Pola Pengalaman Studi fenomenologi mengenai pengalaman narapidana kategori residivis.

memiliki dampak langsung atau pun tidak langsung terhadap satu sama lain Jay Belsky dalam Santrock, 2012. Konflik perkawinan perceraian seperti yang dialami oleh orang tua informan I 22 dan IV 24 secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku anak di masa depan, krisis identitas ini menjadi semakin buruk saat keempat informan bertemu dengan teman-teman yang salah. d. Perlakuan tidak adil Terkhusus bagi informan III 37 ia memiliki pengalaman kurang menyenangkan yang berkaitan dengan perlakuan tidak adil memberikan dampak signifikan terhadap perilakunya. Perlakuan tidak adil yang diberikan oleh gurunya membuatnya kesal dan tidak terima sehingga perlahan ia mulai kehilangan kesabaran, agresi yang selama ini berusaha dikelola informan III 37 kemudian muncul ke permukaan. Akibat peristiwa penganiayaan yang dilakukan informan III 37 terhadap gurunya ia dipenjara selama 3 bulan atas perbuatannya. Pengalaman dipenjara kemudian menjadi awal ia mulai mengenal dunia kejahatan dan berteman dengan orang-orang yang hidup di dunia kriminal. 2. Pendidikan rendah Pengalaman sebelumnya turut andil membuat seluruh informan memiliki riwayat pendidikan yang rendah dan tiga diantaranya tidak menyelesaikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pendidikan. Pada informan I 22 dan IV 24 sama-sama tidak menyelesaikan pendidikan SMU-nya, sedangkan pada informan II 39 ia hanya menyelesaikan pendidikan SD. Informan III 37 berhenti dan tidak menyelesaikan pendidikannya di SMP. Tingkat pendidikan yang rendah tersebut menyulitkan keseluruh informan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak, dua di antara empat infroman yaitu informan II 39 dan III 37 sempat bekerja menjadi seorang sopir sebab hanya keahlian menjadi seorang sopir yang mereka miliki, sedangkan pada informan I 22 dan IV 24 sempat bekerja menjadi seorang montir di sebuah bengkel dan menjadi pengamen jalanan. Pendidikan yang rendah mempengaruhi tingkat pengetahuan dan wawasan, hal ini juga sedikit banyak mempengaruhi cara berpikir dan pengambilan keputusan keseluruh informan. 3. Pergaulan yang salah Pola yang selanjutnya dapat dilihat dari hubungan relasi keempat informan yang sama-sama masuk ke dalam pergaulan yang salah, pergaulan ini memberikan dampak negatif ke dalam hidup mereka. Namun terdapat perbedaan awal kisah yang membuat mereka bergaul di tempat yang salah, informan I 22, II 39, dan IV 24 mulai bergaul dengan teman-teman yang memberikan dampak negatif ketika pengalaman kurang menyenangkan dengan orang tua bercerai dan tidak diasuh muncul sebagai bentuk pemberontakan secara tidak langsung menjadi suatu kesengajaan dari ketiga informan tersebut sedangkan pada informan III 37 keadaan dan situasi di dalam lembaga pemasyarakatan yang membuatnya mulai bergaul dengan teman yang memberikan dampak negatif dan bukanlah kesengajaan yang dikehendaki informan III 37. 4. Ketergantungan memenuhi kebutuhan hidup dengan melakukan aksi kejahatan Keempat informan sama-sama memiliki kesulitan ekonomi, sulit bagi mereka untuk dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan juga kebutuhan keluarga. Keempat informan pun kurang memiliki keterampilan yang cukup untuk dapat mendapatkan pekerjaan yang baik. Alasan yang telah dipaparkan sebelumnya merupakan faktor penguat keseluruh informan kembali melakukan kejahatan. Faktor utama yang menjadi akar adalah kurang memiliki usaha yang keras atas hidupnya sehingga menimbulkan ketergantungan bagi seluruh informan untuk memenuhi kebutuhan dengan cara melakukan kejahatan, uang dianggap lebih mudah didapatkan melalui aksi kejahatan, namun temuan ini tidak dimaksudkan untuk memberikan judgment dan menutup faktor-faktor penting lainnya sesuai dengan pengalaman tiap informan yang unik. Seperti pada contoh kisah