Profil Informan Penelitian Studi fenomenologi mengenai pengalaman narapidana kategori residivis.
telah bercerai. Kemudian, informan I 22 mulai bergaul dengan teman-teman yang menjerumuskannya pada dunia kejahatan, selain itu informan I 22
tidak menyelesaikan pendidikan SMU setelah orang tuanya bercerai. Berikut kutipan yang diungkapkan oleh informan I 22 :
“Baru SMU kelas 2 nggak lulus saya sudah keluar, akhirnya ikut-ikut temen, tapi salah..salah pergaulan.
”Informan I, 111-112
Masuk ke dalam pergaulan yang salah disadari oleh informan I 22. Pengaruh negatif yang diterimanya di dalam kelompok membuatnya menjadi
anak nakal. Kehidupan hedonis yang berasal dari lingkungan pergaulannya semakin mempengaruhinya untuk menjadi seseorang yang memiliki perilaku
yang negatif. Informan I 22 mulai mengkonsumsi narkoba bersama dengan teman-temannya. Di samping ia dan teman-temannya mengkonsumsi narkoba,
mereka mulai merencanakan aksi kejahatan. Informan I 22 kemudian menerima ajakan teman-temannya untuk melakukan aksi pencurian, dengan
sadar dan niat dari dalam diri informan I 22 menerima tawaran untuk mengambil barang yang bukan miliknya. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan
informan I 22 : “Akhirnya saya jadi orang yang nakalah itungannya... Ya karena udah
kemasukan pil. Pil koplo... Diajak temen... Ya ada niat untuk mengambil barang yang bukan barang tempet... Ya uda terus saya berniat untuk
mengambil hape.” Informan I, 58, 131-132, 141, 145-146, 157-158 Narkoba menjadi suatu kebutuhan bagi informan I 22 dan teman-
temannya, dosis yang dibutuhkan semakin meningkat. Keputusan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melakukan aksi kejahatan menjadi semakin intensif demi mendapatkan uang untuk membeli narkoba. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan informan I 22 :
“Tapi terus-terusan.. terus tiap dapet uang kaya gitu untuk beli obat.” Informan I, 161-163
Kebutuhan untuk hidup hedon bersenang-senang, karaoke, beli motor, dll. tersebut tidak didukung dengan uang yang cukup. Informan I 22
memutuskan untuk terus melakukan aksi kejahatan demi memperoleh uang sebanyak-banyaknya, pergaulan di lingkungan yang salah semakin
menguatkan dirinya untuk mengambil keputusan melakukan perilaku kejahatan. Setiap kali mendapat ajakan teman-temannya untuk melakukan
aksi kejahatan informan I 22 selalu menerima demi mendapatkan uang. Hasil kejahatan demi kejahatan digunakan untuk bersenang-senang bersama
dengan teman-teman dan juga untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan informan I 22 :
“Hah? terlihat masih bingung yaa spontan mbak.. karena terpaksa, nggak punya uang... Duitnya buat beli motor... Iya suka balapan... Buat
ya.. yaa yang.. ya buat beli obat. Foya foya, karaokenan.. terus nyewa mobil, untuk main.. untuk bergaya... Kalau naik mobil ya jauh-jauhnya
sampe Purwokerto.. Bandung... Liburan.. refresing.” Informan I, 35-37, 67-69, 172-174, 176-177, 179
Saat melakukan kejahatan demi kejahatan informan I 22 tidak merasakan perasaan bersalah atau malu. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan
informan I 22 : “Biasa saja.” Informan I, 82