Pembahasan Hasil Penelitian ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya, ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Dengan kata lain hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis dan dapat digenerallisasikan pada populasi penelitian ini.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas p = 0,031 lebih kecil dari nilai alpha α = 0,05. Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar guru mempunyai kecerdasan emosional tinggi 117 guru41. Kecerdasan emosional guru yang tinggi tampak dari kemampuan mengetahui keterbatasan diri, mengetahui kelebihan diri, mengenali emosi diri, menahan emosi dan dorongan negatif, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide- ide serta informasi baru, dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, customer service, mendengar dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terbuka dan memberi pesan dengan jelas. Hasil penelitian ini didukung dengan mean = 75,85, median = 75, modus = 70. Deskripsi kultur keluarga menunjukkan bahwa sebagian besar guru memiliki power distance kecil 136 guru47,7, dimensi cukup individual 123 guru43,2, dimensi feminin 124 guru43,5, dan dimensi uncertainty avoidance cukup lemah 107 guru37,6. Hal ini didukung dengan mean = 50,99, median = 51, modus = 51. Guru yang berasal dari kultur keluarga yang berdimensi power distance kecil bercirikan mempunyai ketaatan pada norma keluarga, kepatuhan atau rasa hormat pada orang tua, dan otoritas orang tua berpengaruh terus dalam hidupnya. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi power distance kecil ini akan memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih tinggi, karena dalam keluarga tersebut tidak terdapat aturan yang ketat yang menghambat perkembangan kecerdasan emosional setiap anggota keluarga. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi cukup individual bercirikan memiliki kebebasan dalam menyatakan pendapat, keleluasaan untuk mandiri, dan memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi. Guru denga n dimensi cukup individual ini akan memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi karena budaya individual menyebabkan tumbuhnya kecerdasan emosional. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi feminin bercirikan lebih mengutamakan hubungan interpersonal, keharmonisan, dan kinerja kelompok. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, seorang guru dari keluarga yang berpegang pada budaya feminin dimana ada pembelajaran mengenai hubungan interpersonal dan keharmonisan dalam kinerja kelompok akan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Guru yang berasal dari keluarga dengan uncertainty avoidance lemah bercirikan memiliki toleransi terhadap situasi tidak pasti lebih tinggi, lebih bersikap rileks, dan sedikit memiliki aturan. Dengan situasi ini anggota keluarga lebih diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam menyelesaikan tugas. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, seorang guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi uncertainty avoidance lemah akan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Sementara data mengenai jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah guru laki- laki 14952,3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh jenis kelamin pada hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emo sional adalah signifikan. Artinya, data penelitian mendukung diterimanya hipotesis. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini. Hal ini sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Jenis kelamin menunj uk pada keseluruhan ciri yang membedakan manusia sebagai laki- laki dan perempuan yaitu mengenai jasmani, kejiwaan, sifat, cara berpikir dan perasaan. Laki- laki memiliki pola dasar pandangan keluar, suka menjelajah dan menyelidiki alam sekitar, suka mencoba dan mencari hal yang baru, aktif dalam mengambil PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI inisiatif, suka krit ik dan protes, intelek dan rasio lebih utama, serta dapat mengendalikan perasaan dengan akalnya Gilarso, 2003:3. Pada dasarnya sebagian besar guru dalam penelitian ini adalah laki- laki, hal tersebut sejalan dengan ciri-ciri kultur hasil temuan yang menunjukkan kultur keluarga mereka cenderung berdimensi individual dan uncertainty avoidance lemah. Laki- laki berdasar cici-ciri psikologisnya mempunyai sifat yang lebih mandiri sesuai denga n ciri budaya individual. Dengan sifat ini laki- laki akan memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi. Keluarga dengan dimensi individual mendorong anggotanya mandiri dan merealisasikan hak-hak pribadinya. Guru laki- laki berdasarkan ciri psikologisnya mempunyai sifat yang lebih mandiri sesuai dengan ciri budaya individual. Dengan sifat ini laki- laki akan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Keluarga dengan budaya individual mendorong anggotanya mandiri dan merealisasikan hak- hak pribadinya. Laki- laki yang berasal dari dimensi uncertainty avoidance lemah akan lebih cenderung mencoba hal- hal baru tanpa merasa terancam dengan resiko yang akan dihadapi. Sikap gigih seorang laki- laki dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan akan sesuatu yang tidak pasti mencerminkan tingkat kecerdasan emosiona l yang dimiliki tinggi. 2. Pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas p = 0,038 lebih kecil dari nilai alpha α = 0,05. Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar guru mempunyai kecerdasan emosional tinggi 117 guru41. Guru dengan kecerdasan emosional tinggi akan tampak dari kemampuan mengetahui keterbatasan diri, mengetahui kelebihan diri, mengenali emosi diri, menahan emosi dan dorongan negatif, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide- ide serta informasi baru, dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, customer service, mendengar dengan terbuka dan memberi pesan dengan jelas. Hasil penelitian ini didukung dengan mean = 75,85, median = 75, modus = 70. Deskripsi kultur lingkungan kerja menunjukkan sebagian besar guru mempunyai power distance kecil 79 guru27,7, dimensi individual 96 guru33,3, dimensi feminin 125 guru43,8, dimensi uncertainty avoidance cukup lemah 122 guru42,8. Hal ini didukung dengan mean = 45,40, median = 45, modus = 45. Guru yang berasal dari kultur lingkungan kerja dengan dimensi power distance kecil bercirikan terdapat kedudukan yang sama antara atasan dan bawahan, guru memiliki kebebasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, serta memiliki sikap demokratis dalam bekerja, hal tersebut akan meningkatkan kecerdasan emosional. Guru yang berasal dari kultur lingkungan kerja dengan dimensi individual bercirikan menekankan pada hubungan kerja atas dasar transaksi bisnis, manajemen individual, serta pengelolaan pekerjaan secara individual. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, guru dalam lingkungan kerja dengan dimensi individual cenderung memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Guru yang berasal dari kultur lingkungan kerja dengan dimensi feminin bercirikan lebih mengutamakan pada kerendahan hati dan kesetiakawanan, serta mengutamakan mufakat. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, guru dalam lingkungan kerja dengan dimensi feminin ada pembelajaran mengenai hubungan interpersonal dan kehermonisan dalam kinerja kelompok, membentuk guru memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Guru yang berasal dari lingkungan kerja dengan budaya uncertainty avoidance lemah bercirikan lebih mengembangkan waktu sebagai batasan kerja dan dalam bekerja selalu termotivasi dengan prestasi, penghargaan atau rasa memiliki. Dengan situasi ini guru sebagai bawahan akan diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam melaksanakan tugas. Guru yang berada dalam lingkungan kerja dengan uncertainty avoidance lemah cenderung memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Sementara data mengenai jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah guru laki- laki 149 guru52,3. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh jenis kelamin pada hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional adalah signifikan. Artinya, data penelitian mendukung diterimanya hipotesis. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini. Hal ini sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Jenis kelamin menunjuk pada keseluruhan ciri yang membedakan manusia sebagai laki- laki dan perempuan yaitu mengenai jasmani, kejiwaan, sifat, cara berpikir dan perasaan. Laki- laki memiliki pola dasar pandangan keluar, suka menjelajah dan menyelidiki alam sekitar, suka mencoba dan mencari hal yang baru, aktif dalam mengambil inisiatif, suka kritik dan protes, intelek dan rasio lebih utama, serta dapat mengendalikan perasaan dengan akalnya Gilarso, 2003:3. Pada dasarnya sebagian besar guru adalah laki- laki, hal tersebut sejalan dengan ciri-ciri kultur hasil temuan yang menunjukkan kultur lingkungan kerja mereka cenderung berdimensi individual dan uncertainty avoidance lemah. Laki- laki berdasarkan ciri psikologisnya mempunyai sifa t yang lebih mandiri, menekankan tanggung jawab dan hak pribadinya, sehingga mampu menumbuhkan kemandirian emosional pada instansi tempat seseorang bekerja, sehingga laki- laki akan memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi. Laki- laki yang berasal dari dimensi uncertainty avoidance lemah akan lebih cenderung mencoba hal- hal baru tanpa merasa terancam dengan resiko yang akan dihadapi. Sikap gigih seorang laki- laki dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pekerjaannya akan sesuatu yang tidak pasti mencerminkan tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki tinggi. 3. Pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas p = 0,041 lebih kecil dari nilai alpha α = 0,05. Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar guru mempunyai kecerdasan emosional tinggi 117 guru41. Guru dengan kecerdasan emosional tinggi akan tampak dari kemampuan mengetahui keterbatasan diri, mengetahui kelebihan diri, mengenali emosi diri, menahan emosi dan dorongan negatif, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide- ide serta informasi baru, dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, customer service, mendengar dengan terbuka dan memberi pesan dengan jelas. Hasil penelitian ini didukung dengan mean = 75,85, median = 75, modus = 70. Deskripsi kultur lingkungan masyarakat menunjukkan sebagian besar guru mempunyai power distance kecil 106 guru37,2, dimensi cukup individual 123 guru43,2, dimensi feminin 111 guru38,9, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan uncertainty avoidance lemah 127 guru44,5. Hal tersebut didukung mean = 50,63, median = 50, modus = 50. Guru yang berasal dari kultur lingkungan masyarakat dengan power distance kecil bercirikan akan menggunakan kekuasaan menjadi subjek untuk kriteria baik atau buruk, memperlihatkan kekuasaan yang lebih rendah dari yang dimiliki, dan semua orang memiliki hak yang sama. Kondisi ini mendukung warga masyarakat memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi. Guru yang berasal dari kultur lingkungan masyarakat dengan dimensi cukup individual bercirikan mendukung tumbuhnya keyakinan terhadap emosi diri sendiri berkaitan dengan ketepatan dalam pengambilan keputusan masalah pribadi, mengutamakan kepentingan individu, mendukung hak dan hukum dengan porsi yang sama. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, guru yang tinggal dalam lingkungan masyarakat dengan budaya cukup individual cenderung memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi. Guru dari lingkungan masyarakat dengan dimensi feminin bercirikan lebih mengorientasikan sikap solider, pemecahan masalah secara negosiasi dan kompromi, laki- laki dan perempuan memiliki peran yang sama dalam segala hal. Guru dalam lingkungan masyarakat dengan dimensi feminin cenderung akan memiliki sikap empati yang tinggi, akibatnya tingkat kecerdasan emosional guru tersebut tinggi. Guru yang berasal dari lingkungan masyarakat dengan uncertainty avoidance lemah bercirikan akan lebih menerima protes, dan memiliki kebebasan dalam mengaktualisasikan diri. Dalam kaitannya degan kecerdasan emosional, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI guru yang berada dalam lingkungan masyarakat dengan budaya uncertainty avoidance lemah cenderung memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Sementara data mengenai jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah guru laki- laki 149 guru52,3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh jenis kelamin pada hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional adalah signifikan. Artinya, data penelitian mendukung diterimanya hipotesis. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini. Hal ini sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Jenis kelamin menunjuk pada keseluruhan ciri yang membedakan manusia sebagai laki- laki dan perempuan yaitu mengenai jasmani, kejiwaan, sifat, cara berpikir dan perasaan. Laki- laki memiliki pola dasar pandangan keluar, suka menjelajah dan menyelidiki alam sekitar, suka mencoba dan mencari hal yang baru, aktif dalam mengambil inisiatif, suka kritik dan protes, intelek dan menggunakan rasional lebih utama, serta dapat mengendalikan perasaan dengan akalnya Gilarso, 2003:3. Pada dasarnya sebagian besar guru dalam penelitian ini adalah laki- laki, hal tersebut sejalan dengan ciri-ciri kultur hasil temuan yang menunjukkan kultur lingkungan masyarakat mereka cenderung berdimensi individual dan uncertainty avoidance lemah. Laki- laki berdasarkan ciri- ciri psikologisnya mempunyai sifat yang lebih mandiri sesuai dengan ciri- ciri budaya individual, serta sifat self awareness yang kuat. Dengan sifat ini seorang laki- laki mempunyai kecerdasan emosional yang lebih tinggi. Guru laki- laki dengan kultur lingkungan masyarakat dengan dimensi uncertainty avoidance lemah akan lebih cenderung terbiasa mengaktualisasikan diri secara rasional, sehingga membentuk laki- laki memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi. Sikap gigih seorang laki- laki dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan akan sesuatu yang tidak pasti mencerminkan tingginya tingkat kecerdasan emosional. 4. Pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas p = 0,039 lebih kecil dari nilai alpha α = 0,05. Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar guru mempunyai kecerdasan emosional tinggi 117 guru41. Guru dengan kecerdasan emosional tinggi akan tampak dari kemampuan mengetahui keterbatasan diri, mengetahui kelebihan diri, mengenali emosi diri, menahan emosi dan dorongan negatif, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide- ide serta informasi baru, dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, customer service, mendengar dengan terbuka dan memberi pesan dengan jelas. Hasil penelitian ini didukung dengan mean = 75,85, median = 75, modus = 70. Deskripsi kultur keluarga menunjukkan bahwa sebagian besar guru memiliki power distance kecil 136 guru47,7, dimensi cukup individual 123 guru43,2, dimensi feminin 124 guru43,5, dan dimensi uncertainty avoidance lemah 107 guru37,6. Hal ini didukung dengan mean = 50,99, median = 51, modus = 51. Guru yang berasal dari kultur keluarga yang berdimensi power distance kecil bercirikan mempunyai ketaatan pada norma keluarga, kepatuhan atau rasa hormat pada orang tua, dan otoritas orang tua berpengaruh terus dalam hidupnya. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi power distance kecil ini akan memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih tinggi, karena dalam keluarga tersebut tidak terdapat aturan yang ketat yang menghambat perkembangan kecerdasan emosional setiap anggota keluarga. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi cukup individual ini bercirikan akan memiliki kebebasan dalam menyatakan pendapat, keleluasaan untuk mandiri, dan memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi. Guru dengan dimensi cukup individual ini akan memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi karena budaya individual menyebabkan tumbuhnya kecerdasan emosional. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi feminin bercirikan lebih mengutamakan hubungan interpersonal, keharmonisan, dan kinerja kelompok. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, seorang guru dari keluarga yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berpegang pada budaya feminin dimana ada pembelajaran mengenai hubungan interpersonal dan keharmonisan dalam kinerja kelompok akan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Guru yang berasal dari keluarga dengan uncertainty avoidance lemah bercirikan memiliki toleransi terhadap situasi tidak pasti lebih tinggi, lebih bersikap rileks, dan sedikit memiliki aturan. Dengan situasi ini anggota keluarga lebih diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam menyelesaikan tugas. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, seorang guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi uncertainty avoidance lemah akan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Sementara data mengenai locus of control menunjukkan sebagian besar guru mempunyai locus of control eksternal 202 guru70,9. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh locus of control pada hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional adalah signifikan. Artinya, data penelitian mendukung untuk diterimanya hipotesis dan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi ini. Hal ini sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Jumlah responden yang sebagian besar mempunyai locus of control eksternal tidak mendukung seorang guru mempunyai kecerdasan emosional tinggi, karena rendahnya keyakinan akan kemampuan diri. Namum demikian berdasarkan hasil penelitian, kondisi kultur keluarga mendukung tingkat kecerdasan emosional tinggi. Hal ini tampak dari kondisi kultur keluarga mereka yang berdimensi power distance kecil, dimensi cukup individual, dimensi feminin, dan dimensi uncertainty avoidance lemah. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi power distance kecil berusaha meminimalkan perbedaan status dan mengutamakan kesejajaran, sehingga aturan-aturan yang ditetapkan dalam keluarga bersifat lebih longgar. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi individual akan memiliki keleluasaan dalam menyatakan pendapat, keleluasaan untuk mandiri, dan memiliki kebutuhan berkomunikasi. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimensi feminin lebih mengutamakan hubungan interpersonal, keharmonisan dan kinerja kelompok. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan dimnesi uncertainty avoidance lemah, memiliki toleransi terhadap situasi tidak pasti lebih tinggi, lebih bersikap rileks, dan sedikit memiliki aturan. Memang mayoritas orang Indonesia ber-Locus of Control eksternal, sehingga sulit mengidentifikasi yang ber-Locus of Control internal Sarwono, 616:2006. 5. Pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas p = 0,596 lebih besar dari nilai alpha α = 0,05. Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar guru mempunyai kecerdasan emosional tinggi 117 guru41. Guru dengan kecerdasan emosional tinggi akan dari kemampuan mengetahui keterbatasan diri, mengetahui kelebihan diri, mengenali emosi diri, menahan emosi dan dorongan negatif, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide- ide serta informasi baru, dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan denga n sasaran kelompok atau organisasi, customer service, mendengar dengan terbuka dan memberi pesan dengan jelas. Hasil penelitian ini didukung dengan mean = 75,85, median = 75, modus = 70. Deskripsi kultur lingkungan kerja menunjukkan sebagian besar guru mempunyai power distance kecil 79 guru27,7, dimensi individual 96 guru33,3, dimensi feminin 125guru43,8, dimensi uncertainty avoidance lemah 122 guru42,8. Hal ini didukung dengan mean = 45,40, median = 45, modus = 45. Guru yang berasal dari kultur lingkungan kerja dengan dimensi power distance kecil bercirikan berusaha meminimalkan perbedaan status dan mengutamakan kesejajaran dimana terdapat kedudukan yang sama antara atasan dan bawahan, guru memiliki kebebasan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, serta memiliki sikap demokratis dalam bekerja, hal tersebut akan meningkatkan kecerdasan emosional. Guru yang berasal dari kultur lingkungan kerja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan dimensi individual bercirikan menekankan pada hubungan kerja atas dasar transaksi bisnis, manajemen individual, serta pengelolaan pekerjaan secara individual. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, guru dalam kultur lingkungan kerja dengan dimensi individual cenderung memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Guru yang berasal dari kultur lingkungan kerja dengan dimensi feminin bercirikan lebih mengutamakan pada kerendahan hati dan kesetiakawanan, serta mengutamakan mufakat. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, guru dalam kultur lingkungan kerja dengan dimensi feminin ada pembelajaran mengenai hubungan interpersonal dan keharmonisan dalam kinerja kelompok, membentuk guru memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi. Guru yang berasal dari kultur lingkungan kerja dengan dimensi uncertainty avoidance lemah, lebih mengembangkan waktu sebagai batasan kerja dan dalam bekerja selalu termotivasi dengan prestasi, penghargaan atau rasa memiliki. Dengan situasi ini guru sebagai bawahan akan diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam melaksanakan tugas. Guru yang berada dalam kultur lingkungan kerja dengan dimensi uncertainty avoidance lemah cenderung memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Sementara data mengenai locus of control menunjukkan sebagian besar guru mempunyai locus of control eksternal 202 guru70,9. Hasil penelitian meneunjukkan bahwa pengaruh locus of control pada hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI emosional adalah tidak signifikan. Artinya, data penelitian tidak mendukung untuk diterimanya hipotesis dan hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan pada populasi ini. Hal ini tidak sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Kemungkinan hal-hal yang menyebabkan antara lain 1 locus of control individu bergerak di ekstrim eksternal dan ekstrim internal, sehingga setiap orang dimungkinkan tidak hanya mempunyai salah satu arah locus of control. Artinya, seseorang dengan locus of control internal juga memiliki locus of control eksternal, 2 jumlah responden yang sebagian besar memiliki locus of control eksternal tidak mendukung seorang guru mempunyai kecerdasan emosional, sebab mereka tidak mempunyai keyakinan diri sehingga lebih bergantung pada orang lain. Hal ini menggambarkan seseorang tidak memiliki keyakinan diri dan tidak gigih dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan , sehingga mendukung kecerdasan emosional guru rendah. 6. Pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas p = 0,021 lebih kecil dari nilai alpha α = 0,05. Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar guru mempunyai kecerdasan emosional tinggi 117 guru41. Guru dengan kecerdasan emosional tinggi akan tampak dari kemampuan mengetahui keterbatasan diri, mengetahui kelebihan diri, mengenali emosi diri, menahan emosi dan dorongan negatif, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide- ide serta informasi baru, dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, customer service, mendengar dengan terbuka dan memberi pesan dengan jelas. Hasil penelitian ini didukung dengan mean = 75,85, median = 75, modus = 70. Deskripsi kultur lingkungan masyarakat menunjukkan sebagian besar guru mempunyai power distance kecil 106 guru37,2, dimensi cukup individual 123 guru43,2, dimensi feminin 111 guru38,9, dan uncertainty avoidance lemah 127 guru44,5. Hal tersebut didukung mean = 50,63, median = 50, modus = 50. Guru yang berasal dari lingkungan masyarakat dengan power distance kecil akan menggunakan kekuasaan menjadi subjek untuk kriteria baik atau buruk, memperlihatkan kekuasaan yang lebih rendah dari yang dimiliki, dan semua orang memiliki hak yang sama. Kondisi ini memdukung warga masyarakat memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi. Guru yang berasal dari lingkungan masyarakat dengan dimensi cukup individual mendukung tumbuhnya keyakinan terhadap emosi diri sendiri berkaitan dengan ketepatan dalam pengambilan keputusan masalah pribadi, mengutamakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kepentingan individu, mendukung hak dan hukum dengan porsi yang sama. Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, guru yang tinggal dalam lingkungan masyarakat dengan budaya cukup individual cenderung memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Guru dari lingkungan masyarakat dengan dimensi feminin lebih mengorientasikan sikap solider, pemecahan masalah secara negosiasi dan kompromi, laki- laki dan perempuan memiliki peran yang sama dalam segala hal. Guru dalam lingkungan masyarakat dengan dimensi feminin cenderung akan memiliki sikap empati yang tinggi, akibatnya tingkat kecerdasan emosional guru tersebut tinggi. Guru yang berasal dari lingkungan masyarakat dengan uncertainty avoidance lemah akan lebih menerima protes, dan memiliki kebebasan dalam mengaktualisasikan diri. Dalam kaitannya degan kecerdasan emosional, guru yang berada dalam lingkungan masyarakat dengan budaya uncertainty avoidance lemah cenderung memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Sementara data mengenai locus of control menunjukkan sebagian besar guru mempunyai locus of control eksternal 202 guru70,9. Hasil penelitian meneunjukkan bahwa pengaruh locus of control pada hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional adalah signifikan. Artinya, data penelitian mendukung untuk diterimanya hipotesis dan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi ini. Hal ini sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Jumlah responden yang sebagian besar mempunyai locus of control eksternal tidak mendukung seorang guru mempunyai kecerdasan emosional tinggi, karena rendahnya keyakinan akan kemampuan diri. Namum demikian berdasarkan hasil penelitian, kondisi kultur keluarga mendukung tingkat kecerdasan emosional tinggi. Hal ini tampak dari kondisi kultur keluarga mereka yang berdimensi power distance kecil, dimensi cukup individual, dimensi feminin, dan berdimensi uncertainty avoidance lemah. Guru yang berasal dari kultur lingkungan masyarakat dengan dimensi power distance kecil akan menggunakan kekuasaan menjadi kriteria baik dan buruknya tindakan serta memperlihatkan kekuasaan yang lebih rendah dari yang dimiliki. Guru yang berasal dari kultur lingkungan masyarakat dengan dimensi individual akan memiliki keyakinan diri dalam pengambilan keputusan sehingga, tidak bergantung pada kelompok. Guru yang berasal dari kultur lingkungan masyarakat dengan dimensi feminin cenderung memiliki sikap empati yang tinggi. Guru yang berasal dari kultur lingkungan masyarakat dengan dimensi uncertainty avoidance lemah lebih menerima protes, toleransi terhadap situasi lebih tinggi, lebih bersikap rileks, dan sedikit memiliki aturan. Memang mayoritas orang Indonesia ber-Locus of Control eksternal, sehingga sulit mengidentifikasi yang ber-Locus of Control internal Sarwono, 616:2006. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V PENUTUP

Dokumen yang terkait

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Sleman, DIY.

0 1 271

Pengaruh locus of control, kultur keluarga, dan kultur sekolah pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa : survei pada siswa-siswi kelas IX SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

0 1 282

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.

1 2 293

SKRIPSI PENGARUH KULTUR LINGKUNGAN KERJA DAN LOCUS OF CONTROL PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

0 0 205

PENGARUH JENIS KELAMIN DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN KULTUR KELUARGA, KULTUR LINGKUNGAN KERJA, DAN KULTUR LINGKUNGAN MASYARAKAT DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL GURU Survei: Guru SMA di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untu

0 0 274

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta - USD Repository

0 0 291

PENGARUH KULTUR LINGKUNGAN KERJA DAN LOCUS OF CONTROL PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

0 2 203

PENGARUH KULTUR LINGKUNGAN KERJA DAN LOCUS OF CONTROL PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

0 0 210

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Sleman, DIY - USD Repository

0 0 269

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masayarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kodya Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - US

0 0 268