pengalaman pada informan III 37 bahwa bukan keinginannya memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan aksi kejahatan, seperti yang sudah dipaparkan di atas situasi dan kondisi awal yang tidak disengaja membuatnya mulai tertarik ke dalam dunia kejahatan selain itu ia juga pernah mendapatkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pengalaman sulit mendapatkan pinjaman dan bantuan uang, sampai harus mengorbankan barang-barang pribadi untuk membiayai biaya pengobatan anaknya membuat informan III 37 akhirnya memilih menerima tawaran melakukan aksi kejahatan. 5. Mendapatkan labelling bernilai positif Dua diantara empat informan mendapatkan labelling positif sebagai seorang yang memiliki keahlian di dunia kejahatan. Mendapatkan label positif di dalam lingkungan kejahatan sebagai seorang yang ahli di dunia kejahatan membuat keduanya menjadi sulit untuk lepas dari tawaran dan rayuan untuk ikut terlibat aksi kejahatan. Di dalam dunia kejahatan para pelaku memegang unsur “orang kepercayaan”, membuat orang-orang yang sudah terlibat lama di dunia kejahatan akan sulit keluar dari lingkungan tersebut. Kedua informan sama-sama ingin berhenti dan sudah berusaha untuk berhenti dari dunia kejahatan namun sulit bagi mereka untuk keluar dari sana, terutama bagi informan III 37 menolak tawaran dari teman-temannya menjadi lebih sulit karena perasaan sungkan dan ia menjadi ketagihan mencari uang dengan cara melakukan kejahatan, adiksi ini semakin diperkuat oleh sebab ia kurang mau berusaha keras dengan berusaha sendiri serta terdapat kemungkinan karena sering diandalkan oleh teman-temannya ia jadi memiliki perasaan heroik dan harga diri yang tinggi. B. Pengalaman sebagai penguat untuk melakukan kejahatan Penelitian ini juga menemukan pengalaman signifikan serupa yang mendorong para informan setelah masuk ke dalam dunia kejahatan kemudian mengulangi perbuatan kejahatannya, pengalaman signifikan tersebut meliputi sebagai berikut : 1. Kehidupan hedonis menimbulkan adiksi dan keputusan reaktif Terkhusus pada informan I 22 dan IV 24 kehidupan hedonis menjadi pendorong kuat keduanya memutuskan masuk ke dalam dunia kejahatan, kehidupan hedonis ini berubah menjadi suatu adiksi bagi kedua informan dan harus selalu terpenuhi ketika mereka membutuhkan, kemudian perilaku ini semakin diperkuat karena lingkungan pertemanan menerapkan kehidupan yang sama. Kehidupan hedonis tersebut meliputi kebutuhan untuk bersenang- senang seperti membeli barang-barang, melakukan aktifitas yang sifatnya bersenang-senang, mengkonsumsi alkohol informan I 22 dan IV 24 dan mengkonsumsi narkoba Informan IV 24. Kebutuhan hedonis berubah menjadi suatu adiksi membuat kedua informan fokus pada adiksi namun kebutuhan-kebutuhan hedonis tersebut terhambat oleh keadaan ekonomi dari kedua informan yang tidak mencukupi. Keputusan untuk melakukan aksi kejahatan secara reaktif diambil demi mendapatkan uang sebanyak-banyaknya sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hedon mereka. Diputuskan secara reaktif hidup hedon digunakan oleh informan II 39 untuk melepaskan stress dan meredakan amarahnya setelah mengalami konflik dengan istrinya, menjadi adiksi ketika setiap kali ada konflik dengan istrinya informan II 39 akan beralih kembali ke kehidupan hedonis 2. lingkungan yang tidak sehat Lingkungan pergaulan menjadi salah satu pengaruh berdampak besar terhadap keempat informan dalam keputusannya untuk masuk ke dalam dunia kejahatan. Tawaran dan rayuan untuk melakukan aksi kejahatan datang dari teman-teman sekelompok. Selain itu perasaan-perasaan senasib di dalam kelompok menghadirkan kenyaman tersendiri terutama bagi informan I 22 dan IV 24. Seseorang yang berhadapan dengan kelompok mayoritas yang kompak akan cenderung untuk ikut menyesuaikan diri dengan kelompok mayoritas tersebut, kedua informan sama-sama telah berkomitmen di dalam kelompok pergaulan yang mereka pilih. Komitmen sendiri merupakan semua kekuatan, positif atau negatif, yang membuat individu tetap berhubungan atau tetap setia dalam kelompok Sears, Peplau, Taylor, 2009. Keputusan untuk berkomitmen dengan kelompok juga dipengaruhi oleh umur mereka yang tergolong masih sangat muda yang pada saat itu keduanya masih belum siap untuk hidup secara mandiri dan solitare, serta pada masa perkembangannya prinsip dari kedua informan masih kurang matang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Sama-sama masuk dan hidup di dalam lingkungan yang salah, tempat tinggal asal informan II 39 memiliki kebiasaan tersendiri, dimana sebagian masyarakatnya hidup dan bekerja sebagai seorang pelaku kejahatan. Secara otomatis kebiasaan tersebut diturunkan oleh masyarakat yang sudah lebih senior, mental dan cara memandang yang dimiliki masyarakat di daerah tersebut Alas Roban dan juga informan II 39 sudah terbentuk polanya bahwa melakukan kejahatan adalah hal yang biasa. Keputusan-keputusan untuk memilih hidup bebas daripada mendengarkan orang yang lebih tua membuat mereka semakin terjerumus ke dalam pergaulan yang salah dialami oleh keseluruh informan. 3. Labelling bernilai negatif berupa stereotip Labelling negatif dalam bentuk stereotip sebagai mantan narapidana. Prasangka negatif yang diberikan masyarakat kepada III 37 menghasilkan label dari masyarakat dalam bentuk stereotip bernilai negatif sebagai seorang mantan narapidana. Informan III 37 menjadi kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak, mendapatkan ketidakpercayaan dari masyarakat. Prasangka dan stereotip yang diberikan masyarakat juga memberikan dampak penurunan semangat menjadi orang yang lebih baik, karena informan III 37 mengalami learned helpesness atas usaha yang tidak pernah dinilai positif oleh masyarakat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 1. Skema informan I 1. perceraian orang tua 2. Pendidikan rendah Dampak : Perasaan marah, kesal dan kecewa, minim arahan dan bimbingan, kehilangan arah, masa pencarian identitas diri dan prinsip Dampak : Minim wawasan, pola berpikir, pengambilan keputusan, keterbatasan lapangan pekerjaan Pergaulan yang salah Konformitas : Hidup Hedonis mencari kesenangan, narkoba, alkohol Sebagai tempat mencari identitas diri dan prinsip, tempat melepas kepenatan dan Kejahatan Berulang Memenuhi kebutuhan hidup Latar belakang Dampak : Adiksi dan keputusan reaktif Gambar 2. Skema informan II Latar belakang Tidak diasuh oleh orang tua, pendidikan rendah Dampak : Perasaan marah, minim arahan dan bimbingan, kehilangan arah, masa pencarian identitas diri dan prinsip Dampak : Minim wawasan, pola berpikir, pengambilan keputusan, keterbatasan lapangan pekerjaan Lingkungan Yang Tidak Sehat Memenuhi kebutuhanh hidup Labelling bernilai positif Konflik dengan significant others isteri Mencari kesenangan dengan hidup hedonis Budaya di tempat asal, konformitas Dianggap memiliki keahlian Pelepasan stress Kejahatan Kejahatan Berulang Adiksi Gambar 3. Skema informan III Latar belakang Perlakuan tidak adil Pendidikan rendah Ditinggal meninggal oleh orang tua Dampak : Minim arahan dan bimbingan, kehilangan arah, masa pencarian identitas diri dan prinsip Pergaulan yang salah Dampak : Agresi, perasaan marah, kesal, kecewa, dan Konformitas Memenuhi kebutuhan hidup Labelling bernilai positif dan negatif stereotip Dianggap memiliki keahlian Learned helpesness Kejahatan Kejahatan Berulang Dampak : Minim wawasan, pola berpikir, pengambilan keputusan, keterbatasan lapangan pekerjaan Keputusasaan dan ketakutan untuk melangkah Dipenjara Adiksi Gambar 4 : Skema Informan IV Latar belakang 1. perceraian orang tua 2. Pendidikan rendah Dampak : Perasaan marah, kesal, kecewa, dan kesepian, minim arahan dan bimbingan, kehilangan arah, masa pencarian identitas diri dan Dampak : Minim wawasan, pola berpikir, pengambilan keputusan, keterbatasan lapangan pekerjaan Pergaulan yang salah Sebagai tempat mencari identitas diri dan prinsip, kebutuhan rasa aman dan nyaman, perasaan senasib Konformitas : Hidup Hedonis mencari kesenangan, alkoho, bangga Kejahatan Berulang Memenuhi kebutuhan hidup Dampak : Adiksi dan keputusan reaktif

F. KESIMPULAN DINAMIKA DAN POLA PENGALAMAN

Hasil analisis pada penilitan ini tidak dapat dilihat sebagai satuan temuan yang terpisah, satu temuan analisis saling terkait dengan temuan lainnya yang kemudian memberikan kontribusi besar kepada keempat informan memutuskan masuk ke dalam dunia kejahatan. Sebuah perilaku diputuskan individu tidak dapat dilihat melalui satu fakor namun harus dilihat sebagai satu kesatuan atas pengaruh faktor yang berasal dari dalam dan juga faktor yang berasal dari luar. Seluruh peristiwa di dalam hidup manusia saling berkaitan, pengalaman dengan peristiwa-peristiwa yang saling berkaitan di dalamnya membentuk sebuah dunia mini. Seperti kata-kata Issac Newton “The Universe is “One Great Machine”. Komponen dalam diri manusia merupakan suatu turunan dari suatu proses relasional. Keluarga, lingkungan, budaya memiliki tendensi sebagai bagian dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, tindakan, dan keputusan individu. Ada sebab maka ada akibat yang mengikuti di belakangnya, dalam hubungan relasional konstruk yang sudah pasti, adalah jika ada X maka ada Y, bukan jika ada X maka Y tidak ada. Setiap kejadian, perilaku, tindakan, dan keputusan memiliki penyebab atau kita sebut sebagai latar belakang, ada satu atau dua penyebab utama yang kemudian memberikan efek kepada hal yang lainnya. Gergen, 2009. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ditemukan sebuah pola melalui hasil analisis pengalaman signifikan seluruh informan, dimana pola tersebut menjadi alasan mendasar keseluruh informan memutuskan masuk ke dalam dunia kejahatan. Pengalaman signifikan tersebut bagi informan I 22, II 39, IV 24 merupakan suatu pengalaman yang memberikan dampak yang menyakitkan, akibat perceraian dan tidak diasuh oleh orang tua memunculkan perasaan kecewa, marah dan stress, perasaan-perasaan tersebut memunculkan pemberontakan dalam bentuk pergaulan bebas bergaul di tempat yang salah, konsumsi alkohol, narkotika, bersenang-senang, dll. Pengalaman kurang menyenangkan dengan orang tua ini berkorelasi dengan pengalaman lain yaitu ketiga informan menjadi malas untuk melanjutkan pendidikan sehingga dampak berkepanjangannya adalah mereka hanya memiliki wawasan yang minim dan pola berpikir yang kurang optimal. Anak yang memiliki orang tua yang bercerai biasanya akan lebih cenderung mengalami kesepian saat ia dewasa daripada anak dari keluarga yang harmonis, keadaan ini dialami oleh keseluruh informan dalam penelitian. Landsford mengatakan bahwa pengaruh dari perceraian terhadap anak-anak bisa sangatlah kompleks, bergantung pada faktor di belakangnya, seperti usia anak, kelebihan dan kekurangan anak pada saat perceraian, jenis pengawasan, status sosial ekonomi, dan fungsi keluarga pascaperceraian Santrock, 2009. Mendapatkan perlakuan tidak adil oleh tokoh otoriter membuat informan III 37 memunculkan sisi agresif dengan melakukan penyerangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memukul kepada gurunya hingga ia harus dipenjara selama beberapa bulan. Informan III 37 merasa terus menerus dituduh dan dipojokkan atas perbuatan yang tidak ia lakukan. Menurut teori insting kematian Freud 1930 dalam Sears, Peplau, Taylor, 2009, manusia memiliki naluri untuk bertindak agresif, baik ditujukan orang lain maupun untuk diri sendiri. Agresi dapat dikontrol namun agresi juga tidak dapat dieliminasi, karena agresi merupakan sifat alamiah manusia. Selama ini informan III 37 sudah berusaha bersabar dan memaklumi keadaan namun keadaan tidak kunjung berubah, ia terus menerus disalahkan membuat kesabarannya mencapai batas merasa frustasi dan agresi pun menjadi tidak terkontrol. Serangan dari gurunya melalui tuduhan-tuduhan yang tidak sesuai dengan fakta memunculkan perilaku agresif dan perasaan agresif amarah. Serangan sendiri mampu memicu balasan dan bertambahnya kekerasan Sears, Peplau, Taylor, 2009. Pengalaman ini menjadi salah satu awal informan III 37 melakukan dan masuk ke dalam dunia kejahatan ditambah ia tidak mendapatkan asuhan dan bimbingan dari orang tuanya karena keduanya telah meninggal. Kurangnya asuhan dan bimbingan dari orang tua yang dialami keempat informan mampu mempengaruhi perkembangan pembentukan identitas diri dan prinsip. Orang tua adalah tokoh yang berpengaruh dalam proses pencarian identitas pada remaja Santrock, 2007. Menurut Erickson dalam Feist and Feist, 2011 identitas timbul dari dua sumber : 1 penegasan atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI penyangkalan remaja akan identifikasi masa kanak-kanak, dan 2 konteks sosial dalam sejarah pengalaman mereka yang mendukung konformitas pada standar tertentu. Anak muda seringkali menyangkal standar orang yang lebih tua dan lebih memilih nilai-nilai teman kelompok. Karena masyarakat memainkan peran penting dalam membentuk identitas mereka sebagai orang muda. Seluruh informan berusaha mencari identitas diri dan prinsip di dalam situasi yang tidak terarah dan ambigu. Masuk ke dalam pergaulan yang salah menjadi salah satu upaya seluruh informan dalam menemukan identitas diri dan prinsip mereka. Dalam kelompok sering terdapat konformitas yang dapat mempengaruhi penilaian dan juga perilaku individu. Coleman, Blake, Mouton dalam Sears, dkk, 2009 mengatakan konformitas sendiri cenderung muncul pada situasi ambigu atau ketika tugas semakin sulit, maka semakin cenderung orang menyesuaikan diri dengan penilaian kelompok. Tendensi untuk menyesuaikan diri dengan pengaruh informasi bergantung pada dua aspek situasi, yaitu seberapa besar keyakinan seseorang pada kelompok dan seberapa yakinkah seseorang pada penilaian diri sendiri Sears, Peplau, Taylor, 2009 Seperti yang dialami oleh keempat informan, bahwa mereka lebih memilih dan mempercayai nilai-nilai yang berasal dari teman sekelompok dan bagaimana mereka menyesuaikan diri, karena mungkin mereka kurang yakin dengan penilainnya sendiri atas nilai-nilai hidup. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Konformitas di dalam kelompok semakin menguat karena adanya perasaan senasib, nilai-nilai dan kepercayaan di dalam kelompok yang sesuai dengan keadaannya, diterima informan secara penuh. Lingkungan sendiri mempunyai kemampuan untuk menimbulkan rasa sakit dan meningkatkan tegangan maupun memberikan kepuasan dan mereduksikan tegangan. Lingkungan juga dapat mengganggu maupun memberikan rasa nyaman Hall Lindzey, 1993. Informan I 22, II 39, dan IV 24 merasakan ketegangan-ketegangan yang didapatkan dari pengalaman perceraian orang tua dan konflik dengan significant others pasangan, membuat mereka memutuskan meredakan ketegangan tersebut dengan cara yang diputuskan secara reaktif sehingga hasilnya kurang tepat dan semakin merugikan mereka, cara-cara yang diambil untuk meredakan ketegangan-ketegangan melalui kehidupan hedonis dan perilaku kejahatan, kehidupan hedonis tersebut berubah menjadi adiksi bagi ketiga informan sehingga setiap kali ketagangan-ketegangan akan diselesaikan dengan kehidupan hedon tersebut, kemudian konformitas di dalam kelompok pertemanan seluruh informan begitu kuat, menjadikan mereka terus menerus hidup hedon dan terdorong untuk melakukan kejahatan sehingga sulit bagi mereka untuk keluar dari lingkungan kejahatan. Lingkungan sosial pun ikut berperan membuat dua dari keempat informan merasa sulit untuk dapat keluar dari dunia kejahatan karena adanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI