D. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Emosi Pada awal sejarahnya, pendiri psikologi yaitu William James
memahami emosi sebagai sebuah hasil dari reaksi perilaku kita terhadap sebuah stimulus yang menghasilkan reaksi tersebut. Selanjutnya Buck
dalam Tri Dayakisni dan Salis Yuniardi 2004:76 menyempurnakan definisi emosi menjadi:
The term of feelings: subjective, affective experiences of arousal, pleasure or displeasure, and the specific oprimary
affects of anger, fear, happiness, sadness, surprise, and
disgust. In addition, the concept of emotion is often associated with expressive behavior such as smiling and
snarling; and with peripheral physiological responding; such as heart rate changes, sweating, and defecation.
Dari definisi di atas emosi didefinisikan sebagai perasaan yang subjektif dan diasosiasikan dengan serangkaian perilaku tampak tertentu,
seperti: senyum, muka marah, dan gemeretak rahang serta dengan respon fisik pheriperal semacam debaran jantung, berkeringat, atau gangguan
pencernaan. Selain itu emosi adalah satu ciri jiwa manusia yang memamerkan perasaan yang kuat berpuncak daripada psikologi mental
seseorang dan emosi dapat berlaku secara naluri bergantung pada situasi Francisco Burzi, http:www.pts.com my.
Dengan demikian dapat disimpulkan emosi adalah suatu gambaran jiwa manusia yang menunjukkan keadaan psikologis seseorang, dimana
keadaan ini berlaku secara naluri bergantung pada situasi tertentu, dengan melibatkan pikiran dan perasaan sebagai reaksi terhadap stimulus tertentu
sehingga dapat mendorong untuk melakukan suatu tindakan yang akan dilakukan.
2. Pengertian Kecerdasan Emosional Menurut Daniel Goleman http:www1.unpar.ac.idweb
columnrudiscolumn.asp.koderekaman=0245131215406176 kecerdasan emosional emotional intelligence adalah kemampuan merasakan,
memahami, dan dengan efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh yang manusiawi.
Kecerdasan emosional juga dapat dipandang sebagai suatu ketrampilan yang dimiliki seseorang yang meliputi pengendalian diri,
semangat dan ketekunan, serta kemampuan memotivasi diri, kesanggupan mengendalikan dorongan hati dan emosi, mengatur suasana hati,
kemampuan membaca perasaan orang lain empati dan memelihara hubungan dengan baik, dan kemampuan menyelesaikan konflik serta
memimpin Fransisco Burzi, http:www.pts.com.my. Sedangkan menurut kecerdasan emosional menurut Ge Mozaik Juni 2005 adalah kemampuan
untuk mengenali, mengekspresikan dan mengelola emosi, baik emosi dirinya sendiri maupun emosi orang lain, dengan tindakan konstruktif,
yang mempromosikan kerjasama sebagai tim yang mengacu pada produktivitas dan bukan pada konflik http:www.ganeca.biogspirit.com.
Individu yang memiliki kecerdasan emosional tidak dikendalikan oleh emosi melainkan mengendalikan emosi, individu dapat memotivasi
dirinya sendiri sehingga mandiri, juga mampu mempengaruhi emosi orang lain, bersikap ramah, simpati, murah hati dan toleransi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan ketrampilan emosional, yang meliputi mengidentifikasi dan memberi nama emosi-
emosi, mengungkapkan emosi, menilai intensitas emosi, menunda pemuasan, mengendalikan dorongan hati, menangani stres, memahami
sudut pandang orang lain dan empati.
3. Dimensi Kecerdasan Emosional Dimensi kecerdasan emosional mempunyai 5 lima komponen
dasar http:www.ganeca.blogspirit.comarchive20050623ge_mozaik_ juni_2005_pentingnya_pendidikan_kecerdasan_emos.html yaitu:
a. Self-awareness pengenalan diri Self-awareness
merupakan kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri dan efeknya, mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri,
dan keyakinan terhadap emosi diri sendiri berkaitan dengan ketepatan pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi. Seorang guru yang
memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah pemimpin yang andal bagi kehidupannya sendiri, karena mempunyai kepekaan
lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadinya.
Dimensi self-awareness mencakup indikator: mengenali emosi sendiri, mengetahui kekuatan, mengetahui keterbatasan diri, keyakinan akan
kemampuan diri. b. Self-regulation penguasaan diri
Self-regulation merupakan kemamp uan untuk menangani emosi agar
dapat terungkap dengan “pas”. Emosi yang dialami tidak ditekan atau diabaikan, tetapi tidak juga terjadi secara berlebihan.
Seseorang yang mempunyai penguasaan diri yang baik dapat lebih terkontrol dalam membuat tindakan agar lebih hati- hati. Penguasaan
diri berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat tergantung pada
kesadaran diri. Seorang guru yang memiliki self-regulation rendah, saat mengalami kegagalan dalam hidup, akan terus menerus dalam
keadaan murung tidak mampu menghibur dirinya sendiri, sementara seorang guru yang memiliki self-regulation tinggi dapat bangkit
kembali dengan cepat saat mengalami kegagalan dalam hidup. Dimensi self-regulation
mencakup indikator: menahan emosi dan dorongan negatif, memelihara norma kejujuran dan integritas,
bertanggung-jawab atas kinerja pribadi, keluwesan dalam menghadapi perubahan terbuka terhadap ide- ide serta informasi baru.
c. Self-motivation motivasi diri Self-motivation
berkaitan dengan kemampuan untuk memotivasi diri agar tetap berorientasi pada sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.
Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal- hal sebagai berikut: 1 cara mengendalikan dorongan hati; 2 derajat
kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; 3 kekuatan berpikir positif; 4 optimisme; 5 keadaan flow mengikuti
aliran. Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang
sangat penting dalam kaitan untuk memotivasi diri sendiri, menguasai diri sendiri dan untuk berkreasi. Seorang guru yang memiliki kendali
diri emosional, menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mampu menyesuaikan diri dalam “flow”,
cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
Ketika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana, seorang guru yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi tidak akan bertanya
“apa yang salah dengan saya ?”. Sebaliknya ia akan bertanya “apa yang dapat saya lakukan agar saya dapat memperbaiki masalah ini ?”.
Dimensi self-motivation mencakup indikator: dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi,
kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, kegigihan dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan.
d. Empathy empati Empathy
merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dan merasakan apa yang orang lain rasakan jika dirinya sendiri yang
berada pada posisi tersebut. Empati atau mengenal emosi orang lain yang dibangun berdasarkan pada kesadaran diri emosional, merupakan
“ketrampilan bergaul”. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan
bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri
dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.
Dengan empati yang tinggi, diharapkan seorang guru lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial
yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain
rekan kerja dan siswa. Dimensi empathy mencakup indikator: understanding others,
developing others, customer service, menciptakan kesempatan-
kesempatan melalui pergaulan dengan berbagai macam orang, membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan
suatu kelompok. e. Social skills
ketrampilan sosial Dengan adanya 4 kemampuan seperti telah disebutkan di atas
seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain secara efektif. Kemampuan untuk memecahkan masalah bersama-sama lebih
ditekankan dan bukan pada konfrontasi yang tidak penting yang sebenarnya dapat dihindari. Orang yang mempunyai kemampuan
kecerdasan emosional yang tinggi mempunyai tujuan konstruktif dalam pikirannya. Membina hubungan dengan orang lain merupakan
ketrampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki ketrampilan sosial seseorang akan
menga lami kesulitan dalam pergaulan sosial. Dimensi social skills mencakup indikator: kemampuan persuasi,
mendengar dengan terbuka dan memberi pesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan pendapat, semangat leadership, kolaborasi dan
kooperatif , team building.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional Ada beberapa faktor yang berperan penting dalam pembentukkan
dan perkembangan tingkat kecerdasan emosional. Secara umum faktor- faktor tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu: faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu sendiri, yaitu: faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis merupakan
faktor kesehatan fisiologis yang dimiliki individu. Susunan fisiologis yang berkaitan dengan kecerdasan emosional adalah otak. Otak manusia adalah
sumber pengetahuan tentang emosi karena di otak emosi dapat dideteksi dan dikenali, serta memberikan respon untuk bertindak.
Faktor psikologis berkaitan dengan sikap, motivasi, dan dorongan- dorongan internal lain yang memungkinkan sejauh mana individu
memiliki kecerdasan emosional. Daniel Goleman 1999:274 menyatakan bahwa rasa ingin tahu, niat atau kemauan, pengendalian diri, keterkaitan,
kecakapan berkomunikasi dan bekerja sama, mempengaruhi kecerdasan emosional individu yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Keyakinan, yaitu perasaan kendali dan penguasaan individu terhadap dirinya sendiri. Seseorang yang memiliki pengertian akan dirinya
bahwa dia mampu membawa dirinya berdasarkan tuntutan situasi dan kondisi, cenderung berhasil dalam apa yang dikerjakannya.
b. Rasa ingin tahu, yaitu dorongan untuk mencari tahu atau menyelidiki sesuatu. Kebutuhan untuk memahami ini sifatnya positif dan
memberikan kepuasan. c. Niat, yaitu didorong dari dalaminisiatif untuk berhasil, ketekunan atau
hasrat untuk bertindak secara konsekuen untuk mencapai tujuan. d. Pengendalian diri, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan tindakan
dengan pola yang sesuai dengan usia, kendali yang mengarahkan diri untuk memperoleh hasil yang lebih besar.
e. Keterkaitan, yaitu kemampuan melibatkan diri dengan orang lain, dengan memahami situasi yang dialami oleh orang lain dan mampu
berpikir dari sudut pandang orang lain. f. Kecakapan berkomunikasi, ya itu kemampuan verbal, untuk bertukar
gagasan, perasaan dan konsep dengan orang lain. Kemampuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendengarkan dan memberi umpan balik berdasarkan rasa percaya dan keterkaitan dengan orang lain.
g. Kemampuan bekerjasama, yaitu bersikap kooperatif berarti mamp u untuk menyeimbangkan kebutuhannya sendiri dengan kebutuhan orang
lain dalam kegiatan kelompok. Faktor eksternal adalah perlakuan yang diperoleh dari lingkungan
yang mempengaruhi kecerdasan emosional. Lingkungan yang pertama- tama mempengaruhi kecerdasan emosional adalah keluarga, kemudian
lingkungan teman sebaya lingkungan kerja, dan masyarakat sosial.
E. Jenis Kelamin