Pendidikan Karakter Secara Terpadu di SMP

pengamalan nilai secara nyata oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. 2 Pembentukan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah . Berbagai hal yang terkait dengan karakter nilai-nilai, norma, iman dan lain-lain diimplementasikan dalam aktivitas manajemen sekolah, seperti pengelolaan: siswa, regulasiperaturan sekolah, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keuangan, perpustakaan, pembelajaran, penilaian, dan informasi, serta pengelolaan lainnya. 3 Pembentukan karakter yang terpadu dengan Kegiatan pembinaan kesiswaan. Beberapa kegiatan pembinaan kesiswaan yang memuat pembentukan karakter antara lain: a Olah raga sepak bola, bola voli, bulu tangkis, tenis meja, dan lain-lain, b Keagamaan baca alkitab, ibadah, dan lain-lain, c Seni budaya menari, menyanyi, melukis, teater, d KIR, e Kepramukaan, f Latihan Dasar Kepemimpinan Peserta didik LDKS, g Palang Merah Remaja PMR, h Pasukan Pengibar Bendera Pusaka PASKIBRAKA, i Pameran, Lokakarya, j Kesehatan, dan lain-lainnya. c. Monitoring Monitoring merupakan serangkaian kegiatan untuk memantau proses pelaksanaan program pembinaan pendidikan karakter. Fokus kegiatan monitoring adalah pada kesesuaian proses pelaksanaan program pendidikan karakter berdasarkan tahapan atau prosedur yang telah ditetapkan. Evaluasi cenderung untuk mengetahui sejauhmana efektivitas program pendidikan karakter berdasarkan pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Hasil monitoring digunakan sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pelaksanaan program pendidikan karakter. Monitoring dan evaluasi secara umum bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas program pembinaan pendidikan karakter sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Secara rinci tujuan monitoring dan evaluasi pembentukan karakter adalah sebagai berikut: 1 Melakukan pengamatan dan pembimbingan secara langsung keterlaksanaan program pendidikan karakter di sekolah. 2 Memperoleh gambaran mutu pendidikan karakter di sekolah secara umum. 3 Melihat kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program dan mengidentifikasi masalah yang ada, dan selanjutnya mencari solusi yang komprehensif agar program pendidikan karakter dapat tercapai. 4 Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan di lapangan untuk menyusun rekomendasi terkait perbaikan pelaksanaan program pendidikan karakter ke depan. 5 Memberikan masukan kepada pihak yang memerlukan untuk bahan pembinaan dan peningkatan kualitas program pembentukan karakter. 6 Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program pembinaan pendidikan karakter di sekolah. d. Tindak lanjut Hasil monitoring dan evaluasi dari implementasi program pembinaan pendidikan karakter digunakan sebagai acuan untuk menyempurnakan program, mencakup penyempurnaan rancangan, mekanisme pelaksanaan, dukungan fasilitas, sumber daya manusia, dan manajemen sekolah yang terkait dengan implementasi program Kementerian Pendidikan Nasional, 2010.

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter

Menurut Zubaedi 2011 terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter, yaitu: a. Insting naluri Aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh naluri seseorang. b. Adat atau kebiasaan Adat atau kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan secara berulang- ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, berolahraga, dan lain sebagainya. c. Keturunan Secara langsung atau tidak langsung keturunan sangat mempengaruhi pembentukan karakter seseorang. d. Lingkungan Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor lingkungan di mana seseorang berada.

B. Hakikat Siswa dan Urutan Kelahiran Anak

1. Definisi Siswa atau Peserta Didik

Menurut Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik atau siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu Desmita, 2012. Dalam persektif pedagogis, peserta didik di artikan sebagai sejenis m akhluk “homo educandum”, makhluk yang menghajat pendidikan. Dalam pengertian ini, peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga di butuhkan binaan dan bimbingan untuk