KESIMPULAN DINAMIKA DAN POLA PENGALAMAN

Konformitas di dalam kelompok semakin menguat karena adanya perasaan senasib, nilai-nilai dan kepercayaan di dalam kelompok yang sesuai dengan keadaannya, diterima informan secara penuh. Lingkungan sendiri mempunyai kemampuan untuk menimbulkan rasa sakit dan meningkatkan tegangan maupun memberikan kepuasan dan mereduksikan tegangan. Lingkungan juga dapat mengganggu maupun memberikan rasa nyaman Hall Lindzey, 1993. Informan I 22, II 39, dan IV 24 merasakan ketegangan-ketegangan yang didapatkan dari pengalaman perceraian orang tua dan konflik dengan significant others pasangan, membuat mereka memutuskan meredakan ketegangan tersebut dengan cara yang diputuskan secara reaktif sehingga hasilnya kurang tepat dan semakin merugikan mereka, cara-cara yang diambil untuk meredakan ketegangan-ketegangan melalui kehidupan hedonis dan perilaku kejahatan, kehidupan hedonis tersebut berubah menjadi adiksi bagi ketiga informan sehingga setiap kali ketagangan-ketegangan akan diselesaikan dengan kehidupan hedon tersebut, kemudian konformitas di dalam kelompok pertemanan seluruh informan begitu kuat, menjadikan mereka terus menerus hidup hedon dan terdorong untuk melakukan kejahatan sehingga sulit bagi mereka untuk keluar dari lingkungan kejahatan. Lingkungan sosial pun ikut berperan membuat dua dari keempat informan merasa sulit untuk dapat keluar dari dunia kejahatan karena adanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI komitmen yang sudah terjalin di antara para informan dengan kelompok pertemanannya. Informan II 39 tinggal di lingkungan yang mayoritas merupakan pelaku kejahatan keadaan dan situasi ini semakin memberikan peluang besar menariknya masuk ke dalam dunia kejahatan, sebab pola pikir dan budaya di lingkungan tersebut sudah mempengaruhinya sejak ia masih kecil. Sering melakukan tindakan kejahatan menjadikan mereka memiliki keahlian yang baik dunia kejahatan dan diakui oleh teman-teman sesama pelaku kejahatan. Mendapatkan label dari teman sekelompok sebagai seorang yang memiliki keahlian di dunia kejahatan, membuat informan II 39 dan III 37 terus menerus dicari oleh teman-temannya untuk ikut terlibat dalam aksi kejahatan. Kelompok pertemanan tersebut menjadi bersifat mengikat satu sama lain. Labelling bernilai positif jika berada di dalam lingkungan kejahatan yang diberikan oleh teman-temannya membuat mereka terus menerus dicari dimana pun mereka berada karena keahliannya. Informan II 39 dan III 37 ada kemungkinan memiliki harga diri yang tinggi dan merasa diri sebagai pahlawan karena selalu diandalkan oleh teman-temannya ketika melakukan aksi kejahatan, ketika menolak tawaran tersebut maka harga diri yang tinggi tersebut terlukai. Informan III 37 menjadi semakin sulit menolak tawaran karena ia memiliki perasaan sungkan yang cukup besar. Prasangka dan labelling bernilai negatif berupa stereotip yang diberikan masyarakat kepada satu diantara 4 informan membuat informan III 37 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI merasa putus asa. Stereotip sebagai mantan narapidana membuat informan III 37 sulit mendapatkan pekerjaan dan melemahkan semangat informan untuk berubah menjadi lebih baik. Stereotipe memiliki kekuatan yang besar dan dapat mempengaruhi seseorang dalam memproses sebuah informasi sosial Yzerbet, Rochr Scardron dalam Sears, David O, Peplau, Letitia Anne, Taylor, Shelley E., 2006. Akibat dari stereotipe dan prasangkan yang diberikan oleh masyarakat, informan III 37 mengalami learned helpesness, keadaan dimana seseorang merasa depresi dan usaha yang dilakukannya selalu gagal sehingga mereka menjadi putus asa dan akhirnya menyerah Seligman dalam Hergenhahn Olson, 2010. Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi cara berpikir keseluruh informan, salah satu contoh yang didapatkan dalam hasil analisis adalah pengambulan keputusan yang bersifat reaktif tanpa ada pemikiran yang matang. Pendidikan yang baik dapat mempengaruhi seseorang untuk mengambil sebuah keputusan yang didasari dengan pertimbangan- pertimbangan matang, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi keterampilan dan wawasan seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah seperti yang dialami keseluruh informan menjadikan mereka sulit untuk memiliki pekerjaan yang lebih layak, baik secara moral dan juga pendapatan, yang kemudian berdampak pada kesulitan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup, serta secara keseluruhan informan dalam berpikir dan mengambil keputusan Secara umum kita memiliki pola-pola pengalaman dan dinamika di dalam pegalaman tersebut bahwa seseorang mulai berkomitmen untuk melakukan kejahatan disebabkan oleh pengalaman