Konflik dalam Relasi Interpersonal

3. Konflik dalam Relasi Interpersonal

Segal dan Jaffe dalam Brandenberger, 2007 mengungkapkan bahwa ketidaksetujuan pasti muncul dalam relasi intim. Dua orang tidak mungkin akan selalu memiliki kebutuhan, opini dan harapan yang sama. Lebih jauh, Guerrero, Andersen dan Afifi dalam Brandenberger, 2007 mengungkapkan bahwa relasi dekat yang tanpa disertai konflik sangat jarang ditemui, bahkan bisa dikatakan sebagai sesuatu yang tidak mungkin ada. Pada kenyataannya, relasi yang memuaskan biasanya didapatkan sebagai hasil dari diskusi dan kompromi atas ketidaksetujuan yang terjadi. Secara sukses menyesuaikan perbedaan-perbedaan yang ada akan membuat relasi semakin tumbuh dan berkembang. Sebaliknya, pasangan yang mengaku tidak puas akan relasinya cenderung meminimalisir atau menghindari konflik. Guerrero et al. dalam Brandenberger, 2007 mendefinisikan konflik sebagai bentuk ketidaksetujuan dan ketidakcocokan antara dua individu yang saling tergantung satu sama lain. Konflik memainkan peranan yang cukup penting dalam sebuah relasi, tidak hanya mempengaruhi durasi, namun juga mempengaruhi kualitas dan kepuasan relasi. Wood dalam Brandenberger, 2007 berpendapat bahwa konflik juga berdampak pada dinamika di antara pasangan dengan cara memaksa mereka untuk saling bernegosiasi dan berkompromi satu sama lain. Pada hampir semua jenis relasi, konflik selalu muncul secara berkala sebanyak 1-2 konflik per bulan hingga 1-3 konflik per minggu Brandenberger, 2007. Guerrero et al. dalam Brandenberger, 2007 mengatakan bahwa konflik ini biasa terjadi berkaitan dengan pembagian tugas rumah tangga, kecemberuan, keposesifan, uang, relasi sosial dan anak. Pekerjaan bisa pula menjadi konflik ketika hal itu menyebabkan berkurangnya dukungan pasangan dan sedikitnya waktu untuk keluarga Cinamon dalam Brandenberger, 2007. Sebagai tambahan, individu yang mengeluh pasangannya tidak memiliki cukup banyak waktu untuknya kemungkinan besar akan terlibat pada kegiatan yang menunjukkan ketidaksetiaan emosi dan seksual Guerrero et al. dalam Brandenberger, 2007. Selain masalah-masalah tersebut di atas, seks juga merupakan salah satu hal yang menyebabkan munculnya konflik di relasi. Gallagher 2013 mengungkapkan bahwa hal ini bisa terjadi ketika : a. Salah satu partner merasa tidak puas akan frekuensi hubungan seksual. b. Salah satu partner menjadikan ketiadaan seks sebagai senjata untuk menghukum pasangannya. c. Tidak ada hubungan seksual dalam relasi dikarenakan tidak adanya kepercayaan, kenyamanan dan intimasi serta adanya kebencian dan kemarahan. Hal ini juga bisa terjadi karena isu medis atau penuaan. d. Salah satu partner terlalu sibuk atau terlalu lelah untuk melakukan seks. e. Salah satu partner kecanduan menonton porno sehingga pasangannya merasa tergantikan. f. Salah satu partner tidak menyukai seks dengan pasangannya karena hal yang diinginkan tidak didapatkan serta tidak adanya variasi gaya dan konten dalam hubungan seksual. g. Salah satu partner melakukan perselingkuhan.

C. Mixed Orientation Marriage