28
memiliki gejolak perasaan yang tinggi dan mengalami perubahan suasana hati Utami Sumaryono, 2008; Gunarsa, 2003; Santrock,
2012. Akibatnya, remaja akan cenderung untuk melakukan hal secara sembarangan dan melakukan segala tindakan berdasarkan
dengan respon emosional yang dimilikinya Wulfert, Block, Santa Ana, Rodriguez, Colsman dalam Lai, 2010; Gunarsa, 2003.
Disisi lain, dalam tahap perkembangan cara berpikirnya, remaja berusaha untuk memahami apa yang terjadi dalam diri
mereka dan memahani bagaimana mereka harus bersikap Pappalia, 2008; H. Ginsburg Opper dalam Papalia, Olds
Feldman, 2009. Dalam proses transisi ini, remaja mengalami ketidakmatangan cara berpikir yang ditunjukkan dengan salah satu
sikapnya adalah kurang mampunya mereka dalam memutuskan suatu hal secara efektif dan efisien David Elkind dalam Pappalia,
2008. Berdasarkan pernyataan tersebut, remaja mengalami
perkembangan pada aspek kognitifnya, seperti perubahan pada pemikiran, ketidakstabilan emosional dan ketidakmatangan cara
berpikir. Hal ini mampu menyebabkan remaja melakukan hal secara sembarangan dan beresiko, dikarenakan mereka kurang
mampu untuk memutuskan suatu hal secara efektif dan efisien. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
b. Segi Sosial
Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima teman sebaya atau kelompok Santrock, 2007. Oleh
karena kebutuhannya dan dikarenakan adanya gejolak emosi dan ketidakseimbangan, remaja mudah untuk terkena pengaruh dari
lingkungan sosialnya, seperti halnya dipengaruhi oleh kelompok Stanley Hall dalam Gunarsa, 2003; Niu Wang, 2009.
Remaja dapat memenuhi kebutuhan pribadi mereka dengan menghargai, menyediakan informasi, menaikan harga diri,
dan memberi mereka suatu identitas di dalam suatu kelompok. Remaja yang bergabung dalam keanggotaan suatu kelompok
menganggap kelompok sebagai hal yang menyenangkan dan menarik serta bisa memenuhi kebutuhan mereka atas hubungan
dekat dan kebersamaan serta menerima penghargaan baik berupa meteri
maupun psikologi.
Pengaruh kelompok
tersebut menyebabkan remaja menjadi ikut-ikutan. Perilaku tersebut dapat
terlihat misalnya saja dalam hal memilih pakaian Santrock, 2007. Salah satu contoh adalah komformitas Sihotang, 2009.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dari segi sosial, remaja memiliki kebutuhan untuk disukai dan
diterima oleh kelompok dan teman sebaya, sehingga remaja bergabung ke dalam suatu kelompok untuk memenuhi
30
kebutuhannya yang berdampak pada perilaku remaja yang menjadi ikut-ikutan, contohnya memilih pakaian.
D.
Produk Fashion Impor
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sugono, 2008, impor berarti pemasukan barang dan sebagainya dari luar negeri. Barang yang
dimasukkan ke dalam daerah pabean disebut sebagai barang impor. Produk yang diimpor dinilai lebih menarik konsumen jika
dibandingkan dengan produk yang diproduksi oleh dalam negeri dikarenakan banyak pilihannya serta nilai jual yang juga lebih tinggi dari
produk dalam negeri. Contohnya: bahan tekstil, sepatu. Produk impor juga memiliki kualitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produk
lokal. Hal ini menyebabkan konsumen cenderung untuk memilih produk impor daripada produk lokal dengan melihat dari segi kualitas. Tidak
hanya dari segi kualitas, konsumen cenderung membeli produk impor dikarenakan desain yang menarik dan merek yang bergengsi dan sesuai
dengan harga yang dikeluarkan Setiawan, 2014. Adanya merek pada setiap produk digunakan untuk membedakan
produk dari satu produsen dengan produsen lainnya Zeb, Rashid Javeed, 2011. Merek disebut sebagai sebuah janji dari atributnya akan
kepuasan si pembeli Ambler dalam Zeb, Rashid Javeed, 2011. Hal ini menyebabkan konsumen sering kali memiliki pilihan merek tersendiri dan
mempercayainya seperti halnya mereka mempercayai teman-teman dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI