Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan
diceritakan oleh informan I 22 seputar pengalaman kejahatannya dari awal melakukan aksi kejahatan hingga saat informan I di wawancarai.
Informan I 22 di umurnya yang masih sangat muda mengalami sebuah peristiwa yang tidak menyenangkan, peristiwa yang membuatnya stress dan
marah. Informan I 22 mulai menyalahkan perceraian kedua orang tuanya sebagai awal permasalahan ia mulai masuk ke dalam dunia kejahatan, mulai
bergaul dengan orang-orang yang memberikan pengaruh negatif sehingga kehidupannya menjadi semakin liar seiring bertambah dekatnya ia dengan
teman-temannya. Perceraian kedua orang tuanya memberikan dampak yang besar kepada perubahan hidupnya, pengalaman yang tidak menyenangkan
tersebut direpresi informan I 22 dengan cara dilupakan dan tidak dihiraukan secara ia tidak sadari. Seperti kehilangan arah dan tidak memiliki prinsip,
informan I 22 terus menerus mencari kesenangan-kesenangan untuk membuatnya keluar dari perasaan penat. Hal ini diungkapkan informan I 22
dalam kutipannya sebagai berikut : “Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari orang tua, karena orang tua saya
pisah. Sejak umur berapa ya? Lupa mbak.. Liburan.. refreshing.”
Informan 1, 96-97, 111, 179 Kutipan
“Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari orang tua, karena orang tua saya pisah.” Adanya penekanan nada di akhir kalimat. Menunjukkan
nuansa kemarahan dalam diri informan I 22 atas keadaan yang kurang nyaman, kemudian menyalahkan keadaan
“dari orang tua, karena orang tua saya pisah.” yang membuatnya menjadi seperti sekarang. Kemudian kutipan
”Sejak umur berapa ya? Lupa mbak..” diucapkan informan I 22 dengan gaya tak acuh seolah seperti dilupakan secara tidak sengaja. Melalui kutipan
tersebut peneliti menangkap informan I 22 berusaha merepresi pengalaman perceraian kedua orang tuanya. Pengalaman yang kurang menyenangkan
tersebut mendorong informan I 22 untuk terus mencari kesenangan, adanya unsur kepenatan dalam diri informan I 22, melalui kutipan ini disampaikan :
“Liburan.. refreshing.”. Berdasarkan dari data yang telah diolah, peneliti mendapatkan sebuah makna mendasar dari sebuah pengalaman kejahatan pada
informan I 22 sebagai narapidana kategori residivis. Sebab musabab mengapa ia memilih masuk ke dalam dunia kejahatan adalah mendapatkan
sebuah pengalaman kurang menyenangkan, yaitu perceraian kedua orang tuanya. Pengalaman tersebut memberikan perubahan besar pada diri informan
I 22. Pengalaman kurang menyenangkan dimaknai sebagai pengalaman signifikan yang mengantarkan informan I 22 masuk ke dalam dunia
kejahatan. Pengalaman tersebut kemudian membentuk sebuah kronologi dari awal perjalanannya masuk ke dalam pengalaman kejahatan. Berikut akan
dijelaskan bagaimana pengalaman kejahatan informan I 22 dijabarkan sehingga membentuk sebuah kronologi.
Informan I 22 merupakan seorang laki-laki berumur 22 tahun yang tinggal di daerah Badran, Yogyakarta. Informan I 22 merupakan duda ber-
anak satu. Informan I memiliki hobi bermain motor dan sempat bekerja di salah satu bengkel milik temannya. Sejak umur 11 tahun kedua orang tuanya
telah bercerai. Kemudian, informan I 22 mulai bergaul dengan teman-teman yang menjerumuskannya pada dunia kejahatan, selain itu informan I 22
tidak menyelesaikan pendidikan SMU setelah orang tuanya bercerai. Berikut kutipan yang diungkapkan oleh informan I 22 :
“Baru SMU kelas 2 nggak lulus saya sudah keluar, akhirnya ikut-ikut temen, tapi salah..salah pergaulan.
”Informan I, 111-112
Masuk ke dalam pergaulan yang salah disadari oleh informan I 22. Pengaruh negatif yang diterimanya di dalam kelompok membuatnya menjadi
anak nakal. Kehidupan hedonis yang berasal dari lingkungan pergaulannya semakin mempengaruhinya untuk menjadi seseorang yang memiliki perilaku
yang negatif. Informan I 22 mulai mengkonsumsi narkoba bersama dengan teman-temannya. Di samping ia dan teman-temannya mengkonsumsi narkoba,
mereka mulai merencanakan aksi kejahatan. Informan I 22 kemudian menerima ajakan teman-temannya untuk melakukan aksi pencurian, dengan
sadar dan niat dari dalam diri informan I 22 menerima tawaran untuk mengambil barang yang bukan miliknya. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan
informan I 22 : “Akhirnya saya jadi orang yang nakalah itungannya... Ya karena udah
kemasukan pil. Pil koplo... Diajak temen... Ya ada niat untuk mengambil barang yang bukan barang tempet... Ya uda terus saya berniat untuk
mengambil hape.” Informan I, 58, 131-132, 141, 145-146, 157-158 Narkoba menjadi suatu kebutuhan bagi informan I 22 dan teman-
temannya, dosis yang dibutuhkan semakin meningkat. Keputusan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI