melibatkan serangkaian identifikasi keputusan-keputusan yang bekerja. Hal yang mempengaruhi keputusan tidak selalu sesuai dengan standar optimal
yang objektif, yang utama adalah cukup sesuatu yang diinginkan dapat terpenuhi. Selain itu, Cusson dalam Wortley, 2008 mengatakan bahwa
sebuah kejahatan dapat dipicu oleh kemarahan, dendam, atau kebutuhan merasakan sensasi yang sifatnya berbahaya, sama halnya seperti kebutuhan
akan ekonomi atau emosional. Dapat disimpulkan bahwa seseorang memilih untuk melakuan tindakan
kejahatan selalu didasari oleh adanya serangkaian keputusan-keputusan yang mendukung pengambilan keputusan tersebut. Bukan semata-mata tanpa
disengaja, namun keputusan melakukan kejahatan merupakan keputusan yang cukup disadari oleh individu yang bersangkutan.
G. Lembaga Pemasyarakatan
1. Fungsi
Bertujuan untuk
melakukan pembinaan
bagi warga
binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan
sebagai bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam sistem peradilan pidana. Di dalam Lembaga Pemasyarakatan telah dipersiapkan berbagai program
pembinaan bagi narapidana yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan, jenis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelamin, agama dan jenis tindak pidana yang dilakukan narapidana tersebut. Kemudian program pembinaan bagi para narapidana disesuaikan juga dengan
lama hukuman yang akan dijalani para narapidana dan anak didik, agar mencapai sasaran yang telah ditetapkan, yaitu agar mereka menjadi warga
negara yang baik di kemudian hari dan nantinya diharapkan dapat ikut membangun bangsa. Selain itu, Lembaga Pemasyarakatan sebagai instansi
terakhir dalam pembinaan narapidana, membantu memulihkan kondisi warga binaan pada konisi sebelum melakukan tindak pidana dan melakukan
pembinaan di bidang kerohanian dan keterampilan seperti pertukangan, menjahit,
dan lain
sebagainya. Lembaga
pemasyarakatan harus
mempertingkan hak dan kepentingan narapidana warga binaan yang bersangkutan.
Berdasarkan undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan harus dilaksanakan berdasarkan asas :
a. Pengayoman
b. Persamaan perlakuan dan pelayanan
c. Pendidikan
d. Pembimbingan
e. Penghormatan harkat dan martabat manusia
f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan
g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan
orang-orang tertentu
Secara umum fungsi dari lembaga pemasyarakatan adalah untuk membina warga binaan dan memperbaiki kualitas perilaku serta moral yang
sebelumnya telah salah, sehingga ketika keluar ia bisa berguna bagi nusa bangsanya. Lama dari suatu pembinaan diberikan sesuai dengan lama
hukuman pidana penjara yang dijatuhkan oleh hakim kepada seorang narapidana sesuai dengan bobot kejahatannya.
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Paradigma dan Pendekatan Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Kualitatif dengan pendekatan Analisis Fenomenologi Interpretatif, dengan
mengolah data berupa transkrip wawancara. Data yang diambil berbentuk transkrip wawancara dan rekaman suara.
Van Kaam dalam Hall, 1993 merumuskan paradigma fenomenologi “Sebagai paradigma dalam ilmu psikologi yang berusaha untuk
menyingkapkan dan menjelaskan gejala-gejala tingkah laku sebagaimana gejala-gejala tingkah laku tersebut mengungkapkan dirinya secara langsung
dalam pengalamannya. Moustakes, 1994 dalam Creswell, 2013 mengatakan bahwa melalui pemahaman dari pengalaman-pengalaman hidup manusia
menjadikan filsafat fenomenologi sebagai suatu metode penelitian yang prosedur-prosedurnya mengharuskan peneliti untuk dapat mengkaji sejumlah
informan dengan terlibat secara langsung dan relatif membutuhkan waktu yang lebih panjang di dalamnya untuk mengembangkan pola-pola dan relasi-
relasi makna. Pendekatakan analisis fenomenologi interpretatif merupakan sebuah metode yang bertujuan untuk mempelajari bagaimana individu
memaknai pengalaman hidup utama mereka Smith, 2009. Metode analisis fenomenologi interpretatif secara khusus melihat bagaimana sebuah