Analisis Data ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

7 Bopkri 5 33,3 10 66,7 15 100 8 Muhiba 5 10,4 43 89.6 48 100 9 Stece 7 43,7 9 56,3 16 100 10 17 bantul 1 10 9 90 10 100 Jumlah total 83 29,1 202 70,9 285 100 Kategori Internal Eksternal Sumber: Data Prapenelitian Keterangan: f = Frekuensi fr = Frekuensi Relatif Tabel 4.19 menunjukkan bahwa jumlah responden dengan tingkat locus of control internal 83 guru 29,1 , dan 202 guru 70,9 memiliki tingkat locus of control eksternal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian memiliki locus of control eksternal. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean = 12,59, median = 18,5, modus = 14,32, dan standar deviasi = 2,85.

B. Analisis Data

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data setiap variabel penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan program SPSS. Dari hasil pengujian One-Sample Kolmogorof-Smirnov dapat diketahui bahwa data untuk variabel kecerdasan emosional, kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, kultur lingkungan masyarakat, dan locus of control berdistribusi normal. Hal ini disebabkan asymp.sig 2 tailed masing- masing data PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI variabel penelitian dari α =0,05. Berikut ini disajikan tabel ringkasan hasil pengujian normalitas lampiran 6 halaman 233: Tabel 4.19 Hasil Pengujian Normalitas No. Variabel Asymp.sig 2-tailed α Kesimpulan 1. Kecerdasan Emosional 0,069 0,05 Normal 2. Kultur Keluarga 0,072 0,05 Normal 3. Kultur lingkungan kerja 0,150 0,05 Normal 4. Kultur lingkungan masyarakat 0,320 0,05 Normal 5. Locus of Control 0,058 0,05 Normal b. Uji Linieritas Pengujian linieritas dilakukan berdasarkan uji statistik F pada tingkat signifikansi 5. Berikut ini disajikan hasil pengujian linieritas hubungan variabel kultur keluarga X 1 dengan variabel kecerdasan emosio nal guru Y lampiran 6 halaman 233: Tabel 4.20 Hasil Pengujian Linieritas variabel kultur keluarga dengan kecerdasan emosional Sum of square df Mean Sguare F Sig. Betwen group combined 1546.464 20 77.323 1.079 .371 Linier term Weigthed 405.871 1 405.817 5.664 .018 deviation 1140.648 19 60.034 .838 .661 Within group 18916.743 264 71.654 Total 20463.207 284 Tabel 4.20 menunjukkkan bahwa hubungan antara variabel kultur keluarga dengan kecerdasan emosional adalah linier. Hal ini ditunjukkan dari nilai F hit = 0,838. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai Ftab sebesar 1,6105. Pengujian linieritas dilakukan berdasarkan uji statistik F pada tingkat signifikansi 5. Berikut ini disajikan hasil pengujian linieritas hubungan variabel kultur lingkungan kerja X 1 dengan variabel kecerdasan emosional guru Y lampiran 6 halaman 233: Tabel 4.21 Hasil Pengujian Linieritas variabel Kultur Lingkungan Kerja dengan Kecerdasan Emosional Sum of square df Mean Sguare F Sig. Betwen group combined 2443.401 22 111.064 1.615 .043 Linier term Weigthed 565.415 1 565.415 8.221 .004 deviation 1877.987 21 89.428 1.300 .174 Within group 18019.806 262 68.778 Total 20463.207 284 Tabel 4.21 menunjukkkan bahwa hubungan antara variabel kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional adalah linier. Hal ini ditunjukkan dari nilai F hit = 1,300. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai Ftab sebesar 1,5964. Pengujian linieritas dilakukan berdasarkan uji statistik F pada tingkat signifikansi 5. Berikut ini disajikan hasil pengujian linieritas hubungan variabel kultur lingkungan masyarakat X 1 dengan variabel kecerdasan emosional guru Y lampiran 6 halaman 233: Tabel 4.22 Hasil Pengujian Linieritas variabel Kultur Lingkungan Masyarakat dengan Kecerdasan Emosional Sum of square df Mean Sguare F Sig. Betwen group combined 1721.131 25 68.845 .951 .534 Linier term Weigthed 479.662 1 479.662 6.629 .011 deviation 1241.469 24 51.728 .715 0.835 Within group 18742.076 259 72.363 Total 20463.207 284 Tabel 4.22 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional adalah linier. Hal ini ditunjukkan dari nilai F hit = 0,715. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai Ftab sebesar 1,5595. 2. Pengujian Hipotesis a. Pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. 1 Rumusan hipotesis I H o = Tidak ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru H a = Ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru 2 Pengujian hipotesis Berdasarkan model persamaan regresi dari Chow Gujarati, 1995: 512 hasil pengujian hipotesis I dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 halaman 234: Y= 23,185 + 1,124 Xi + 23,895 2 Χ + 0,524 Xi 2 Χ Keterangan: Υ = Variabel kecerdasan emosional 1 Χ = Variabel kultur keluarga 2 Χ = Variabel jenis kelamin 2 1 Χ Χ = Nilai antara kultur keluarga dengan jenis kelamin Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur keluarga dengan variabel kecerdasan emosional sebesar 0,141, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional sebesar 0,188, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi jenis kelamin dengan kultur keluarga semakin menguatkan hubungan antara kultur keluarga dengan kecerdasan emosional Persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi 3 β dari interaksi variabel kultur keluarga dengan variabel jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,524. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikan koefisien regresi 3 β dari interaksi variabel kultur keluarga dengan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini p = 0,031 α = 0,05. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya, ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Secara umum, hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan awal penelitian. Dengan kata lain hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis dan dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini. b. Pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. 1 Rumusan hipotesis II H o = Tidak ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru H a = Ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru 2 Pengujian hipotesis Berdasarkan model persamaan regresi dari Chow Gujarati, 1995: 512 hasil pengujian hipotesis II dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 halaman 235: Y= 94,775 + 0,351 Xi + 26,005 2 Χ + 0,532 Xi 2 Χ Keterangan: i Υ = Variabel kecerdasan emosional 1 Χ = Variabel kultur lingkungan kerja 2 Χ = Variabel jenis kelamin 2 1 Χ Χ = Nilai antara kultur lingkungan kerja dengan jenis kelamin Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan kerja dengan variabel kecerdasan emosional sebesar 0,180, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional sebesar 0,195, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi jenis kelamin dengan kultur lingkunga n kerja semakin menguatkan hubungan antara kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional Persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi 3 β dari interaksi variabel kultur lingkungan kerja dengan variabel jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,532. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikan koefisien regresi 3 β dari interaksi variabel kultur lingkungan kerja dengan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini p = 0,038 α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya, ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Dengan kata lain hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis dan dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini. c. Pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru 1 Rumusan hipotesis III H o = Tidak ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru H a = Ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan lingkungan masyarakat keluarga dengan kecerdasan emosional guru 2 Pengujian hipotesis Berdasarkan model persamaan regresi dari Chow Gujarati, 1995: 512 hasil pengujian hipotesis III dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 halaman 236: Y= 84,557 + 0,110 Xi + 16,650 2 Χ + 0,292 Xi 2 Χ Keterangan: Υ = Variabel kecerdasan emosional 1 Χ = Variabel kultur lingkungan masyarakat 2 Χ = Variabel jenis kelamin 2 1 Χ Χ = Nilai antara kultur lingkungan masyarakat dengan jenis kelamin Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan masyarakat dengan variabel kecerdasan emosional sebesar 0,256, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antar jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional sebesar 0,268, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangan rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi jenis kela min dengan kultur masyarakat semakin memperkuat hubungan antara kultur masyarakat dengan kecerdasan emosional Persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi 3 β dari interaksi variabel kultur lingkungan kerja dengan variabel jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,292. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikan koefisien regresi 3 β dari interaksi variabel kultur lingkungan masyarakat dengan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini p = 0,041 α = 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh jenis kelamin pada hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosio nal guru adalah signifikan. Artinya, ada pengaruh positif jenis kelamin pada hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Dengan kata lain hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis dan dapat digenerallisasikan pada populasi penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI d. Pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. 1 Rumusan hipotesis IV H o = Tidak ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru H a = Ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru 2 Pengujian hipotesis Berdasarkan model persamaan regresi dari Chow Gujarati, 1995: 512 hasil pengujian hipotesis IV dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 halaman 237: Y= 102,729 + 0,517 Xi + 3,536 2 Χ + 6,876-E02 Xi 2 Χ Keterangan: Y = Variabel kecerdasan emosional 1 Χ = Variabel kultur keluarga 2 Χ = Variabel locus of control 2 1 Χ Χ = Nilai antara kultur keluarga dengan locus of control Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur keluarga dengan variabel kecerdasan emosional sebesar 0,141, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional sebesar 0,955, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat kuat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi locus of control dengan kultur keluarga semakin memperkuat hubungan antara kultur keluarga dengan kecerdasan emosional Persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi 3 β dari interaksi variabel kultur keluarga dengan variabel locus of control terhadap kecerdasan emosional guru adalah 6,876- E02. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikan koefisien regresi 3 β dari interaksi variabel kultur keluarga dengan locus of control terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini p = 0,039 α = 0.05. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya, ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Dengan kata lain hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis dan dapat digenerallisasikan pada populasi penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI e. Pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. 1 Rumusan hipotesis V H o = Tidak ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru H a = Ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru 2 Pengujian hipotesis Berdasarkan model persamaan regresi dari Chow Gujarati, 1995: 512 hasil pengujian hipotesis V dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 halaman 238: Y= 52,193 + 0,521 Xi + 0,632 2 Χ - 1,34E-02 Xi 2 Χ Keterangan: Y = Variabel kecerdasan emosional 1 Χ = Variabel kultur lingkungan kerja 2 Χ = Variabel locus of control 2 1 Χ Χ = Nilai antara kultur lingkungan kerja dengan locus of control Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan kerja dengan variabel kecerdasan emosional sebesar 0,180, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional sebesar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 0,175, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi locus of control dengan kultur lingkungan kerja semakin memperlemahkan hubungan antara kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional. Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi 3 β dari interaksi variabel kultur lingkungan kerja dengan variabel locus of control terhadap kecerdasan emosional guru adalah – 1,337E-02. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperlemah derajat hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikan koefisien regresi 3 β dari interaksi variabel kultur lingkungan kerja dengan locus of control terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha ynag digunakan dalam penelitian ini p =0,596 α = 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh locus of control pada hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru adalah tidak signifikan. Artinya, tidak ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Dengan kata lain hasil penelitian tidak mendukung diterimanya hipotesis dan tidak dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini. f. Pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. 1 Rumusan hipotesis VI H o = Tidak ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru H a = Ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru 2 Pengujian hipotesis Berdasarkan model persamaan regresi dari Chow Gujarati, 1995: 512 hasil pengujian hipotesis VI dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 halaman 239: Y= 64,604 + 0,232 Xi + 1,202 2 Χ + 2,327E-02 Xi 2 Χ Keterangan: Y = Variabel kecerdasan emosional 1 Χ = Variabel kultur lingkungan masyarakat 2 Χ = Variabel locus of control 2 1 Χ Χ = Nilai antara kultur lingkungan masyarakat dengan locus of control Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan masyarakat dengan variabel kecerdasan emosional sebesar 0,256, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional sebesar 0,955, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat kuat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi locus of control dengan kultur lingkungan masyarakat semakin memperkuat hubungan antara kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional. Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi 3 β dari interaksi variabel kultur lingkungan masyarakat dengan variabel locus of control terhadap kecerdasan emosional guru adalah 2,327E-02. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikan koefisien regresi 3 β dari interaksi variabel kultur lingkungan masyarakat dengan locus of control terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini p = 0,021 α = 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh locus of control pada hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya, ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Dengan kata lain hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis dan dapat digenerallisasikan pada populasi penelitian ini.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Sleman, DIY.

0 1 271

Pengaruh locus of control, kultur keluarga, dan kultur sekolah pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa : survei pada siswa-siswi kelas IX SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

0 1 282

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.

1 2 293

SKRIPSI PENGARUH KULTUR LINGKUNGAN KERJA DAN LOCUS OF CONTROL PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

0 0 205

PENGARUH JENIS KELAMIN DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN KULTUR KELUARGA, KULTUR LINGKUNGAN KERJA, DAN KULTUR LINGKUNGAN MASYARAKAT DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL GURU Survei: Guru SMA di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untu

0 0 274

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta - USD Repository

0 0 291

PENGARUH KULTUR LINGKUNGAN KERJA DAN LOCUS OF CONTROL PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

0 2 203

PENGARUH KULTUR LINGKUNGAN KERJA DAN LOCUS OF CONTROL PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

0 0 210

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Sleman, DIY - USD Repository

0 0 269

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masayarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kodya Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - US

0 0 268