Hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa SMP (analisis evaluatif hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa berdasarkan urutan kelahiran di SMP Negeri 13 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap penyusunan silabus dan mo

(1)

ABSTRAK

HASIL PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi

pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran di SMP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)

Clara Reny Puspitasari Universitas Sanata Dharma

2015

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Menganalisis hasil pendidikan karakter terintergrasi pada siswa SMP N 13 Yogyakarta, (2) Mengidentifikasi nilai karakter apa saja yang belum optimal hasilnya dalam implikasinya terhadap penyusunan silabus dan modul bimbingan karakter, (3) Menganalisis perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu, dan tunggal di SMP N 13 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Hasil Pendidikan Karakter Siswa SMP dengan jumlah 38 butir item. Aspek-aspek pendidikan karakter siswa di SMP dalam skala ini adalah nilai berhubungan dengan Tuhan (religious), nilai berhubungan dengan diri sendiri, nilai berhubungan dengan sesama, nilai berhubungan dengan lingkungan, dan nilai kebangsaan. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII di SMP N 13 Yogyakarta sejumlah 126 dari empat kelas yaitu VII B sejumlah 35 siswa, VII D sejumlah 29 siswa, VIII B sejumlah 29, VIII D sejumlah 33 siswa. Dari beberapa jumlah siswa tersebut ada yang termasuk anak sulung berjumlah 45 siswa, anak tengah sejumlah 25 siswa, anak bungsu sejumlah 46 siswa, anak tunggal sejumlah 10 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan (1) ketercapaian hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa SMP N 13 Yogyakarta adalah (0,79%) pada kategori sangat baik, (4,76%) pada kategori baik, (76,2%) pada kategori cukup, (17,46%) pada kategori buruk dan (0,79%) pada kategori sangat buruk. Dapat disimpulkan bahwa hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa yang dilaksanakan di SMP N 13 Yogyakarta cukup baik, namun belum optimal. (2) Teridentifikasi pencapaian skornya kurang optimal, 8 butir pendidikan karakter yang termasuk kategori buruk dan 3 butir yang termasuk kategori sangat buruk yang digunakan untuk penyusunan silabus dan modul bimbingan. (3) Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal. Hasil perhitungan uji beda menggunakan analisis varian (ANOVA satu arah) diperoleh hasil F= 0,302 pada pv 0,824.

Kata kunci: Pendidikan Karakter, Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi, Urutan Kelahiran.


(2)

ABSTRACT

THE RESULTS OF AN INTEGRATED CHARACTER EDUCATION PROGRAM FOR JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

(An Evaluative Analysis of the Results of an Integrated Character Education Program for Junior High School Students Based on Birth Order

in SMP Negeri 13 Yogyakarta Academic Year 2013/2014 and its Implication on Syllabus Development and Guidance Module)

Clara Reny Puspitasari Universitas Sanata Dharma

2015

The objectives of this research are to (1) analyze the result of an integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta, (2) identify the character values that need to be developed and its implication on the syllabus development and character guidance module, (3) analyze the differences of the results of the integrated character education among the first-born, middle, last-born and only child of SMP N 13 students in Yogyakarta. This research was a descriptive research.

The research instrument was a 38-item questionnaire of the students’ result after joining a character education program. The aspects of character education in junior high school were religious value, self value, societal value, survival value, and nationality value. The subjects in this research were seventh grade students and eighth grade students of SMP N 13 Yogyakarta. The 126 students came from 4 classes, namely 35 students from class VII B, 29 students from class VII D, 29 students from class VIII B, and 33 students from VIII D. From the data there were 45 students categorized as the first-born child in the family, 25 students as middle child, 46 students as last-born child, and 10 students the only child.

The result of this research were (1) the achievement outcome of the integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta was 0.79 %, or categorized as very good, (4.76%) categorized as good, (76.2%) in fair category, (17.46%) in poor category, and (0.79%) in very poor category. It can be concluded that the result of the integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta was in fair category and not yet maximum. (2) The unsatisfying score of the measurement items was identified, in which 8 items were categorized as bad and 3 items were categorized as very bad, and later will be used as the basis for syllabus development and guidance module (3) There were not significant differences of the result of integrated character education on the first-born, middle, last-born and only child. The result of test using One-way ANOVA F= 0,302 pv was 0.824.

Keywords: Character Education, The Result of an Integrated Character Education, Birth Order.


(3)

i

HASIL PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi

pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran

di SMP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Clara Reny Puspitasari

NIM 111114021

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Jika kita mempunyai mimpi untuk bahagia ayo bersama-sama

berjuang meraih mimpi itu”

“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat

yang patah mengeringkan tulang”

(Amsal 17:22)

“Hidup adalah sebuah pilihan”

(Clara Reny)

Skripsi ini saya persembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Alm. Babe Robertus Suntoro yang bersama Bapa di Surga Ibuku tercinta Agnes Agustin

Kakakku PertamaFX. Rendy Danu Hermantoro Kakakku Kedua D. Rudy Yanto N.

Adikku Theresia Rhyma Octa Sari Tim Stranas

Teman-teman Mahasiswa BK Angkatan 2011 Kekasihku Dewantoro


(7)

(8)

(9)

vii ABSTRAK

HASIL PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi

pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran di SMP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)

Clara Reny Puspitasari Universitas Sanata Dharma

2015

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1)Menganalisis hasil pendidikan karakter terintergrasi pada siswa SMP N 13 Yogyakarta, (2) Mengidentifikasi nilai karakter apa saja yang belum optimal hasilnya dalam implikasinya terhadap penyusunan silabus dan modul bimbingan karakter, (3) Menganalisis perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu, dan tunggal di SMP N 13 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Hasil Pendidikan Karakter Siswa SMP dengan jumlah 38 butir item. Aspek-aspek pendidikan karakter siswa di SMP dalam skala ini adalah nilai berhubungan dengan Tuhan (religious), nilai berhubungan dengan diri sendiri, nilai berhubungan dengan sesama, nilai berhubungan dengan lingkungan, dan nilai kebangsaan. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII di SMP N 13 Yogyakarta sejumlah 126 dari empat kelas yaitu VII B sejumlah 35 siswa, VII D sejumlah 29 siswa, VIII B sejumlah 29, VIII D sejumlah 33 siswa. Dari beberapa jumlah siswa tersebut ada yang termasuk anak sulung berjumlah 45 siswa, anak tengah sejumlah 25 siswa, anak bungsu sejumlah 46 siswa, anak tunggal sejumlah 10 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan (1) ketercapaian hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa SMP N 13 Yogyakarta adalah (0,79%) pada kategori sangat baik, (4,76%) pada kategori baik, (76,2%) pada kategori cukup, (17,46%) pada kategori buruk dan (0,79%) pada kategori sangat buruk. Dapat disimpulkan bahwa hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa yang dilaksanakan di SMP N 13 Yogyakarta cukup baik, namun belum optimal. (2) Teridentifikasi pencapaian skornya kurang optimal, 8 butir pendidikan karakter yang termasuk kategori buruk dan 3 butir yang termasuk kategori sangat buruk yang digunakan untuk penyusunan silabus dan modul bimbingan. (3) Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal. Hasil perhitungan uji beda menggunakan analisis varian (ANOVA satu arah) diperoleh hasil F= 0,302 pada pv 0,824.

Kata kunci: Pendidikan Karakter, Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi, Urutan Kelahiran.


(10)

viii ABSTRACT

THE RESULTS OF AN INTEGRATED CHARACTER EDUCATION PROGRAM FOR JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

(An Evaluative Analysis of the Results of an Integrated Character Education Program for Junior High School Students Based on Birth Order

in SMP Negeri 13 Yogyakarta Academic Year 2013/2014 and its Implication on Syllabus Development and Guidance Module)

Clara Reny Puspitasari Universitas Sanata Dharma

2015

The objectives of this research are to (1) analyze the result of an integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta, (2) identify the character values that need to be developed and its implication on the syllabus development and character guidance module, (3) analyze the differences of the results of the integrated character education among the first-born, middle, last-born and only child of SMP N 13 students in Yogyakarta. This research was a descriptive research.

The research instrument was a 38-item questionnaire of the students’ result after joining a character education program. The aspects of character education in junior high school were religious value, self value, societal value, survival value, and nationality value. The subjects in this research were seventh grade students and eighth grade students of SMP N 13 Yogyakarta. The 126 students came from 4 classes, namely 35 students from class VII B, 29 students from class VII D, 29 students from class VIII B, and 33 students from VIII D. From the data there were 45 students categorized as the first-born child in the family, 25 students as middle child, 46 students as last-born child, and 10 students the only child.

The result of this research were (1) the achievement outcome of the integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta was 0.79 %, or categorized as very good, (4.76%) categorized as good, (76.2%) in fair category, (17.46%) in poor category, and (0.79%) in very poor category. It can be concluded that the result of the integrated character education in SMP N 13 Yogyakarta was in fair category and not yet maximum. (2) The unsatisfying score of the measurement items was identified, in which 8 items were categorized as bad and 3 items were categorized as very bad, and later will be used as the basis for syllabus development and guidance module (3) There were not significant differences of the result of integrated character education on the first-born, middle, last-born and only child. The result of test using One-way ANOVA F= 0,302 pv was 0.824.

Keywords: Character Education, The Result of an Integrated Character Education, Birth Order.


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas perlindungan, pendampingan, dan doa dalam persiapan, pelaksanaan serta penyelesaian penelitian dalam bentuk skripsi ini.

Penulis menyadari tanpa ada dukungan, bimbingan dan doa dari banyak pihak maka penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis megucapkan terima kasih yang tulus iklas dari hati yang paling dalam kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M. Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk penulisan skripsi ini, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah membimbing dengan kesabaran hati, menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan memberikan masukan serta dukungan kepada penulis hingga skripsi ini bisa sampai selesai.

2. Bapak dan Ibu Dosen serta Tim Peneliti Stranas Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan motivasi dan membekali berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berarti bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.


(12)

x

3. Kepala Sekolah dan guru BK SMP Negeri 13 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan uji coba penelitian bersama Tim Peneliti Stranas.

4. Para Siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 13 Yogyakarta yang telah berpartisipasi dan meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner dalam pengumpulan data.

5. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik tercinta Alm. Robertus Suntoro, Agnes Agustin, FX. Rendy Danu Hermantoro, Dominicus Rudy Yanto Neswantoro, Th. Rhyma Octa Sari atas dukungan, doa, perhatian, kasih sayang yang luar biasa serta biaya yang diberikan selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.

6. Simbah Kakung dan Simbah Uti yang telah memberikan semangat dan doa sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu guru SMK Leonardo Klaten, Pak Pras dan Bu Netty yang selalu memberikan dukungan, semangat yang luar biasa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

8. Ibu Indri yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dalam membimbing statistika dengan lancar.

9. Mas Moko yang telah memberikan pelayanan yang begitu ramah, sabar, humoris selama penulis menempuh studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling. 10.Teman-teman angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan dan motivasi,


(13)

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

Bab I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C.Pembatasan Masalah... 9

D.Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

G.Definisi Operasional Variabel dan Batasan Istilah ... 12

Bab II LANDASAN TEORI ... 14

A.Hakikat Pendididikan Karakter ... 14

1. Pengertian Karakter ... 14


(15)

xiii

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 16

4. Prinsip – prinsip Pendidikan Karakter ... 16

5. Nilai – nilai Pendidikan Karakter ... 17

6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 21

7. Pendidikan Karakter Secara Terpadu di SMP ... 23

8. Penyelenggaraan Pendidikan Karakter di SMP ... 26

9. Faktor – faktor yang mempengaruhi Pendidikan Karakter ... 30

B. Hakikat Siswa dan Urutan Kelahiran ... 31

1. Definisi Siswa atau Peserta Didik ... 31

2. Karakteristik Remaja ... 32

3. Karakter Siswa atau Peserta Didik SMP ... 33

4. Urutan Kelahiran ... 34

a. Definisi ... 34

b. Anak Sulung ... 34

c. Anak Tengah ... 35

d. Anak Bungsu ... 36

e. Anak Tunggal ... 37

5. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Karakter ... 38

C. Hakikat Evaluasi Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi... 40

1. Definisi Evaluasi Hasil dan Tujuan ... 40

2. Ciri-ciri atau Persyaratan Evaluasi Program ... 41

3. Manfaat Evaluasi Program ... 42

4. Evaluasi Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 44

D. Penyusunan Silabus dan Modul Bimbingan ... 45

1. Silabus ... 45

2. Modul Bimbingan ... 46

E. Hasil Penelitian Relevan ... 49

F. Kerangka Pikir ... 49


(16)

xiv

Bab III METODOLOGI PENELITIAN ... 53

A.Jenis Penelitian ... 53

B.Subyek Penelitian ... 53

C.Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 54

1. Cara Pemberian Skor Item ... 55

2. Konstruk Intrumen ... 55

3. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 56

a. Validitas ... 56

b. Reliabilitas ... 57

D.Uji Empirik Kuesioner Hasil Pendidikan Karakter di SMP ... 59

1. Validitas Kuesioner ... 59

2. Reliabilitas Kuesioner ... 60

E. Prosedur Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data ... 60

1. Persiapan dan Pelaksanaan ... 60

2. Teknik Analisis Data ... 61

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

1. Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi pada Siswa SMP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ... 67

2. Mengidentifikasi butir-butir skor hasil pendidikan karakter Terintegrasi yang buruk frekuensi kemunculannya pada siswa SMP Negeri 13 Yogyakarta dalam implikasinya untuk penyusunan Silabus dan Modul bimbingan ... 71

B. Analisis Data ... 72

1. Uji Normalitas ... 72

2. Uji Homogenitas ... 73

3. Uji Hipotesis Penelitian ... 74


(17)

xv

D. Implikasi Hasil Penelitian: Penyusunan Silabus

dan Modul Bimbingan ... 83

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

A.Kesimpulan ... 85

B.Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi Pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rincian Subyek Penelitian Siswa ... 54

Tabel 2. Kriteria Guilford ... 59

Tabel 3. Koefisien Reliabilitas Instrumen ... 60

Tabel 4. Kategorisasi PAP Tipe I ... 63

Tabel 5. Norma Kategori Tingkat Ketercapaian Hasil Pendidikan Karakter... 64

Tabel 6. Data Urutan Kelahiran ... 65

Tabel 7. Kategorisasi Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 67

Tabel 8. Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi Berdasarkan Urutan Kelahiran ... 69

Tabel 9. Kategori Skor Item Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 71

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 73

Tabel 11. Hasil Uji Homogenitas ... 74

Tabel 12. Rata-rata Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 75

Tabel 13. Perbedaan Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi Berdasarkan Urutan Kelahiran ... 75


(20)

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi

pada Siswa SMP N 13 Yogyakarta ... 68 Grafik 2. Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi

Berdasarkan Urutan Kelahiran


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Hasil Pendidikan Karakter ... 91

Lampiran 2 Konstruk Instrument Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 101

Lampiran 3 Tabulasi Data Hasil Pendidikan Karakter Siswa SMP N 13 Yogtakarta ... 103

Lampiran 4 Data Hasil Uji Validitas Butir Item Pendidikan Karakter ... 113

Lampiran 5 Penggolongan Item Valid dan Tidak Valid ... 122

Lampiran 6 Tabulasi Penggolongan Item Valid sesudah Uji Coba ... 124

Lampiran 7 Item-item Pernyataan yang Tergolong dalam Kategori Buruk dan Sangat Buruk ... 126

Lampiran 8 Silabus Bimbingan dan Konseling Kelas VII dan VIII ... 128

Lampiran 9 Modul Bimbingan ... 134


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu sehat dan berakhlak mulia seperti yang telah di tuliskan dalam Pasal 3 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Suyadi, 2013).

Pendidikan nasional mengemban misi untuk membangun manusia sempurna untuk membangun bangsa dan jati diri yang utuh dibutuhkan sistem pendidikan yang memiliki materi holistik, serta ditopang oleh pengelolaan dan


(23)

pelaksanaan yang baik. Demikian, pendidikan nasional harus bermutu dan berkarakter. Karakter seseorang terbentuk sejak lahir dan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan sekitar. Pembentukan karakter terjadi secara sengaja maupun tanpa disengaja oleh diri seseorang yang tercermin dalam perilakunya. Karakter atau watak seseorang dapat dibentuk, dapat dikembangkan dengan pendidikan nilai. Pendidikan nilai akan membawa pada pengetahuan nilai, pengetahuan nilai akan membawa pada proses internalisasi nilai, dan proses internalisasi nilai akan mendorong seseorang untuk mewujudkannya dalam tingkah laku, dan akhirnya pengulangan tingkah laku yang sama akan menghasilkan karakter atau watak seseorang.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 17 Ayat (3) menyebutkan bahwa pendidikan dasar, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang (a) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (c) sehat, mandiri, dan percaya diri; (d) toleran, peka sosial, demokratis, dan tanggung jawab. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa tujuan pendidikan di setiap jenjang, termasuk SMP sangat berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik.


(24)

Karakter atau watak itu penting, dapat disimak dari hasil penelitian di Harvard University Amerika Serikat yang memaparkan bahwa kesuksesan hidup seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) yang diperoleh lewat pendidikan, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri yang di dalamnya termasuk karakter dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, bahwa kesuksesan seseorang hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisinya 80% oleh

soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan

lebih banyak didukung kemampuan soft skill dari pada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk dikembangkan (Adisusilo, 2012).

Pendidikan karakter saat ini sudah diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal yaitu sekolah. Berbagai sekolah sudah mencanangkan pendidikan karakter. Sekolah merupakan tempat proses belajar mengajar untuk mendidik, melatih, membimbing peserta didik agar mencapai tujuan pendidikan serta mengembangkan nilai-nilai karakter yang menjadikan pribadi yang bermartabat. Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Maka dari itu Pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta


(25)

perlu dikembangkan secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.

Pendidikan karakter di sekolah pada dasarnya dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Pendidikan karakter di sekolah juga diintegrasikan pada kegiatan pembinaan kesiswaan. Kegiatan ini merupakan salah satu media yang potensial untuk pendidikan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai.

Namun selama ini pelaksaanaan pendidikan karakter di SMP saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Selain hanya berhenti dalam tataran kognitif, muatan nilai-nilai karakter yang diintegrasikan ke berbagai mata pelajaran sifatnya hanya “tempelan” semata. Nilai-nilai karakter sekedar di tulis di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tanpa menampakkan


(26)

dalam proses pembelajarannya. Mengingat begitu penting karakter, maka institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran.

Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi saat ini. Krisis itu antara lain berupa meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, dan penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, perkosaan, perampasan menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum diatasi secara tuntas. Perilaku remaja juga diwarnai dengan gemar menyontek, kebiasaan

bullying di sekolah dan tawuran. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan

tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana karena tindakan ini telah menjurus kepada tindakan kriminal.

Berdasarkan survey nasional yang dilakukan oleh The Ethics of

American Youth, dari Josephson Institue of Ethics, diketahui bahwa perilaku

siswa dalam jangka waktu 12 bulan yaitu: 82% mengakui bahwa mereka berbohong kepada orang tua, 62% mengakui bahwa mereka berbohong kepada seorang guru, 33% menjiplak tugas dari internet, 60% menipu selama pelaksanaan ujian sekolah, 23% mencuri sesuatu dari seorang teman, dan 28% mencuri sesuatu dari toko (Zubaedi, 2011).

Hal tersebut menunjukkan pentingnya pendidikan karakter di sekolah khusus SMP banyak kasus-kasus yang terjadi berkaitan dengan karakter


(27)

mereka yang perlu dikembangkan dengan baik melalui menanamkan pendidikan karakter, selama ini pendidikan karakter yang di berikan di sekolah baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Perlu dilakukan evaluasi komprehensif tentang efektivitas pendidikan karakter yang telah berlangsung dengan sistem terintegrasi di SMP.

Maka sasaran pendidikan karakter di sekolah yaitu siswa SMP. Dilihat dari perkembangannya siswa SMP tergolong ke dalam fase remaja awal, remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Masa remaja ini merupakan masa menemukan jati diri, jadi sangat rawan sekali untuk terpengaruh pergaulan remaja, kenakalan remaja, serta berbagai masalah yang berkaitan dengan karakter karena masa remaja ini mereka akan melakukan banyak pemberontakan dan mencari kesenangan sesuai yang diinginkan.

Siswa sebagai pelajar di SMP terdiri dari berbagai macam status urutan kelahiran anak dalam keluarga dan karakteristik yang berbeda-beda. Status urutan anak sulung, anak sulung merupakan anak pertama dari sebuah keluarga mempunyai karakteristik yang unik karena anak sulung merupakan anak yang ditunggu-tunggu oleh keluarga yang menjadi harapan bagi


(28)

keluarga. Anak sulung mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang penuh dari orang tua dan keluarga, maka karakter yang dimiliki anak sulung unik. Maka ada anggapan bahwa anak sulung mempunyai karakteristik lebih baik daripada adik-adiknya (Fikriawati, 2007)

Anak tengah merupakan anak yang lahir diantara anak sulung dan anak bungsu pada keluarga. Kedudukan anak tersebut berada pada kedudukan terjepit. Anak tengah lebih mudah membina relasi dibanding anak sulung dan bungsu. Anak bungsu merupakan anak terakhir pada keluarga. Anak bungsu mempunyai karakteristik sebagai anak manja karena menjadi pusat perhatian orang tua, kakak-kakaknya maupun orang lain. Dengan mendapatkan perhatian terus menerus mengakibatkan sifat-sifat anak ini menjadi kekanak-kanakan, cepat putus asa dan emosi. Anak bungsu biasanya lucu dan menarik perhatian orang lain. Mengenai anak tunggal yang pada umunya merupakan anak satu-satunya dalam keluarga menjadikan anak yang manja kepada orang tuanya karena hanya ia yang menjadi pusat perhatian dari orang tua.

Melihat urutan kelahiran siswa dapat berpengaruh terhadap pendidikan karakter di sekolah. Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter diberikan di sekolah lewat mata pelajaran, kegiataan pembinaan kesiswaan, manajemen sekolah yang telah di sampaikan pihak sekolah. Menjadikan tolok ukur untuk melihat efektivitas hasil pendidikan karakter yang ada di sekolah apakah


(29)

efektivitas hasil pendidikan itu sudah mencapai hasil yang maksimal atau malah belum mencapai hasil?.

Oleh sebab itu, SMP Negeri 13 Yogyakarta adalah salah satu sekolah yang menjadi penelitian pendidikan karakter terintegrasi secara nasional. Berdasarkan penelitian sewaktu melakukan penelitian pendidikan karakter peneliti melihat gambaran mengenai evaluasi hasil pendidikan karakter di SMP Negeri 13 Yogyakarta apakah ada perbedaan hasil pendidikan karakter dilihat dari urutan kelahiran siswa di sekolah.

Setelah melihat semua hal di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengangkat judul “HASIL PENDIDIKAN KARAKTER

TERINTEGRASI PADA SISWA SMP” (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi pada Siswa Berdasarkan Urutan Kelahiran di SMP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)” dalam penelitian skripsi ini.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan efektivitas hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa berdasarkan urutan kelahiran diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Fungsi pendidikan nasional menyangkut pembentukan watak belum teruji. 2. Pendidikan watak di sekolah belum efektif dalam pelaksanaannya.


(30)

3. Pendidikan nilai di sekolah kurang nampak dan sangat minim.

4. Proses pendidikan karakter belum berjalan sebagaimana mestinya di sekolah.

5. Nilai-nilai pendidikan karakter hanya di pahami secara kognitif sampai ada penghayatan afektif tanpa ada penerapan langsung di sekolah.

6. Pelaksanaan pendidikan karakter belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

7. Ada indikasi perbedaan efektifitas hasil pendidikan karakter pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta.

8. Perbedaan hasil pendidikan karakter pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus kajian diarahkan pada menjawab masalah-masalah yang termuat pada butir nomer 6, 7, 8 yang teridentifikasi di atas khususnya masalah mengenai seberapa efektif hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.


(31)

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusah masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Seberapa baik hasil pencapaian pendidikan karakter terintegrasi pada siswa SMP Negeri 13 Yogyakarta?

2. Butir-butir pendidikan karakter mana yang terindikasi belum optimal hasilnya yang berdampak implikatif terhadap penyusunan silabus dan modul bimbingan?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Menganalisis hasil pendidikan karakter terintergrasi pada siswa SMP Negeri 13 Yogyakarta.

2. Mengidentifikasi nilai karakter apa saja yang belum optimal hasilnya dalam implikasinya terhadap penyusunan silabus dan modul bimbingan karakter.

3. Menganalisis perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta.


(32)

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap pengembangan pengetahuan mengenai pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta. Serta sebagai wacana untuk membuat silabus dan modul bimbingan mengenai cara yang dapat digunakan oleh sekolah dalam meningkatkan pendidikan karakter.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala sekolah dan para guru SMP Negeri 13 Yogyakarta

Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat digunakan oleh sekolah untuk melihat seberapa efektif pencapaian hasil pendidikan karakater terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal yang ada di SMP Negeri 13 Yogyakarta. Selain itu, sekolah juga dapat menentukan langkah-langkah yang dapat diberikan kepada siswa untuk dapat meningkatkan pendidikan karakter yang ada dalam diri siswa tersebut.

b. Bagi siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 13 Yogyakarta

Para siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 13 Yogyakarta ini dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat seberapa efektif hasil


(33)

pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal yang ada dalam diri mereka dan memikirkan kiat-kiat untuk mengatasinya.

c. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui dan memahami bagaimana efektivitas hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal di SMP Negeri 13 Yogyakarta dan dapat mengusulkan penyusunan silabus dan modul bimbingan yang sesuai bagi mereka.

G. Definisi Operasional Variabel dan Batasan Istilah

Adapun definisi operasional variabel dan batasan istilah dalam penelitian ini yaitu:

1. Karakter adalah nilai-nilai universal perilaku atau sikap manusia yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia maupun dengan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.

2. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik


(34)

terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

3. Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi adalah pencapaian karakter atau watak yang dihasilkan dari pendidikan karakter di sekolah yang dipadukan didalam mata pelajaran saat proses pembelajaran yang diterima oleh siswa, sehingga dalam kehidupan sehari-hari siswa dapat menunjukkan perilaku sesuai dengan nilai karakter yang diharapkan.

4. Evaluasi hasil pendidikan karakter terintegrasi adalah upaya menilai, mengukur, dan menakar seberapa jauh capaian indikator keberhasilan pendidikan karakter sebagaimana dipaparkan dalam pedoman pendidikan karakter yang dicanangkan oleh Direktorat Kementerian Pendidikan Nasional.

5. Siswa atau Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

6. Urutan Kelahiran adalah posisi anak dalam keluarga yaitu anak sulung, anak tengah, anak bungsu dan anak tunggal.

7. Anak sulung adalah anak pertama dalam keluarga.

8. Anak tengah adalah anak yang lahir ditengah antara anak sulung dan anak bungsu dalam keluarga.

9. Anak bungsu adalah anak urutan terakhir dalam keluarga.


(35)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini dipaparkan hakikat pendidikan karakter, hakikat siswa serta status urutan kelahiran, hakikat evaluasi hasil pendidikan karakter terintegrasi dan penyusunan silabus serta modul bimbingan.

A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter

Kata “character” berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti

to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas.

Character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan

melahirkan suatu pandangan bahwa karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang.

Secara etimologis, kata karakter bisa berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang. Orang berkarakter berarti orang yang memiliki watak, kepribadian, budi pekerti atau akhlak. Seperti ini berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari proses alamiah sebagai hasil yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir. Setelah melewati tahap anak-anak, seseorang memiliki karakter dengan perilaku yang ada di sekitar dirinya (Daryanto dan Darmiatun, 2013).


(36)

Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,

temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian,

berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasi perasaannya (Suyanto, 2010).

Berdasarkan dari uraian pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual yang membentuk watak atau kepribadian yang bersifat khas yang membedakan seseorang dengan orang yang lain.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Sudrajat (2010), pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan


(37)

penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Suyanto, 2010).

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Kementerian Pendidikan Nasional (2010), menyatakan bahwa pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter;

b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku;

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter;


(38)

e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik;

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses;

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik;

h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama;

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter;

j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter;

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter posisitf dalam kehidupan peserta didik. 5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Menurut Suyanto (2010), ada 20 nilai karakter utama yang disarikan dari butir-butir SKL SMP (Permen Diknas nomor 23 tahun 2006) dan SK/KD (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006) yaitu:

a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius)

Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.


(39)

b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri 1) Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

2) Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.

3) Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.


(40)

6) Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

7) Berjiwa wirausaha

Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

9) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

10)Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

11)Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.


(41)

c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama 1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

2) Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

3) Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

4) Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

5) Demokratis

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu


(42)

ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

e. Nilai kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

1) Nasionalis

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. 2) Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama. 6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter

Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui terutama melalui pencapaian butir-butir Standar Kompetensi Lulusan oleh peserta didik yang meliputi sebagai berikut:

a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;

b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri; c. Menunjukkan sikap percaya diri;


(43)

d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;

e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;

f. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;

g. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif; h. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan

potensi yang dimilikinya;

i. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;

j. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;

k. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;

l. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;

m. Menghargai karya seni dan budaya nasional;

n. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya; o. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan

waktu luang dengan baik;

p. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun; q. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam


(44)

pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat;

r. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;

s. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;

t. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;

u. Memiliki jiwa kewirausahaan.

7. Pendidikan Karakter Secara Terpadu di SMP

Berdasarkan pedoman Kementerian Pendidikan Nasional (2010), pendidikan karakter secara terpadu di SMP dilaksanakan melalui proses pembelajaran, manajamen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan. a. Pendidikan karakter secara terpadu dalam pembelajaran

Pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang


(45)

untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikan perilaku.

Pada struktur kurikulum SMP, dasar setiap mata pelajaran memuat materi-materi yang berkaitan dengan karakter. Secara subtantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai. Integrasi pendidikan karakter pada mata pelajaran di SMP mengarah pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

b. Pendidikan karakter secara terpadu melalui manajemen sekolah

Pada konteks dunia pendidikan, yang dimaksud dengan manajemen pendidikan sekolah adalah suatu proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dalam upaya untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan itu sendiri. Penyelenggaraan pendidikan karakter memerlukan pengelolaan yang memadai. Pengelolaan yang dimaksudkan adalah bagaimana pembentukan karakter dalam pendidikan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan secara memadai. Unsur-unsur pendidikan karakter yang akan


(46)

direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan tersebut antara lain meliputi: (1) nilai-nilai karakter kompetensi lulusan, (2) muatan kurikulum nilai-nilai karakter, (3) nilai-nilai karakter dalam pembelajaran, (4) nilai karakter pendidik dan tenaga kependidikan, dan (5) nilai-nilai karakter pembinaan kepesertadidikan.

Beberapa contoh bentuk kegiatan pendidikan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah antara lain: (1) pelanggaran tata tertib yang berimplikasi pada pengurangan nilai dan hukuman/pembinaan, (2) penyediaan tempat-tempat pembuangan sampah, (3) penyelenggaraan kantin kejujuran, (4) penyediaan kotak saran, (5) penyediaan sarana ibadah dan pelaksanaan ibadah, misalnya: shalat dhuhur berjamaah, (6) Salim-taklim (jabat tangan) setiap pagi saat siswa memasuki gerbang sekolah, (7) pengelolaan dan kebersihan ruang kelas oleh siswa, dan bentuk-bentuk kegiatan lainnya.

c. Pendidikan karakter secara terpadu melalui kegiatan pembinaan kesiswaan Kegiatan pembinaan kesiswaan adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.


(47)

Visi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengeskpresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.

8. Penyelenggaraan Pendidikan Karakter di SMP

Berdasarkan pedoman pendidikan karakter Kementerian Pendidikan Nasional (2010), penyelenggaraan pendidikan karakter di SMP dilakukan secara terpadu melalui 3 (tiga) jalur, yaitu: Pembelajaran, Manajemen Sekolah, dan Kegiatan pembinaan kesiswaan. Langkah pendidikan karakter meliputi: Perancangan, Implementasi, Evaluasi, dan Tindak lanjut.

a. Perancangan

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahap penyusunan rancangan antara lain:

1) Mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan karakter, yaitu nilai-nilai/perilaku yang perlu dikuasai, dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan karakter peserta didik direalisasikan dalam tiga kelompok kegiatan, yaitu (a) terpadu dengan


(48)

pembelajaran pada mata pelajaran; (b) terpadu dengan manajemen sekolah; dan (c) terpadu melalui kegiatan pembinaan kesiswaan. 2) Mengembangkan materi pendidikan karakter untuk setiap jenis

kegiatan di sekolah.

3) Mengembangkan rancangan pelaksanaan setiap kegiatan di sekolah (tujuan, materi, fasilitas, jadwal, pengajar/fasilitator, pendekatan pelaksanaan, evaluasi).

4) Menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pendidikan karakter di sekolah.

Perencanaan kegiatan program pendidikan karakter di sekolah mengacu pada jenis-jenis kegiatan, yang setidaknya memuat unsur-unsur: tujuan, sasaran kegiatan, substansi kegiatan, pelaksana kegiatan dan pihak-pihak yang terkait, mekanisme pelaksanaan, keorganisasian, waktu dan tempat, serta fasilitas pendukung.

b. Implementasi

1) Pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran pada semua mata pelajaran.

Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman dan ketaqwaan) diimplementasikan dalam pembelajaran mata pelajaran-mata pelajaran yang terkait, seperti Agama, PKn, IPS, IPA, Penjas Orkes, dan lain-lainnya. Hal ini dimulai dengan pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke


(49)

pengamalan nilai secara nyata oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

2) Pembentukan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah . Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman dan lain-lain) diimplementasikan dalam aktivitas manajemen sekolah, seperti pengelolaan: siswa, regulasi/peraturan sekolah, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keuangan, perpustakaan, pembelajaran, penilaian, dan informasi, serta pengelolaan lainnya. 3) Pembentukan karakter yang terpadu dengan Kegiatan pembinaan

kesiswaan.

Beberapa kegiatan pembinaan kesiswaan yang memuat pembentukan karakter antara lain:

a) Olah raga (sepak bola, bola voli, bulu tangkis, tenis meja, dan lain-lain),

b) Keagamaan (baca alkitab, ibadah, dan lain-lain), c) Seni budaya (menari, menyanyi, melukis, teater), d) KIR,

e) Kepramukaan,

f) Latihan Dasar Kepemimpinan Peserta didik (LDKS), g) Palang Merah Remaja (PMR),

h) Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA), i) Pameran, Lokakarya,


(50)

j) Kesehatan, dan lain-lainnya. c. Monitoring

Monitoring merupakan serangkaian kegiatan untuk memantau proses pelaksanaan program pembinaan pendidikan karakter. Fokus kegiatan monitoring adalah pada kesesuaian proses pelaksanaan program pendidikan karakter berdasarkan tahapan atau prosedur yang telah ditetapkan. Evaluasi cenderung untuk mengetahui sejauhmana efektivitas program pendidikan karakter berdasarkan pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Hasil monitoring digunakan sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pelaksanaan program pendidikan karakter.

Monitoring dan evaluasi secara umum bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas program pembinaan pendidikan karakter sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Secara rinci tujuan monitoring dan evaluasi pembentukan karakter adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pengamatan dan pembimbingan secara langsung keterlaksanaan program pendidikan karakter di sekolah.

2) Memperoleh gambaran mutu pendidikan karakter di sekolah secara umum.

3) Melihat kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program dan mengidentifikasi masalah yang ada, dan selanjutnya mencari solusi yang komprehensif agar program pendidikan karakter dapat tercapai.


(51)

4) Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan di lapangan untuk menyusun rekomendasi terkait perbaikan pelaksanaan program pendidikan karakter ke depan.

5) Memberikan masukan kepada pihak yang memerlukan untuk bahan pembinaan dan peningkatan kualitas program pembentukan karakter. 6) Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program pembinaan

pendidikan karakter di sekolah. d. Tindak lanjut

Hasil monitoring dan evaluasi dari implementasi program pembinaan pendidikan karakter digunakan sebagai acuan untuk menyempurnakan program, mencakup penyempurnaan rancangan, mekanisme pelaksanaan, dukungan fasilitas, sumber daya manusia, dan manajemen sekolah yang terkait dengan implementasi program (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010).

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter Menurut Zubaedi (2011) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter, yaitu:

a. Insting (naluri)

Aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh naluri seseorang.


(52)

b. Adat atau kebiasaan

Adat atau kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, berolahraga, dan lain sebagainya.

c. Keturunan

Secara langsung atau tidak langsung keturunan sangat mempengaruhi pembentukan karakter seseorang.

d. Lingkungan

Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor lingkungan di mana seseorang berada.

B. Hakikat Siswa dan Urutan Kelahiran Anak 1. Definisi Siswa atau Peserta Didik

Menurut Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik atau siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Desmita, 2012).

Dalam persektif pedagogis, peserta didik di artikan sebagai sejenis

makhluk “homo educandum”, makhluk yang menghajat pendidikan. Dalam

pengertian ini, peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga di butuhkan binaan dan bimbingan untuk


(53)

mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakap (Desmita, 2012).

Menurut Sardiman (2014), siswa adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Siswa didiklah yang menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian. Di dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapai secara optimal.

2. Karakteristik Remaja

Masa remaja sering dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Erikson disebut dengan identitas ego (Hartinah, 2011). Hal tersebut terjadi karena masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa.

Karakteristik remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga seringkali ingin mencoba-coba, menghayal, dan merasa gelisah, serta berani melakukan pertentangan jika dirinya merasa disepelekan

atau “tidak dianggap”. Oleh karena itu, remaja sangat memerlukan

keteladanan, konsistensi, serta komunikasi yang tulus dan empatik dari orang dewasa. Seringkali remaja melakukan perbuatan-perbuatan menurut normanya sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan di masyarakat yang dilakukan oleh orang dewasa/orang tua, antara apa yang sering dikatakan dalam berbagi forum dengan kenyataan nyata dilapangan. Kata-kata moral


(54)

didengungkan di mana-mana, tetapi kemaksiatan juga disaksikan dimana-mana oleh remaja (Hartini, 2011).

3. Karakteristik Siswa atau Peserta Didik SMP

Setiap peserta didik memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang diperoleh lingkungan. Agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal guru perlu memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik yang dimiliki sejak lahir baik menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.

Menurut Desmita (2012), anak usia sekolah menengah (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun). Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu:

a. Terjadi ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan. b. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.

c. Kecenderungan ambivalensi, antara keingiann menyendiri dengan keinginan bergaul, serta keiginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.

d. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

e. Mulai mempertanyakan secara skeptik mengenai eksistensi dan sigat kemurahan dan keadilan Tuhan.


(55)

g. Mulai mengembangkan standard dan harapan terhadap perilaku dari sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.

h. Kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas. 4. Urutan Kelahiran

a. Definisi

Kehadiran anak sangat penting bagi keluarga dan anak menduduki posisi tertentu berdasarkan urutan kelahiran serta mempunyai pengaruh dalam perkembangan selanjutnya. Menurut Adler (Semiun, 2013) mengemukakan beberapa hipotesis umum mengenai urutan kelahiran. Adler menunjukkan perbedaan-perbedaan antara anak sulung, tengah anak bungsu dan anak tunggal.

Urutan kelahiran adalah posisi anak dalam keluarga yaitu anak sulung, anak bungsu, anak tengah dan anak tunggal.

b. Anak Sulung

Anak sulung merupakan anak yang lahir pertama. Anak sulung menempatkan posisi yang istimewa, karena kelahirannya ditunggu-tunggu oleh anggota keluarga. Keistimewaan posisinya membuat karakter anak sulung unik. Anak sulung mendapatkan kasih sayang, perhatian yang cukup banyak dari ayah dan ibunya. Anak sulung juga memiliki beban yang cukup berat dari orang tuanya karena menaruh harapan dan tanggung jawab yang besar kepada anak sulung (Semiun, 2013).


(56)

Kepribadian anak sulung atau anak pertama yaitu:

1) Berperilaku secara matang karena berhubungan dengan orang-orang dewasa dan memikul tanggung jawab.

2) Cenderung mengikuti kehendak dan tekanan kelompok dan mudah dipengaruhi untuk mengikuti kehendak orang tua.

3) Mengembangkan kemampuan memimpin sebagai akibat dari harus memikul tanggung jawab. Tetapi ini sering disanggah dengan kecenderungan untuk menjadi “bos”.

4) Berprestasi tinggi karena tekanan dan harapan orang tua.

5) Kurang agresif atau kurang berani karena perlindungan orang tua yang berlebihan.

6) Mandiri dan Tepat waktu. (Hurlock, 1980)

c. Anak Tengah

Anak tengah merupakan anak yang lahir di antara anak sulung dan bungsu. Anak tengah yang terkenal dengan keterampilan mereka bernegosiasi. Karena posisi yang "terjepit" maka mereka ingin mendapatkan perhatian dari orang tua atau orang-orang lain di sekitarnya. Anak tengah cukup sulit untuk dijabarkan, namun mereka cenderung kebalikan dari saudara mereka yang lebih tua (Semiun, 2013).


(57)

Kepribadian anak tengahyaitu:

1) Cenderung lebih mandiri sehingga dapat membentuk karakternya sendiri.

2) Karena terabaikan, anak kedua atau tengah cenderung mempunyai motivasi tinggi, bisa dalam hal prestasi maupun sosialisasi.

3) Mempunyai tanggung jawab yang lebih sedikit dibanding tanggung jawab anak pertama.

4) Aturan yang diterapkan lebih longgar. Anak tengah umurnnya diperbolehkan melakukan hal-hal tertentu dengan sedikit batasan. 5) Berjiwa petualang. Suka berteman dan hidup berkelompok.

6) Cenderung lebih ekspresif. Berambisi untuk melampaui kakaknya, terlebih bila jarak usianya berdekatan.

7) Fleksibel dan cinta damai. 8) Memiliki bakat seni.

9) Lebih mudah menyesuaikan diri dibandingkan kakaknya.

10) Cenderung merasa tidak disayang orang tua dan merasa tidak bisa lebih baik daripada kakaknya.

(Hurlock, 1980) d. Anak Bungsu

Anak bungsu adalah urutan terakhir kelahiran anak dalam keluarga. Menurut Adler (Semiun, 2012) anak bungsu sering merupakan anak yang sangat dimanjakan dan akibatnya menghadapi risiko tinggi


(58)

untuk menjadi anak yang bermasalah. Anak bungsu memiliki perasaan inferioritas yang kuat dan tidak memiliki perasaan independensi. Anak bungsu sangat termotivasi untuk mengungguli saudara kandungnya yang lebih tua.

Kepribadian anak bungsu atau terakhir yaitu :

1) Cenderung keras dan banyak menuntut sebagai akibat dari kurang ketatnya disiplin dan dimanjakan oleh anggota keluarga.

2) Kerap merasa inferior (rendah diri), tidak sehebat kakak-kakaknya. 3) Cenderung tidak dewasa dan kurang bertanggung jawab.

4) Dianggap sebagal “anak kecil” terus menerus.

5) Hanya diberi sedikit tanggung jawab dalam keluarga.

6) Mengalami hubungan sosial yang baik dan biasanya popular tetapi jarang menjadi pemimpin karena kurangnya kemauan untuk memikul tanggung jawab.

