9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kultur Keluarga
1. Pengertian Kultur Banyak ahli mendefinisikan kultur secara berbeda-beda. The
American Heritage Dictionary dalam Kotter, 1992:4 mendefinisikan kultur sebagai:
The totality of socially transmitted behavior patterns, arts, beliefs, institutions, and all other products of human work and
thought characteristics of a community or population.
Kultur merupakan keseluruhan pola keperilakuan manusia, seni, kepercayaan, lembaga- lembaga, dan keseluruhan hasil karya manusia yang
mewujudkan karakteristik-karakteristik yang dibawa dari komunitas atau masyarakatnya.
Tylor dalam Conrad Phillip Kottak 1991:37 mendefinisikan kultur sebagai berikut:
Cultur is that complex whole which includes knowledge, belief, arts, morals, law, custom, and any other capabilities and habits
acquired by man as a member of society.
Kultur merupakan sesuatu yang kompleksmenyeluruh mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan serta kebiasaan yang diperlukan manusia sebagai anggota masyarakat.
Sementara itu, Hofstede 1994:5 mengartikan kultur sebagai: A collective phenomenon, because it is at least partly shared with
people who live or lived within the same social environment, which is there it was learned. It is collective programming of the
mind which distinguishes the members of the one group or category of people from another.
Kultur merupakan bentuk pemrograman mental secara kolektif yang membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok yang lainnya
dalam pola pikir, perasaan, dan tindakan anggota suatu kelompok. Hofstede 1994:4 karenanya menyebutkan kultur sebagai “software of the
mind ”. Sebagai bentuk pemrograman mental secara kolektif, kultur
cenderung sulit berubah karena telah terkristalisasi dalam lembaga yang telah mereka bangun.
Dengan demikian kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama dalam suatu kelompok, yang mencakup pola berpikir,
berperilaku, sikap nilai yang tercermin dalam wujud fisik maupun abstrak yang membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok yang
lainnya.
2. Pengertian Keluarga Yang dimaksud keluarga adalah keluarga asal anak, dimana anak
dilahirkan, dibesarkan, dan hidup bersama ayah, ibu, dan saudaranya Kartono, 1985:27. Sedangkan Paul B. Horton dalam Manurung
1995:47 mendefinisikan keluarga sebagai berikut: The family is defined as a kinship grouping which provides for
the rearing of children and for certain other human needs. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keluarga diartikan sebagai suatu kelompok pertalian nasib keluarga yang dapat dijadikan tempat untuk membimbing anak-anak dan
untuk pemenuhan kebutuhan hidup lainnya. Sementara menurut Ahmadi 1991:239, keluarga dalam bentuk
murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu
yang sama dimana saja dalam satuan masyarakat manusia. Keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak,
yang dapat dijadikan tempat untuk membimbing anak-anak dan untuk pemenuhan kebutuhan hidup, baik kebutuhan fisik maupun psikis.
Dari definisi tentang kultur dan keluarga di atas, dapat disimpulkan bahwa kultur keluarga merupakan pandangan hidup yang mencakup cara
berpikir, berperilaku, dan sikap nilai, yang diakui bersama dalam suatu kesatuan sosial yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak, yang dapat dijadikan
tempat untuk membimbing anak-anak sekaligus sebagai tempat untuk pemenuhan kebutuhan hidup, baik kebutuhan fisik maupun psikis.
Sebagai tempat untuk membimbing anak, keluarga mempunyai peranan yang sangat besar bagi perkembangan anak, baik itu fisik maupun
psikis. Dalam lingkunga n keluarga, seseorang belajar bagaimana mengolah perasaan dirinya sendiri, bagaimana berpikir tentang perasaan
ini, menentukan pilihan-pilihan untuk bereaksi, dan bagaimana membaca dan mengungkapkan harapan dan rasa takut. Pembelajaran tersebut
nantinya akan melahirkan pikiran, perilaku, dan sikap nilai yang tertanam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam diri seseorang, yang merupakan cerminan dari tingkat kecerdasan emosional seseorang. Misalnya saja dalam keluarga yang mempunyai
kebiasaan untuk saling bertukar pendapat mengenai kebijakan keluarga, akan melahirkan seseorang yang mampu berkomunikasi dengan baik dan
mampu menghormati pendapat orang lain. Selain itu, keluarga juga berperan dalam pembentukan konsep tentang keberadaan orang lain
ataupun konsep tentang hal-hal yang dilihat di sekitarnya. Misalnya, jika sejak kecil seseorang telah dididik untuk menghormati orang lain, maka
akan tumbuh pemahaman dalam dirinya bahwa semua orang harus dihormati.
3. Dimens i Kultur Keluarga Kultur keluarga terbagi menjadi 4 dimensi yaitu: a jarak
kekuasaan power distance; b individualisme versus kolektivisme individualism versus collectivism; c femininitas versus maskulinitas
masculinity versus femininity; d penghindaran ketidakpastian uncertainty avoidance.
Dimensi jarak kekuasaan power distance menunjukkan tingkatan atau sejauh mana tiap keluarga mempertahankan perbedaan status atau
kekuasaan diantara anggota-anggotanya. Keluarga yang memiliki budaya power distance
besar akan cenderung mengembangkan aturan, mekanisme atau kebiasaan-kebiasaan dalam mempertahankan perbedaan status atau
kekuasaan. Sementara keluarga yang memiliki orientasi budaya power PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
distance kecil akan berusaha untuk meminimalkan perbedaan-perbedaan
status atau mengutamakan kesejajaran equality. Dimensi individualism versus collectivism mengacu pada sejauh
mana suatu keluarga
mendukung tendensi individualisme atau
kolektivisme. Keluarga dengan budaya individualisme mendorong anggota-anggotanya untuk mandiri otonom dan merealisasikan hak-hak
pribadinya. Sedangkan pada keluarga dengan budaya kolektivisme menekankan kewajiban pada kelompok daripada hak-hak pribadinya.
Keluarga dengan latar belakang budaya maskulinitas menekankan peran laki- laki yang lebih dominan daripada perempuan. Biasanya dalam
keluarga ini bapak lebih dominan dalam menetapkan aturan-aturan dalam keluarga tentang hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan dibandingkan
pihak ibu. Sementara keluarga dengan latar belakang budaya femininitas mengutamakan nilai- nilai kesederhanaan, kerendahan hati, dan
kesetiakawanaan. Oleh karena itu dalam hubungan antar anggota keluarga, orang tua tidak menghendaki adanya perbedaan-perbedaan yang tampak
diantara mereka misalnya: kerja-tidak kerja. Sedangkan dimensi masculinity versus femininity menunjukkan
sejauh mana suatu keluarga berpegang teguh pada peran gender atau nilai- nilai seksual tradisional yang didasarkan pada perbedaan biologis.
Sementara itu dalam dimensi penghindaran ketidakpastian uncertainty avoidance menunjuk sejauh mana pandangan anggota
keluarga dalam menghadapi situasi yang tidak pasti. Keluarga dengan latar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
budaya uncertainty avoidance
kuat merasa terancam dengan ketidakpastian sehingga akan berusaha menciptakan mekanisme untuk
mengurangi risiko. Lain halnya dengan keluarga yang memiliki orientasi budaya uncertainty avoidance lemah toleransi terhadap situasi tidak pasti
akan menjadi lebih tinggi. Dimensi jarak kekuasaan power distance mencakup indikator
antara lain: kekuasaan orang tua atas aturan, kepatuhanrasa hormat terhadap orang tua atau terhadap anggota keluarga lain yang lebih tua
ataupun ketergantungan pada orang tua, kebiasaan dalam meminimalkan perbedaan status.
Dimensi individualisme
versus kolektivisme
individualism versus collectivism mencakup indikator antara lain: kebebasan untuk menyatakan pendapat, loyalitas pada anggota keluarga
yang lain, keleluasaan untuk mandiri keterikatan sosial satu sama lain dalam keluarga, kebutuhan untuk berkomunikasi, dan perasaan yang
muncul akibat pelanggaran atas suatu aturannorma tertentu. Sedangkan pada dimensi maskulinitas versus femininitas masculinity versus
femininity mencakup indikator antara lain: peran ayah lebih dominan
daripada peran ibu, keluarga menjunjung tinggi sikap kemandirian setiap anggota keluarga, keinginan yang sama baik laki- laki maupun
perempuan, dan orang tua bersikap untuk selalu menjaga hubungan antar anggota keluarga. Dimensi penghindaran atas ketidakpastian uncertainty
avoidance mencakup indikator yang meliputi: ketidakpastian hidup
sebagai sesuatu yang normal, perasaan tidak nyaman dalam menghadapi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ketidakpastian antar anggota keluarga, dan aturan yang ketat tentang hal yang buruk atau tabu.
B. Kultur Lingkungan Kerja