Kontinum Mixed Orientation Marriage

biseksual, sedangkan satu partner yang lain diidentifikasi sebagai heteroseksual tanpa ketertarikan sesama jenis Buxton dalam Tornello Patterson, 2011.

1. Kontinum Mixed Orientation Marriage

Penelitian Ben-Ari dan Adler 2010 terhadap 13 laki-laki homoseksual yang menikah secara heteroseksual menunjukkan bahwa mixed orientation marriage dapat dijelaskan dalam sebuah kontinum yang bergerak antara dua kutub, splitting dan integrating. a. Splitting Dalam splitting, partisipan membagi kehidupan mereka menjadi dua bagian yang sangat terpisah satu sama lain. Mereka menganggap bahwa pernikahan heteroseksual dan hubungan homoseksual adalah dua hal yang tidak bisa berjalan berdampingan. Memisahkan keduanya adalah satu- satunya cara supaya kedua hubungan bisa terus berlanjut. Dengan menjadikan homoseksualitas sebagai sesuatu yang terpinggirkan dan terbatas, mereka mampu menyelamatkan hubungan pernikahan mereka. Splitting terjadi dalam tiga level, yaitu : 1 Emotional splitting Semua partisipan mempersepsikan bahwa hubungan mereka dengan istri sangat berbeda dengan hubungan mereka dengan sesama laki-laki. Hubungan dengan laki-laki hanyalah bentuk rangsangan dan pemenuhan fantasi, sedangkan hubungan dengan istri melibatkan emosi, cinta dan apresiasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Cognitive splitting Bentuk keterpisahan ini termanifestasi dalam berbagai cara, termasuk meminimalisasi homoseksualitas dan artinya, melihat homoseksualitas sebagai fase yang temporer atau sementara, serta hanya merupakan objektifikasi dari orientasi seksual. 3 Behavioral splitting Beberapa indikasi dari behavioral splitting adalah membatasi hubungan seksual hanya pada tempat tertentu saja, mendefinisikan hubungan hanya sebatas seksual saja serta membersihkan tubuh dengan seksama dan hati-hati setelah hubungan seksual sesama jenis, sebelum kembali pernikahan heteroseksual yang normal. Hal-hal ini berkontribusi dalam persepsi bahwa hubungan homoseksual adalah hal yang tidak berkaitan dengan apapun di dunia familiar. b. Integrating Selain orang-orang yang memilih menjalani hidup dengan cara di atas, ada beberapa orang lain yang memutuskan untuk mengintegrasikan pernikahan heteroseksual dan hubungan homoseksual. Integrasi ini adalah bentuk ideal yang diinginkan, dimana seseorang tidak harus melepaskan atau menomorduakan salah satu di antaranya. Proses integrasi ini menantang konsep normatif yang mengatakan bahwa homoseksual tidak bisa terlibat dalam pernikahan heteroseksual. Ada potensi keharmonisan dan kemungkinan berdampingan dari dua dunia ini. Realisasi dari satu sistem hubungan tidak selalu menghalangi kelanjutan hubungan yang lain. Menurut individu homoseksual di dalam mixed orientation marriage, pengenalan terhadap orientasi homoseksual tidak mengganggu kebenaran dari keseluruhan pernikahan. Mereka masih menganggap pernikahan mereka berharga, ingin menjaga hubungan emosional mendalam yang selama ini sudah terbangun dan menghargai masa lalu mereka bersama Wolkomir, 2009. Meskipun begitu, karena kebanyakan individu straight merasa bahwa homoseksualitas merupakan bawaan sejak lahir, sifat yang abadi dan orang- orang menjadi gay atau lesbian secara eksklusif, mereka merasa bahwa seks heteroseksual adalah hal yang tidak mungkin dan tidak bisa menjadi bagian dari pernikahan mereka sama sekali Wolkomir, 2009. Wolkomir 2009 mengungkapkan bahwa untuk memperbaiki bagian dari pernikahan mereka yang “rusak”, mereka mencoba untuk menjaga bagian baik dari pernikahan tersebut, yaitu dengan memisahkan antara cinta dan seks. Mereka percaya bahwa seks tidak berhubungan sama sekali dengan cinta. Hasilnya, mereka tidak lagi memasukkan seks ke dalam bagian keintiman emosi di pernikahan mereka dan melanjutkan hubungan mereka sebagai orangtua bagi anak-anak mereka dan teman bagi satu sama lain. Keintiman fisik dilakukan dengan orang lain di luar relasi. Dengan menjalin hubungan seksual yang terpisah, pasangan-pasangan menjadi mampu mengakomodasikan homoseksualitas yang mereka miliki sembari tetap merasa bahwa pernikahan mereka baik-baik saja.

2. Alasan Individu Homoseksual Menikah Secara Heteroseksual