(Hurlock, 1980) e. Anak Tunggal

Anak Tunggal berada dalam posisi unik dalam hal daya saing, yaitu tidak bersaing dengan saudara-saudaranya. Hidup dalam dunia bersaing dewasa, mereka sering membentuk rasa superioritas yang tinggi dan konsep diri yang besar. Menurut Adler (Feist dan Feist, 2010) bahwa bisa saja anak tunggal kurang memiliki sifat kerjasama, bersikap parasit, serta mengharapkan orang lain untuk memanjakan dan melindungi


(59)

mereka. Akan tetapi sifat positif yang dimiliki oleh anak bungsu yaitu matang secara sosial bagaimana mereka bisa menjalin relasi dengan teman sebanyak mungkin.

Dari berbagai kepribadian yang telah diungkapkan diatas ada berbagai macam pembentukan karakter pada anak sulung, tengah, bungsu dan tunggal terkait dengan penanaman nilai-nilai karakter yang ada di sekolah. Anak sulung sebagai anak pertama yang mempunyai jiwa memimpin, bertanggung jawab, mandiri. Anak tengah mempunyai keterampilan dalam bernegoisasi serta anak tengah cenderung mandiri, jiwa berpetualangan, cinta damai. Anak bungsu sebagai anak terakhir yang dimanjakan oleh orang tua serta mempunyai karakteristik percaya diri. Serta anak tunggal yang mempunyai sifat positif matang secara sosial. 5. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Karakter

Orang tua sangat berperan penting pada pembentukan karakter anak dalam keluarga. Keluarga merupakan tempat utama anak mendapatkan pendidikan yang pertama. Orang tua berkewajiban untuk memberikan contoh atau teladan, memberitahu atau mengingatkan, mengajar, membiasakan, berperan serta atau terlibat dan memberikan wewenang dan tanggung jawab pada anak. Cara orang tua dalam mendidik anaknya agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan seperti mengantarkan anak pada tahapan perkembangan sesuai dengan pertambahan usia dan tugas perkembangannya


(60)

secara utuh dan optimal dipengaruhi oleh pola asuh. Pola asuh orang tua menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak dalam keluarga.

Pola asuh merupakan interaksi antara pengasuhan dan anak, yang meliputi pemeliharaan (memberi makan, membesarkan, melindungi) dan melatih bersosialisasi, mengajarkan perilaku yang umum dan dapat diterima oleh masyarakat. Dalam mengasuh anak, terkadang orang tua memperlakukan anak-anaknya secara berbeda dipengaruhi oleh urutan kelahiran anak tersebut, pola perlakuan yang khas terhadap anak sulung, anak tengah, anak bungsu dan anak tunggal (Fikriawati, 2007).

Menurut Hurlock (1980), orang tua sebagai pangkal keluarga tentunya sangat berperan dalam pembentukkan dasar-dasar kepribadian, karena orang tua merupakan model identifikasi bagi sang anak, menyatakan bahwa model atau cara orang tua mengasuh yang terkenal dengan pola asuh. Ada 3 macam pola asuh yaitu:

a. Pola Asuh Autoritarian /Otoriter, yaitu gaya pola asuh yang membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk orang tua dan untuk menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang bersifat autotarian membuat batasan dan kendali yang tegas terhadap remaja dan hanya melakukan sedikit komunikasi verbal. Pola asuh autotarian berkaitan dengan perilaku sosial remaja yang tidak cakap (Santrock, 2003).


(61)

b. Pola Asuh Autoritatif/Demokratis, yaitu pola asuh orang tua yang mendorong remaja untuk bebas tetapi memberi batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka. Komunikasi verbal timbal balik bisa berlangsung dengan bebas, dan orang tua bersikap hangat dan bersifat membesarkan hati remaja. Pola asuh autoritatif berkaitan dengan perilaku sosial remaja yang kompeten (Santrock, 2003).

c. Pola Asuh Permisif, ada 2 macam yaitu

1) Pola asuh permisif tidak peduli, yaitu suatu pola di mana si orang tua sangat tidak campur dalam kehidupan remaja. Hal ini berkaitan dengan perilaku sosial remaja yang tidak cakap, terutama kurang pengendalian diri.

2) Pola asuh permisif-memanjakan, yaitu suatu pola di mana orang tua sangat terlibat dengan remaja tetapi sedikit sekali menuntut atau mengendalikan mereka. Pola asuh seperti ini cenderung membiarkan remaja melakukan hal-hal apa saja yang ia inginkan dan akibatnya remaja tidak bisa mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan agar semua keinginan dituruti.

C. Hakikat Evaluasi Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi 1. Pengertian Evaluasi Hasil dan tujuan

Evaluasi merupakan kegiataan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas program pendidikan karakter berdasarkan pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi hasil merupakan jenis evaluasi program yang paling


(62)

tua. Pada mulanya yang dimaksud evaluasi identik, ialah evaluasi hasil. Evaluasi hasil dimaksud sebagai hasil belajar dalam pengertian pengetahuan yang dapat diserap oleh peserta didik. Jumlah pengetahuan yang dimiliki peserta didik merupakan indikator keberhasilan suatu program pembelajaran. Makin banyak pengetahuan yang dimiliki peserta didik makin tinggi tingkat keberhasilan suatu program pembelajaran (Arikunto, S. & Jabar. C. P., 2014). 2. Ciri-ciri dan Persyaratan Evaluasi Program

Arikunto, S. & Jabar. C. P. (2014) menjelaskan evaluasi evaluatif memiliki ciri-ciri dan persyaratan sebagai berikut:

a. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi penelitian pada umumnya.

b. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara sistematis, yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dari objek yang dievaluasi. c. Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dari objek yang dievaluasi,

perlua adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program.

d. Menggunakan standar, kriteria, atau tolok ukur sebagai perbandingan dalam menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk mengambil kesimpulan.


(63)

e. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau rekomendasi bagi sebuah kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar, kriteria, atau tolok ukur.

f. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui bagaimana dari program yang belum terlaksana, maka perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi subkomponen, sampai pada indikator dari program yang dievaluasi.

g. Standar kriteria, atau tolok ukur diterapkan pada indikator, yaitu bagian yang paling kecil dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan.

h. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.

3. Manfaat Evaluasi Program

Dalam organisasi pendidikan, evaluasi program dapat disamaartikan dengan kegiatan supervisi. Secara singkat, supervisi dapat diartikan sebagai upaya mengadakan peninjauan untuk memberikan pembinaan, maka evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yakni mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberikan pembinaan yang tepat pula.


(64)

Berdasarkan pengertian di atas, supervisi sekolah yang diartikan sebagai evaluasi program, dapat disamartikan dengan validasi lembaga dan akreditasi. Evaluasi program merupakan langkah awal dari proses akreditasi dan validasi lembaga. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi program pendidikan adalah supervisi pendidikan dalam pengertian khusus, tertuju pada lembaga secara keseluruhan.

Informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna bagi pengambilan keputusan dari kebijakan lanjutan program, karena dari masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan. Wujud dari hasil evaluasi adalah sebuah rekomendari dari evaluator untuk pengambil keputusan. Ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah program keputusan, yaitu:

a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.

b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan, tetapi hanya sedikit).

c. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.


(65)

d. Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat-tempat lain atau mengulangi program di lain waktu), karena program tersebut berhasil dengan baik, maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain (Arikunto. S. & Jabar C. P., 2014).

4. Evaluasi Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi

Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi), juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikan perilaku (Suyanto, 2010).

Evaluasi hasil pendidikan karakter terintegrasi adalah upaya menilai, mengukur, dan menakar seberapa jauh capaian indikator keberhasilan pendidikan karakter sebagaimana dipaparkan dalam pedoman pendidikan karakter yang dicanangkan oleh Direktorat Kementerian Pendidikan Nasional. Evaluasi program pendidikan karakter terintegrasi dilakukan untuk mengetahui apakah program yang dilakukan itu sesuai dengan tujuan dan pedoman pendidikan karakter. Ketika hasil pencapaian pendidikan karakter kurang optimal maka dilakukan suatu cara untuk meningkatkan hasil


(66)

pendidikan karakter yang melibatkan semua warga sekolah dari kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa-siswi (Suyanto, 2010).

D. Penyusunan Silabus dan Modul Bimbingan

Melalui hasil penelitian ini, peneliti akan menyusun silabus dan modul bimbingan yang akan dapat membantu siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal mencapai pendidikan karakter yang sesuai dan optimal. Silabus dan Modul bimbingan ini akan memuat topik-topik bimbingan yang termuat dalam butir-butir nilai-nilai karakter yang dirasa nilai-nilai karakter itu perlu dikembangkan oleh siswa sulung, tengah, bungsu dan tunggal.

1. Silabus

Silabus dikembangkan dengan rujukan utama Standar Isi (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006). Silabus memuat SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dirumuskan di dalam silabus pada dasarnya ditujukan untuk memfasilitasi peserta didik menguasai SK/KD. Agar juga memfasilitasi terjadinya pembelajaran yang membantu peserta didik mengembangkan karakter, setidak-tidaknya perlu dilakukan perubahan pada tiga komponen silabus berikut:

a. Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter.


(67)

b. Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter. c. Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik

penilaia yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur perkembangan karakter

2. Modul Bimbingan a. Pengertian Modul

Modul (Afiantin dkk, 2013) yaitu sebuah panduan yang berisi tentang pokok bahasan, materi, kegiatan, dan prosedur untuk sebuah pelatihan atau bimbingan.

b. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan modul sebagai berikut:

1) Menyusun Pokok Bahasan

Menentukan pokok bahasan yang sesuai dengan tujuan pelatihan. 2) Membuat Materi

Langkah kedua adalah membuat materi sesuai pokok bahasan yang disusun dari bahan ajar, tulisan-tulisan dari media, buku-buku, pengalaman dan intuisi fasilitator, serta dari sumber lain yang relevan. Materi disusun singkat, padat, dan mampu memancing rasa ingin tahu dan kreativitas peserta.


(68)

3) Menentukan Kegiatan

Langkah ketiga yaitu menentukan kegiatan yang sesuai dan selaras dengan materi yang telah disusun.

4) Menentukan Tujuan Umum/Khusus

Menentukan tujuan adalah menentukan hal-hal yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan umum adalah hal besar/umum yang ingin diwujudkan, sedangkan tujuan khusus adalah pencapaian secara spesifik/khusus.

5) Menentukan Alat dan Bahan

Langkah kelima adalah menentukan alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan secara terperinci.

6) Menentukan Objek

Menentukan siapa objek yang ingin diberikan suatu layanan. 7) Waktu

Menentukan lamanya waktu kegiatan yang akan dilakukan. Sebaiknya waktu disesuaikan dengan jumlah yang telah ditentukan dalam jadwal, tidak kurang dan tidak lebih. Jadwal yang semakin detail akan sangat membantu fasilitator menjalankan kegiatan.

8) Menentukan Alur Kegiatan (prosedur)

Menentukan alur kegiatan yang dimaksudkan merinci tahapan kegiatan secara terstruktur.


(69)

9) Menentukan Metode

Metode merupakan penggambaran umum terhadap cara kegiatan dijalankan.

10) Evaluasi

Evaluasi menegaskan cara melakukan penilain terhadap indikator keberhasilan kegiatan. Di sini, dituliskan tentang apa dan bagaimana evaluasi dilakukan.

11)Catatan

Catatan fasilitator merupakan bagian terakhir yang menjadi tambahan bila saja ada hal-hal penting yang belum masuk dalam bagian lain di modul atau ada hal-hal lain yang bisa digunakan untuk mengembangkan modul agar menjadi lebih baik dan kontekstual dari waktu ke waktu.

c. Komponen Modul 1) Pedoman guru

2) Lembar kegiatan siswa 3) Lembar kerja

4) Kunci lembaran kerja 5) Lembaran tes


(1)

Evan Dimas

Darmono

sumber : https://www.google.co.id/ APA kunci kegemilangan penampilan kapten timnas U-19 Indonesia Evan Dimas Darmono sejauh ini?

Salah satunya, ternyata, karena dia Berani Bertanya. Rahasia itu dibeberkan kepada Mario Karlovic, gelandang sekaligus rekan setim Evan di Persebaya. Mario adalah sosok yang paling sering diajak diskusi pemain didikan Mitra Surabaya, salah satu klub internal di lingkup Persebaya tersebut. "Saya salut dengan Evan (Dimas). Meski di level U-19 dia sudah tenar, dia masih mau belajar, mau tanya, dan minta masukan dari kami yang lebih senior.

Menurut Karlovic, Evan selalu aktif bertanya tentang penampilannya setelah Indonesia bertanding. Misalnya, terkait penempatan posisi, cara mengambil bola, maupun

memberikan umpan silang kepada para pemain striker yang telah diplot menjadi tukang gedor Indonesia.

Evan bertanya bagaimana seharusnya posisinya saat tim menyerang atau saat dalam keadaan diserang. Begitu juga dengan posisi idealnya yang harus berada di depan atau hanya bergerak di sektor tengah sebagai penyuplai bola saja. Bahkan, diskusi seperti itu juga terjadi sesaat sebelum Indonesia biasa bertanding melawan tim lawan.

Dalam tiap diskusi, Karlovic menyarankan agar Evan bermain layaknyaknya Taufiq, gelandang Persebaya yang juga penggawa timnas senior Indonesia. Itu karena Evan punya mental yang kuat untuk mengatur dan mengondisikan ritme pertandingan. Menurut Evan, Karlovic termasuk salah seorang pemain yang banyak memberikan inspirasi bagi dia dalam merintis karir dalam lapangan . Baginya gaya bermain Karlovic, tenang tapi membahayakan.


(2)

http://www.google.co.id


(3)

PENILAIAN DIRI

Berilah tanda cek (V) pada pernyataan dibawa ini, sesuai perilaku Berani Bertanya yang telah anda lakukan dalam hidup sehari-hari!

No Perilaku Berani Bertanya Ya Tidak

1. 1. Berani bertanya kepada guru saat di kelas. 2. 2. Bertanya saat tidak mengetahui arah jalan. 3. 3. Bertanya untuk menambah informasi.

4. 4. Malu ketika harus bertanya.

5. 5. Takut di ejek teman saat bertanya. 6. Takut bertanya karena anggapan banyak bertanya itu bodoh. 7. Bertanya kepada teman tentang informasi yang belum jelas.

8. Mau bertanya jika di suruh teman.

9. Bertanya adalah hal yang memalukan.


(4)

PERNYATAAN HASIL BELAJAR

Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan tentang “Berani Bertanya”, saya menjadi

tahu dan sadar bahwa,

- ….. - …..

- ....

NIATKU

Belajar dari hikmah yang saya petik dari pengalamanku mengikuti bagian-bagian layanan bimbingan ini aku berniat :

- ……… - ………


(5)

PEPATAH BIJAK

“CARA TERBAIK MENJADI

CERDAS ADALAH DENGAN

BERANI BERTANYA TANPA

RASA SUNGKAN”


(6)