Kesadaran Akan Orientasi Homoseksual

C. Hasil Penelitian

Tabel 3. Data Demografis Subjek Keterangan Subjek I Subjek II Nama Inisial N D Usia 32 tahun 31 tahun Suku Bangsa Minang Jawa Pendidikan Terakhir SMA S1 Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Usia Suami 40 tahun 35 tahun Suku Bangsa Suami Minang Melayu Pendidikan Terakhir Suami S1 S1 Pekerjaan Suami Wiraswasta PNS Usia Pernikahan 13 tahun 8 tahun Jumlah Anak 2 2 Usia Anak 12 tahun dan 8 tahun 7 tahun dan 2 tahun

1. Kesadaran Akan Orientasi Homoseksual

Kedua subjek penelitian sama-sama menyadari orientasi homoseksualnya pertama kali pada saat berusia remaja. Hal tersebut dimulai dari ketertarikan mereka terhadap perempuan tertentu. Meskipun demikian, respons kedua subjek akan kesadaran orientasi seksual mereka cenderung berbeda. Setelah menyadari akan orientasi seksualnya, subjek I merasa senang karena akhirnya bisa menemukan sesuatu yang benar-benar membuatnya nyaman dan berkesan. Hal ini tampak pada pernyataan subjek sebagai berikut: “Seneng sih. Kayaknya mulai menemukan oh ini yang.. ternyata yang memang buat aku tuh nyaman, yang bener-bener apa ya.. ngerasa berkesan kayak gitu di hati ya kayak gitu.” Subjek I, Line 30-31 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berbeda dengan subjek I, subjek II tidak merasa demikian. Subjek II mengatakan bahwa ia tidak bisa secara langsung menerima dirinya sebagai seorang lesbian. Hal ini dikarenakan ia masih belum yakin bahwa orang lain juga sama sepertinya dan bahwa menjadi seorang lesbian bukanlah suatu kesalahan dosa. Namun, dengan semakin banyak informasi yang didapatkan mengenai orientasi seksual, subjek II semakin bisa menerima dirinya dan hal ini membuatnya merasa nyaman dan santai dalam melakukan segala hal. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kutipan wawancara sebagai berikut: “Awalnya sih penolakan.. penolakan diri tuh ada.. maksudnya kayak.. kayak ngerasa .. ini tuh salah.. kok aku kayak gini ya.. kok aku beda.. ngrasa kayak ini dosa nggak ya.. gitu gitu.. karena kan kalau menurutku sih itu karena aku belum tau banyak informasi apapun gitu.. aku cuman kayak e ya nggak ada.. nggak ada temen cerita nggak ada yang bisa ditanyain jadi aku ngerasa kayak gitu sih awalnya. Tapi semakin lama mm aku bisa baca buku.. aku cari informasi banyak hal akhirnya ya aku bisa nerima sih..” Subjek II, Line 24-34 Subjek I pernah menjalin relasi romantis dengan lawan jenis. Meskipun merasa nyaman dan dilindungi, subjek I mengakui bahwa perasaan saat berpacaran dengan perempuan serba berbeda dengan saat berpacaran dengan laki-laki. Relasi dengan laki-laki terasa biasa saja ketika ia mulai mencoba berpacaran dengan perempuan. Berbeda dengan subjek I, subjek II belum pernah sekalipun berpacaran dengan laki-laki. Ia mengatakan bahwa ia tidak pernah memiliki ketertarikan sama sekali dengan lawan jenis dan hanya merasa memiliki ikatan emosi yang dalam dengan perempuan saja. Subjek I mendeskripsikan relasi romantis dengan sesama jenis sebagai relasi yang lebih nyaman, lebih santai, lebih dilindungi, lebih spesial serta lebih bahagia jika dibandingkan dengan saat bersama laki-laki. Subjek I juga mengaku lebih stres dan lebih mau mengalah saat sedang berkonflik dengan pacar perempuan. Hal ini tampak pada pernyataan subjek sebagai berikut : “Trus aku sekarang sama cewek kok kayaknya lebih nyamannya sama cewek..” Subjek I, Line 551-552 “..cuman ya emang lebih spesial, kalau kita jalan sama cewek gitu kayak ngerasa.. ngerasanya lebih.. lebih seneng aja dibandingin sama cowok.” Subjek I, Line 66-68 “Kalau aku misalnya aku berantem.. jaman aku masih sama.. e apa.. pacar cewekku dulu.. itu pasti aku yang yaudah aku minta maaf deh gitu gitu..” Subjek I, Line 154-157 “Stres kalau misalnya aku lagi berantem sama pacarku yang cewek itu.. bisa yang stress banget banget bisa.” Subjek I, Line 269-271 Tidak jauh berbeda dengan subjek I, subjek II juga menilai relasi dengan perempuan sebagai relasi yang membuatnya merasa nyaman dan senang. Meskipun ada duka yang harus dilalui selama berpacaran dengan perempuan, subjek II tetap menilai relasi tersebut menyenangkan. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kutipan wawancara sebagai berikut : “Ya kayak orang-orang pacaran biasa sih menurutku. Kamu dengan pacarmu merasa nyaman.. senang.. Tapi ya emang kalau ada suka, ada dukanya juga. Berantem gitu ada pasti. Tapi kalau secara keseluruhan ya menyenangkan sih.” Subjek II, Line 817-821

2. Menyembunyikan Orientasi Homoseksual