan masyarakat dengan
uncertainty avoidance lemah akan lebih menerima protes, dan memiliki
kebebasan dalam mengaktualisasikan diri. Dalam kaitannya degan kecerdasan emosional, guru yang berada dalam lingkungan masyarakat
dengan budaya uncertainty avoidance lemah cenderung memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Sementara data mengenai locus of
control menunjukkan sebagian besar guru mempunyai locus of control
eksternal 202 guru70,9. Hasil penelitian meneunjukkan bahwa pengaruh locus of
control pada hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional
adalah signifikan. Artinya, data penelitian mendukung untuk diterimanya hipotesis dan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi ini.
Hal ini sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Jumlah responden yang sebagian besar mempunyai locus of control eksternal tidak
mendukung seorang guru mempunyai kecerdasan emosional tinggi, karena rendahnya keyakinan akan kemampuan diri. Namum demikian
berdasarkan hasil penelitian, kondisi kultur keluarga mendukung tingkat kecerdasan emosional tinggi. Hal ini tampak dari kondisi kultur keluarga
mereka yang berdimensi power distance kecil, dimensi cukup individual, dimensi feminin, dan berdimensi uncertainty avoidance lemah.
Guru yang berasal dari kultur lingkungan masyarakat dengan dimensi power distance kecil akan menggunakan kekuasaan menjadi
kriteria baik dan buruknya tindakan serta memperlihatkan kekuasaan yang lebih rendah dari yang dimiliki. Guru yang berasal dari kultur lingkungan
masyarakat dengan dimensi individual akan memiliki keyakinan diri dalam pengambilan keputusan sehingga, tidak bergantung pada kelompok.
Guru yang berasal dari kultur lingkungan masyarakat dengan dimensi feminin cenderung memiliki sikap empati yang tinggi. Guru yang berasal
dari kultur lingkungan masyarakat dengan dimensi uncertainty avoidance lemah lebih menerima protes, toleransi terhadap situasi lebih tinggi, lebih
bersikap rileks, dan sedikit memiliki aturan. Memang mayoritas orang Indonesia ber-Locus of Control eksternal, sehingga sulit mengidentifikasi
yang ber-Locus of Control internal Sarwono, 616:2006. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP