7 Bopkri
5 33,3
10 66,7
15 100
8 Muhiba
5 10,4
43 89.6
48 100
9 Stece
7 43,7
9 56,3
16 100
10 17 bantul
1 10
9 90
10 100
Jumlah total 83
29,1 202
70,9 285
100 Kategori
Internal Eksternal
Sumber: Data Prapenelitian Keterangan:
f = Frekuensi fr = Frekuensi Relatif
Tabel 4.19 menunjukkan bahwa jumlah responden dengan tingkat locus of control
internal 83 guru 29,1 , dan 202 guru 70,9 memiliki tingkat locus of control eksternal. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian memiliki locus of control
eksternal. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean = 12,59, median = 18,5, modus = 14,32, dan standar deviasi
= 2,85.
B. Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data setiap variabel penelitian ini berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas dilakukan dengan program SPSS. Dari hasil pengujian One-Sample Kolmogorof-Smirnov dapat diketahui bahwa data
untuk variabel kecerdasan emosional, kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, kultur lingkungan masyarakat, dan locus of control berdistribusi
normal. Hal ini disebabkan asymp.sig 2 tailed masing- masing data PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
variabel penelitian dari α
=0,05. Berikut ini disajikan tabel ringkasan hasil pengujian normalitas lampiran 6 halaman 233:
Tabel 4.19 Hasil Pengujian Normalitas
No. Variabel
Asymp.sig 2-tailed
α
Kesimpulan 1.
Kecerdasan Emosional 0,069
0,05 Normal
2. Kultur Keluarga
0,072 0,05
Normal 3.
Kultur lingkungan kerja 0,150
0,05 Normal
4. Kultur lingkungan masyarakat
0,320 0,05
Normal 5.
Locus of Control 0,058
0,05 Normal
b. Uji Linieritas Pengujian linieritas dilakukan berdasarkan uji statistik F pada
tingkat signifikansi 5. Berikut ini disajikan hasil pengujian linieritas hubungan variabel kultur keluarga X
1
dengan variabel kecerdasan emosio nal guru Y lampiran 6 halaman 233:
Tabel 4.20 Hasil Pengujian Linieritas variabel kultur keluarga dengan
kecerdasan emosional
Sum of square df
Mean Sguare
F Sig.
Betwen group
combined 1546.464
20 77.323
1.079 .371
Linier term Weigthed
405.871 1
405.817 5.664
.018 deviation
1140.648 19
60.034 .838
.661 Within
group 18916.743
264 71.654
Total 20463.207
284
Tabel 4.20 menunjukkkan bahwa hubungan antara variabel kultur keluarga dengan kecerdasan emosional adalah linier. Hal ini ditunjukkan dari nilai F
hit = 0,838. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai Ftab sebesar 1,6105. Pengujian linieritas dilakukan berdasarkan uji statistik F pada
tingkat signifikansi 5. Berikut ini disajikan hasil pengujian linieritas hubungan variabel kultur lingkungan kerja X
1
dengan variabel kecerdasan emosional guru Y lampiran 6 halaman 233:
Tabel 4.21 Hasil Pengujian Linieritas variabel Kultur Lingkungan Kerja
dengan Kecerdasan Emosional
Sum of square
df Mean
Sguare
F Sig.
Betwen group
combined 2443.401
22 111.064
1.615 .043
Linier term Weigthed
565.415 1
565.415 8.221
.004 deviation
1877.987 21
89.428 1.300
.174 Within
group 18019.806
262 68.778
Total 20463.207
284
Tabel 4.21 menunjukkkan bahwa hubungan antara variabel kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional adalah linier. Hal ini
ditunjukkan dari nilai F hit = 1,300. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai Ftab sebesar 1,5964.
Pengujian linieritas dilakukan berdasarkan uji statistik F pada tingkat signifikansi 5. Berikut ini disajikan hasil pengujian linieritas
hubungan variabel kultur lingkungan masyarakat X
1
dengan variabel kecerdasan emosional guru Y lampiran 6 halaman 233:
Tabel 4.22 Hasil Pengujian Linieritas variabel Kultur Lingkungan
Masyarakat dengan Kecerdasan Emosional
Sum of square
df Mean
Sguare
F Sig.
Betwen group
combined 1721.131
25 68.845
.951 .534
Linier term Weigthed
479.662 1
479.662 6.629
.011 deviation
1241.469 24
51.728 .715
0.835 Within
group 18742.076
259 72.363
Total 20463.207
284
Tabel 4.22 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional adalah linier. Hal ini
ditunjukkan dari nilai F hit = 0,715. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai Ftab sebesar 1,5595.
2. Pengujian Hipotesis a. Pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga
dengan kecerdasan emosional guru. 1 Rumusan hipotesis I
H
o
= Tidak ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional
guru H
a
= Ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru
2 Pengujian hipotesis Berdasarkan model persamaan regresi dari Chow Gujarati, 1995:
512 hasil pengujian hipotesis I dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 halaman 234:
Y= 23,185 + 1,124 Xi + 23,895
2
Χ + 0,524 Xi
2
Χ Keterangan:
Υ = Variabel kecerdasan emosional
1
Χ = Variabel kultur keluarga
2
Χ = Variabel jenis kelamin
2 1
Χ Χ
= Nilai antara kultur keluarga dengan jenis kelamin Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur keluarga dengan
variabel kecerdasan emosional sebesar 0,141, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan
emosional terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga
dengan kecerdasan emosional sebesar 0,188, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional
terkategorikan sangat rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi jenis kelamin dengan kultur
keluarga semakin menguatkan hubungan antara kultur keluarga dengan kecerdasan emosional
Persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel kultur keluarga dengan variabel
jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,524. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel
memperkuat derajat hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikan koefisien regresi
3
β dari
interaksi variabel kultur keluarga dengan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah dari nilai
alpha yang digunakan dalam penelitian ini p = 0,031 α
= 0,05. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh positif jenis
kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya, ada pengaruh positif
jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Secara umum, hasil pengujian
hipotesis ini sejalan dengan dugaan awal penelitian. Dengan kata lain hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis dan dapat
digeneralisasikan pada populasi penelitian ini.
b. Pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru.
1 Rumusan hipotesis II H
o
= Tidak ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan
emosional guru H
a
= Ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru
2 Pengujian hipotesis Berdasarkan model persamaan regresi dari Chow Gujarati, 1995:
512 hasil pengujian hipotesis II dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 halaman 235:
Y= 94,775 + 0,351 Xi + 26,005
2
Χ + 0,532 Xi
2
Χ Keterangan:
i Υ
= Variabel kecerdasan emosional
1
Χ = Variabel kultur lingkungan kerja
2
Χ = Variabel jenis kelamin
2 1
Χ Χ
= Nilai antara kultur lingkungan kerja dengan jenis kelamin
Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan kerja
dengan variabel kecerdasan emosional sebesar 0,180, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan
kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara jenis kelamin terhadap hubungan
kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional sebesar 0,195, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan
kerja dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi jenis
kelamin dengan kultur lingkunga n kerja semakin menguatkan hubungan antara kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan
emosional Persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa nilai koefisien
regresi
3
β dari interaksi variabel kultur lingkungan kerja dengan
variabel jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,532. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel
memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikan koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel kultur lingkungan kerja dengan jenis
kelamin terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini p =
0,038 α
= 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur
lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya, ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap
hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan peneliti
pada awal penelitian. Dengan kata lain hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis dan dapat digeneralisasikan pada populasi
penelitian ini.
c. Pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru
1 Rumusan hipotesis III
H
o
= Tidak ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan
kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru
H
a
= Ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan lingkungan masyarakat keluarga dengan kecerdasan
emosional guru 2
Pengujian hipotesis Berdasarkan model persamaan regresi dari Chow Gujarati, 1995:
512 hasil pengujian hipotesis III dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 halaman 236:
Y= 84,557 + 0,110 Xi + 16,650
2
Χ + 0,292 Xi
2
Χ Keterangan:
Υ = Variabel kecerdasan emosional
1
Χ = Variabel kultur lingkungan masyarakat
2
Χ = Variabel jenis kelamin
2 1
Χ Χ
= Nilai antara kultur lingkungan masyarakat dengan jenis kelamin
Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan masyarakat dengan variabel kecerdasan emosional sebesar 0,256,
maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional terkategorikan rendah.
Sedangkan nilai koefisien korelasi antar jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan
emosional sebesar 0,268, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional
terkategorikan sangan rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi jenis kela min dengan kultur
masyarakat semakin memperkuat hubungan antara kultur masyarakat dengan kecerdasan emosional
Persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel kultur lingkungan kerja
dengan variabel jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,292. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi
kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikan
koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel kultur lingkungan
masyarakat dengan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan
dalam penelitian ini p = 0,041 α
= 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh jenis kelamin pada hubungan
kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosio nal guru adalah signifikan. Artinya, ada pengaruh positif jenis kelamin
pada hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan
dugaan peneliti pada awal penelitian. Dengan kata lain hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis dan dapat
digenerallisasikan pada populasi penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru.
1 Rumusan hipotesis IV H
o
= Tidak ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional
guru H
a
= Ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru
2 Pengujian hipotesis Berdasarkan model persamaan regresi dari Chow Gujarati, 1995:
512 hasil pengujian hipotesis IV dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 halaman 237:
Y= 102,729 + 0,517 Xi + 3,536
2
Χ + 6,876-E02 Xi
2
Χ Keterangan:
Y = Variabel kecerdasan emosional
1
Χ = Variabel kultur keluarga
2
Χ = Variabel locus of control
2 1
Χ Χ
= Nilai antara kultur keluarga dengan locus of control Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur keluarga dengan
variabel kecerdasan emosional sebesar 0,141, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan
emosional terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara locus of control terhadap hubungan kultur keluarga
dengan kecerdasan emosional sebesar 0,955, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional
terkategorikan sangat kuat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi locus of control dengan kultur keluarga semakin
memperkuat hubungan antara kultur keluarga dengan kecerdasan emosional
Persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel kultur keluarga dengan variabel
locus of control terhadap kecerdasan emosional guru adalah 6,876-
E02. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan
emosional guru. Nilai signifikan koefisien regresi
3
β dari
interaksi variabel kultur keluarga dengan locus of control terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah dari nilai
alpha yang digunakan dalam penelitian ini p = 0,039 α
= 0.05. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh positif locus
of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan
emosional guru adalah signifikan. Artinya, ada pengaruh positif locus of control
terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan
dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Dengan kata lain hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis dan dapat
digenerallisasikan pada populasi penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru.
1 Rumusan hipotesis V
H
o
= Tidak ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan
emosional guru H
a
= Ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru
2 Pengujian hipotesis
Berdasarkan model persamaan regresi dari Chow Gujarati, 1995: 512 hasil pengujian hipotesis V dapat disajikan sebagai berikut
lampiran 7 halaman 238: Y= 52,193 + 0,521 Xi + 0,632
2
Χ - 1,34E-02 Xi
2
Χ Keterangan:
Y = Variabel kecerdasan emosional
1
Χ = Variabel kultur lingkungan kerja
2
Χ = Variabel locus of control
2 1
Χ Χ
= Nilai antara kultur lingkungan kerja dengan locus of control
Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan kerja
dengan variabel kecerdasan emosional sebesar 0,180, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan
kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara locus of control terhadap hubungan
kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional sebesar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0,175, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi locus of control
dengan kultur lingkungan kerja semakin memperlemahkan hubungan antara kultur lingkungan kerja
dengan kecerdasan emosional. Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien
regresi
3
β dari interaksi variabel kultur lingkungan kerja
dengan variabel locus of control terhadap kecerdasan emosional guru adalah – 1,337E-02. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
interaksi kedua variabel memperlemah derajat hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Nilai
signifikan koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel kultur
lingkungan kerja dengan locus of control terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha ynag
digunakan dalam penelitian ini
p
=0,596 α
= 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh locus of control
pada hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru adalah tidak signifikan. Artinya, tidak ada
pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan dugaan peneliti pada awal penelitian. Dengan kata lain hasil penelitian tidak mendukung
diterimanya hipotesis dan tidak dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini.
f. Pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru.
1 Rumusan hipotesis VI
H
o
= Tidak ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan
emosional guru H
a
= Ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan
emosional guru 2
Pengujian hipotesis Berdasarkan model persamaan regresi dari Chow Gujarati, 1995:
512 hasil pengujian hipotesis VI dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 halaman 239:
Y= 64,604 + 0,232 Xi + 1,202
2
Χ + 2,327E-02 Xi
2
Χ Keterangan:
Y = Variabel kecerdasan emosional
1
Χ = Variabel kultur lingkungan masyarakat
2
Χ = Variabel locus of control
2 1
Χ Χ
= Nilai antara kultur lingkungan masyarakat dengan locus of control
Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan
masyarakat dengan variabel kecerdasan emosional sebesar 0,256, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional terkategorikan rendah.
Sedangkan nilai koefisien korelasi antara locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan
kecerdasan emosional sebesar 0,955, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan
kecerdasan emosional terkategorikan sangat kuat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi locus of control
dengan kultur lingkungan masyarakat semakin memperkuat hubungan antara kultur
lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional.
Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel kultur lingkungan masyarakat
dengan variabel locus of control terhadap kecerdasan emosional guru adalah 2,327E-02. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Nilai
signifikan koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel kultur
lingkungan masyarakat dengan locus of control terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah dari nilai
alpha yang digunakan dalam penelitian ini
p
= 0,021 α
= 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh
locus of control pada hubungan kultur lingkungan masyarakat
dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya, ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur
lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan peneliti pada awal
penelitian. Dengan kata lain hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis dan dapat digenerallisasikan pada populasi
penelitian ini.
C. Pembahasan Hasil Penelitian