kurang menyenangkan semasa kecil dengan orang tua, perlakuan tidak adil, pengalaman-pengalaman tersebut berlanjut sampai kepada pengalaman-pengalaman yang lain seperti pendidikan yang rendah. Penelitian ini juga menemukan pola yang membuat para informan kembali melakukan kejahatan di antara lainnya adalah karena adanya adiksi terhadap suatu hal, meredakan ketegangan-ketegangan dengan cara hidup hedon, malas berusaha, dan stereotip sebagai mantan narapidana serta label sebagai penjahat yang ahli. Hal lain yang ditemukan adalah keseluruh informan melakukan kejahatan karena adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan hidup, menunjang kemampuan ekonomi yang lemah, pengaruh lingkungan, dll. Di balik seseorang kemudian memutuskan untuk berkomitmen dengan dunia kejahatan dan membawa alasan-alasan tersebut, tidak semata-mata dapat digeneralisir begitu saja sebab pengalaman tiap individu adalah unik dan latar belakang yang berbeda-beda tersebut menjadi awal kisah mengapa ia kemudian berkomitmen dengan dunia kejahatan. Penelitian ini berusaha mengupas secara lebih mendalam setiap latar belakang pengalaman kejahatan agar didapatkan gambaran dari sudut pandang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dinamika psikologis para informan atas pengalaman-pengalaman signifikan tersebut. Sehingga peneltian ini dapat berguna untuk lebih memanusiakan narapidana, memahami dunianya, dan merehabilitasi dengan cara yang tepat. Sehingga diharapkan semakin berkurang residivis-residivis di kota Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil analisis pada penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa : “If we want more promising futures, it is argued, we must discover the conditions that infl uenced him to engage in such behavior.” Skinner B. F dalam Gergen, 2009 Setiap peristiwa yang dialami manusia tidak terlepas dari hubungan relasional, yaitu hubungan sebab dan akibat. Satu atau dua peristiwa yang terjadi memberikan dampak kepada peristiwa-peristiwa yang selanjutnya, di dalam peristiwa-peristiwa yang dialami para informan juga terkandung dinamika psikologis. Pada penelitian ini ditemukan beberapa pola pengalaman serupa yang menjadi akar para informan melakukan aksi kejahatan, ditemukan bahwa pengalaman kurang menyenangkan terkait dengan orang tua memunculkan perasaan marah, kecewa dan stress, untuk meredakan perasaan- perasaan tersebut tiga informan melakukan pemberontakan dengan cara bergaul dengan orang-orang yang kebetulan memberikan dampak negatif, pengalaman ini juga membuat ketiga informan malas untuk melanjutkan pendidikan sehingga memberikan dampak bagi ketiganya yaitu memiliki pola berpikir yang kurang maksimal dan minim wawasan. Sedangkan pada salah satu informan perlakuan tidak adil dari tokoh otoritas mengantarkannya pada situasi dan kondisi yang mengenalkannya pada dunia kejahatan. Pola pengalaman serupa selanjutnya ditemukan adanya ketergantungan terhadap cara memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan dengan cara melakukan kejahatan karena dianggap lebih mudah, adanya kemungkinan seluruh informan kurang memiliki usaha lebih untuk mencari uang dengan lebih mandiri. Adapun pola pengalaman serupa dalam rupa labelling bernilai positif jika di dalam lingkungan kejahatan karena kedua informan dianggap memiliki keahlian yang baik di dunia kejahatan. Dampak yang dihasilkan dari labelling tersebut membuat kedua informan selalu dicari dan diandalkan oleh teman-temannya dalam setiap aksi kejahatan. Kesulitan menolak tawaran ada kemungkinan karena kedua informan memiliki harga diri yang tinggi dan merasa diri sebagai pahlawan, ketika mereka menolak tawaran tersebut maka bisa jadi harga diri mereka terlukai. Semakin sulit menolak tawaran juga disebabkan oleh perasaan sungkan yang dimiliki oleh salah satu informan. Penelitian ini juga menemukan beberapa faktor penguat para informan kembali melakukan kejahatan yaitu lingkungan dengan efek konformitasnya mengantarkan ketiga informan mengenal hidup hedonis dan membuat ketiga informan menjadi adiksi, karena setiap terjadi ketegangan ketiga informan akan kembali meredakan ketegangan dengan salah satunya hidup hedon. Lingkungan dengan budaya kriminal membuat para informan berpeluang besar masuk ke dalam dunia kejahatan karena sedikit banyak budaya dan pola berpikir masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut mempengaruhi pola berpikir para informan sejak masih kecil. Alasan-alasan yang dikemukakan seluruh informan terkait dengan pemenuhan kebutuhan, tingkat ekonomi yang rendah, label sebagai mantan narapidana menjadi penguat bagi mereka untuk membenarkan cara berpikir mereka melakukan tindakan kejahatan.

B. Kelemahan penelitian

Disadari oleh peneliti bahwa penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan, informasi yang lebih mendalam lagi masih dapat digali dengan wawancara yang lebih intensif dari segi kedalaman pertanyaan, karena kurangnya pengalaman dalam menggunakan metode wawancara semi- terstruktur, informasi yang digali di tiap informan memiliki hasil kedalaman yang berbeda-beda, serta dalam proses wawancara dibutuhkan kesiapan mental yang cukup agar percaya diri melakukan wawancara dengan narapidana. Selain itu, saat analisis dan pembahasan, dalam merangkai kalimat dan mendinamikakan pengalaman psikologis masih terlihat kurang rapi.

C. Saran

Saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah Perlunya ditinjau kembali pentingnya sosialisasi dan penyadaran tentang fungsi sebuah keluarga dan pola asuh bagi perkembangan anak. Sebab pertama kali anak akan lebih banyak bersinggungan dan belajar banyak hal dari keluarga. Pendidikan menjadi bekal yang sangat penting bagi kehidupan seseorang, karena dengan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, seseorang lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan dampak lainnya adalah, seseorang yang berpendidikan setidaknya memiliki cara berpikir yang cerdas. 2. Bagi keluarga dan lembaga pendidikan Melalui keluarga dan juga dapat melalui sekolah, kembali dikuatkan pemahaman akan moralitas dalam hidup bermasyarakat, dengan maksud dan tujuannya adalah agar seseorang mampu memahami dan mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan hal yang baik dan tidak baik, hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Bagi masyarakat Memberikan kesadaran kepada masyarakat luas untuk mendukung dan memberikan dukungan positif mengurangi prasangka dan mengurangi stereotip, serta memberikan kesempatan dalam proses rehabilitasi dan sesudah proses rehabilitasi para narapidana. 4. Bagi jajaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Bagi jajaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI untuk menyiapkan pendampingan psikologis di dalam lembaga pemasyarakatan, untuk membantu para narapidana memahami akar permasalahan yang dialami dan mendorong para narapidana untuk menemukan solusi yang tepat bagi permasalahannya. Pembenahan sistem pembinaan di dalam lembaga pemasyarakatan agar tepat guna dalam merehabilitasi para narapidana. 5. Bagi peneliti yang selanjutnya Bagi peneliti yang selanjutnya, disarankan untuk memperkaya data seperti datang langsung ke tempat tinggal asal informan untuk melakukan observasi, melakukan wawancara langsung dengan significant others, teman, atau tetangga, sehingga dihasilkan informasi yang lebih mendetail. Selain itu