mereka yang perlu dikembangkan dengan baik melalui menanamkan pendidikan karakter, selama ini pendidikan karakter yang di berikan di
sekolah baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Perlu dilakukan evaluasi komprehensif tentang efektivitas pendidikan karakter yang telah berlangsung dengan sistem terintegrasi di
SMP. Maka sasaran pendidikan karakter di sekolah yaitu siswa SMP. Dilihat
dari perkembangannya siswa SMP tergolong ke dalam fase remaja awal, remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Masa remaja ini merupakan masa menemukan jati diri, jadi sangat rawan
sekali untuk terpengaruh pergaulan remaja, kenakalan remaja, serta berbagai masalah yang berkaitan dengan karakter karena masa remaja ini mereka akan
melakukan banyak pemberontakan dan mencari kesenangan sesuai yang diinginkan.
Siswa sebagai pelajar di SMP terdiri dari berbagai macam status urutan kelahiran anak dalam keluarga dan karakteristik yang berbeda-beda.
Status urutan anak sulung, anak sulung merupakan anak pertama dari sebuah keluarga mempunyai karakteristik yang unik karena anak sulung merupakan
anak yang ditunggu-tunggu oleh keluarga yang menjadi harapan bagi
keluarga. Anak sulung mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang penuh dari orang tua dan keluarga, maka karakter yang dimiliki anak sulung unik.
Maka ada anggapan bahwa anak sulung mempunyai karakteristik lebih baik daripada adik-adiknya Fikriawati, 2007
Anak tengah merupakan anak yang lahir diantara anak sulung dan anak bungsu pada keluarga. Kedudukan anak tersebut berada pada kedudukan
terjepit. Anak tengah lebih mudah membina relasi dibanding anak sulung dan bungsu. Anak bungsu merupakan anak terakhir pada keluarga. Anak bungsu
mempunyai karakteristik sebagai anak manja karena menjadi pusat perhatian orang tua, kakak-kakaknya maupun orang lain. Dengan mendapatkan
perhatian terus menerus mengakibatkan sifat-sifat anak ini menjadi kekanak- kanakan, cepat putus asa dan emosi. Anak bungsu biasanya lucu dan menarik
perhatian orang lain. Mengenai anak tunggal yang pada umunya merupakan anak satu-satunya dalam keluarga menjadikan anak yang manja kepada orang
tuanya karena hanya ia yang menjadi pusat perhatian dari orang tua. Melihat urutan kelahiran siswa dapat berpengaruh terhadap pendidikan
karakter di sekolah. Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter diberikan di sekolah lewat mata pelajaran, kegiataan pembinaan kesiswaan, manajemen
sekolah yang telah di sampaikan pihak sekolah. Menjadikan tolok ukur untuk melihat efektivitas hasil pendidikan karakter yang ada di sekolah apakah
efektivitas hasil pendidikan itu sudah mencapai hasil yang maksimal atau malah belum mencapai hasil?.
Oleh sebab itu, SMP Negeri 13 Yogyakarta adalah salah satu sekolah yang menjadi penelitian pendidikan karakter terintegrasi secara nasional.
Berdasarkan penelitian sewaktu melakukan penelitian pendidikan karakter peneliti melihat gambaran mengenai evaluasi hasil pendidikan karakter di
SMP Negeri 13 Yogyakarta apakah ada perbedaan hasil pendidikan karakter dilihat dari urutan kelahiran siswa di sekolah.
Setelah melihat semua hal di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat
judul “HASIL
PENDIDIKAN KARAKTER
TERINTEGRASI PADA SISWA SMP ” Analisis Evaluatif Hasil
Pendidikan Karakter Terintegrasi pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran di SMP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 20132014 dan
Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus Modul Bimbingan” dalam
penelitian skripsi ini.
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan efektivitas hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa berdasarkan
urutan kelahiran diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut: 1.
Fungsi pendidikan nasional menyangkut pembentukan watak belum teruji. 2.
Pendidikan watak di sekolah belum efektif dalam pelaksanaannya.
3. Pendidikan nilai di sekolah kurang nampak dan sangat minim.
4. Proses pendidikan karakter belum berjalan sebagaimana mestinya di
sekolah. 5.
Nilai-nilai pendidikan karakter hanya di pahami secara kognitif sampai ada penghayatan afektif tanpa ada penerapan langsung di sekolah.
6. Pelaksanaan pendidikan karakter belum menunjukkan hasil yang
memuaskan. 7.
Ada indikasi perbedaan efektifitas hasil pendidikan karakter pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta.
8. Perbedaan hasil pendidikan karakter pada siswa sulung, tengah, bungsu dan
tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, fokus kajian diarahkan pada menjawab masalah- masalah yang termuat pada butir nomer 6, 7, 8 yang teridentifikasi di atas
khususnya masalah mengenai seberapa efektif hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13
Yogyakarta tahun ajaran 20132014.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusah masalah dalam penelitian ini yaitu: 1.
Seberapa baik hasil pencapaian pendidikan karakter terintegrasi pada siswa SMP Negeri 13 Yogyakarta?
2. Butir-butir pendidikan karakter mana yang terindikasi belum optimal
hasilnya yang berdampak implikatif terhadap penyusunan silabus dan modul bimbingan?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada
siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu: 1.
Menganalisis hasil pendidikan karakter terintergrasi pada siswa SMP Negeri 13 Yogyakarta.
2. Mengidentifikasi nilai karakter apa saja yang belum optimal hasilnya
dalam implikasinya terhadap penyusunan silabus dan modul bimbingan karakter.
3. Menganalisis perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa
sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap pengembangan pengetahuan mengenai pendidikan karakter terintegrasi
pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta. Serta sebagai wacana untuk membuat silabus dan modul
bimbingan mengenai cara yang dapat digunakan oleh sekolah dalam meningkatkan pendidikan karakter.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala sekolah dan para guru SMP Negeri 13 Yogyakarta
Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat digunakan oleh sekolah untuk melihat seberapa efektif pencapaian hasil
pendidikan karakater terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal yang ada di SMP Negeri 13 Yogyakarta. Selain itu,
sekolah juga dapat menentukan langkah-langkah yang dapat diberikan kepada siswa untuk dapat meningkatkan pendidikan karakter yang ada
dalam diri siswa tersebut. b.
Bagi siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 13 Yogyakarta Para siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 13 Yogyakarta ini dapat
menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat seberapa efektif hasil
pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal yang ada dalam diri mereka dan memikirkan kiat-kiat
untuk mengatasinya. c.
Bagi Peneliti Peneliti dapat mengetahui dan memahami bagaimana efektivitas hasil
pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta dan dapat mengusulkan
penyusunan silabus dan modul bimbingan yang sesuai bagi mereka.
G. Definisi Operasional Variabel dan Batasan Istilah
Adapun definisi operasional variabel dan batasan istilah dalam penelitian ini yaitu:
1. Karakter adalah nilai-nilai universal perilaku atau sikap manusia yang
meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia maupun dengan lingkungan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat
istiadat. 2.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran
atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa YME, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
3. Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi adalah pencapaian karakter atau
watak yang dihasilkan dari pendidikan karakter di sekolah yang dipadukan didalam mata pelajaran saat proses pembelajaran yang diterima oleh
siswa, sehingga dalam kehidupan sehari-hari siswa dapat menunjukkan perilaku sesuai dengan nilai karakter yang diharapkan.
4. Evaluasi hasil pendidikan karakter terintegrasi adalah upaya menilai,
mengukur, dan menakar seberapa jauh capaian indikator keberhasilan pendidikan karakter sebagaimana dipaparkan dalam pedoman pendidikan
karakter yang dicanangkan oleh Direktorat Kementerian Pendidikan Nasional.
5. Siswa atau Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
6. Urutan Kelahiran adalah posisi anak dalam keluarga yaitu anak sulung,
anak tengah, anak bungsu dan anak tunggal.
7.
Anak sulung adalah anak pertama dalam keluarga.
8.
Anak tengah adalah anak yang lahir ditengah antara anak sulung dan anak bungsu dalam keluarga.
9.
Anak bungsu adalah anak urutan terakhir dalam keluarga.
10.
Anak Tunggal adalah anak satu-satunya yang ada dalam keluarga.