Urutan Kelahiran Hakikat Siswa dan Urutan Kelahiran Anak

secara utuh dan optimal dipengaruhi oleh pola asuh. Pola asuh orang tua menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak dalam keluarga. Pola asuh merupakan interaksi antara pengasuhan dan anak, yang meliputi pemeliharaan memberi makan, membesarkan, melindungi dan melatih bersosialisasi, mengajarkan perilaku yang umum dan dapat diterima oleh masyarakat. Dalam mengasuh anak, terkadang orang tua memperlakukan anak-anaknya secara berbeda dipengaruhi oleh urutan kelahiran anak tersebut, pola perlakuan yang khas terhadap anak sulung, anak tengah, anak bungsu dan anak tunggal Fikriawati, 2007. Menurut Hurlock 1980, orang tua sebagai pangkal keluarga tentunya sangat berperan dalam pembentukkan dasar-dasar kepribadian, karena orang tua merupakan model identifikasi bagi sang anak, menyatakan bahwa model atau cara orang tua mengasuh yang terkenal dengan pola asuh. Ada 3 macam pola asuh yaitu: a. Pola Asuh Autoritarian Otoriter, yaitu gaya pola asuh yang membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk orang tua dan untuk menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang bersifat autotarian membuat batasan dan kendali yang tegas terhadap remaja dan hanya melakukan sedikit komunikasi verbal. Pola asuh autotarian berkaitan dengan perilaku sosial remaja yang tidak cakap Santrock, 2003. b. Pola Asuh AutoritatifDemokratis, yaitu pola asuh orang tua yang mendorong remaja untuk bebas tetapi memberi batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka. Komunikasi verbal timbal balik bisa berlangsung dengan bebas, dan orang tua bersikap hangat dan bersifat membesarkan hati remaja. Pola asuh autoritatif berkaitan dengan perilaku sosial remaja yang kompeten Santrock, 2003. c. Pola Asuh Permisif, ada 2 macam yaitu 1 Pola asuh permisif tidak peduli, yaitu suatu pola di mana si orang tua sangat tidak campur dalam kehidupan remaja. Hal ini berkaitan dengan perilaku sosial remaja yang tidak cakap, terutama kurang pengendalian diri. 2 Pola asuh permisif-memanjakan, yaitu suatu pola di mana orang tua sangat terlibat dengan remaja tetapi sedikit sekali menuntut atau mengendalikan mereka. Pola asuh seperti ini cenderung membiarkan remaja melakukan hal-hal apa saja yang ia inginkan dan akibatnya remaja tidak bisa mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan agar semua keinginan dituruti.

C. Hakikat Evaluasi Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi

1. Pengertian Evaluasi Hasil dan tujuan

Evaluasi merupakan kegiataan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas program pendidikan karakter berdasarkan pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi hasil merupakan jenis evaluasi program yang paling tua. Pada mulanya yang dimaksud evaluasi identik, ialah evaluasi hasil. Evaluasi hasil dimaksud sebagai hasil belajar dalam pengertian pengetahuan yang dapat diserap oleh peserta didik. Jumlah pengetahuan yang dimiliki peserta didik merupakan indikator keberhasilan suatu program pembelajaran. Makin banyak pengetahuan yang dimiliki peserta didik makin tinggi tingkat keberhasilan suatu program pembelajaran Arikunto, S. Jabar. C. P., 2014.

2. Ciri-ciri dan Persyaratan Evaluasi Program

Arikunto, S. Jabar. C. P. 2014 menjelaskan evaluasi evaluatif memiliki ciri-ciri dan persyaratan sebagai berikut: a. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi penelitian pada umumnya. b. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara sistematis, yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dari objek yang dievaluasi. c. Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dari objek yang dievaluasi, perlua adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program. d. Menggunakan standar, kriteria, atau tolok ukur sebagai perbandingan dalam menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk mengambil kesimpulan. e. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau rekomendasi bagi sebuah kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar, kriteria, atau tolok ukur. f. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui bagaimana dari program yang belum terlaksana, maka perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi subkomponen, sampai pada indikator dari program yang dievaluasi. g. Standar kriteria, atau tolok ukur diterapkan pada indikator, yaitu bagian yang paling kecil dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan. h. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.

3. Manfaat Evaluasi Program

Dalam organisasi pendidikan, evaluasi program dapat disamaartikan dengan kegiatan supervisi. Secara singkat, supervisi dapat diartikan sebagai upaya mengadakan peninjauan untuk memberikan pembinaan, maka evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yakni mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberikan pembinaan yang tepat pula. Berdasarkan pengertian di atas, supervisi sekolah yang diartikan sebagai evaluasi program, dapat disamartikan dengan validasi lembaga dan akreditasi. Evaluasi program merupakan langkah awal dari proses akreditasi dan validasi lembaga. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi program pendidikan adalah supervisi pendidikan dalam pengertian khusus, tertuju pada lembaga secara keseluruhan. Informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna bagi pengambilan keputusan dari kebijakan lanjutan program, karena dari masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan. Wujud dari hasil evaluasi adalah sebuah rekomendari dari evaluator untuk pengambil keputusan. Ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah program keputusan, yaitu: a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan. b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan terdapat kesalahan, tetapi hanya sedikit. c. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.