F. Pengalaman kejahatan
1. Pengertian
Pengalaman kejahatan merupakan sebuah proses dimana individu merasakan alam primer yang merujuk pada kesayaan dari dunia yang muncul
sebagai dunia yang “kualami”. Alam yang dialami adalah perbuatan – perbuatan yang melanggar nilai-nilai umum masyarakat yang sifatnya
merugikan orang lain. Seseorang memutuskan untuk berkomitmen dengan dunia kejahatan
bukan merupakan sebuah kebetulan, ada alasan yang melatarbelakangi seseorang kemudian memilih melakukan tindakan kejahatan. Paul
Brantingham and Patricia Brantingham 2008 mengungkapkan terdapat proses pendahulu sebelum individu memutuskan untuk melakukan tindakan
kriminal, individu tersebut memiliki aktifitas non-kriminal yang kemudian dapat ikut membantu seseorang menciptakan sebuah keputusan yang
berhubungan dengan aktifitas kriminal. Dalam suatu aktifitas yang dilakukan seseorang akan dihadapkan pada sebuah keputusan, keputusan dalam
beraktifitas tersebut membentuk suatu pola rutinitas yang kemudian berubah menjadi kegiatan regular. Aktifitas regular kemudian membentuk suatu pola
abstrak. Pada konteks keputusan berkomitmen pada kegiatan kriminal hal ini disebut sebagai crime template. Brantingham Brantingham, Cornish
Clarke, Cromwell
dalam Wortley,
2008 mengatakan
bahwa pengembangan sebuah keputusan rutin, baik kriminal maupun kriminal
melibatkan serangkaian identifikasi keputusan-keputusan yang bekerja. Hal yang mempengaruhi keputusan tidak selalu sesuai dengan standar optimal
yang objektif, yang utama adalah cukup sesuatu yang diinginkan dapat terpenuhi. Selain itu, Cusson dalam Wortley, 2008 mengatakan bahwa
sebuah kejahatan dapat dipicu oleh kemarahan, dendam, atau kebutuhan merasakan sensasi yang sifatnya berbahaya, sama halnya seperti kebutuhan
akan ekonomi atau emosional. Dapat disimpulkan bahwa seseorang memilih untuk melakuan tindakan
kejahatan selalu didasari oleh adanya serangkaian keputusan-keputusan yang mendukung pengambilan keputusan tersebut. Bukan semata-mata tanpa
disengaja, namun keputusan melakukan kejahatan merupakan keputusan yang cukup disadari oleh individu yang bersangkutan.
G. Lembaga Pemasyarakatan
1. Fungsi
Bertujuan untuk
melakukan pembinaan
bagi warga
binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan
sebagai bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam sistem peradilan pidana. Di dalam Lembaga Pemasyarakatan telah dipersiapkan berbagai program
pembinaan bagi narapidana yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan, jenis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI