Pelaksanaan Penelitian Data Deskripsi Penelitian

59 Berikut adalah tabel hasil uji one sample t-test Ethnosentrisme Konsumen: Tabel 9. Hasil Uji One Sample t-test Ethnosentrisme Konsumen One-Sample Statistics N Mean Std. Deviation Std. Error Mean ethno 212 68.10 14.124 .970 One-Sample Test Test Value = 65 t df Sig. 2-tailed Mean Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper ethno 3.200 211 .002 3.104 1.19 5.02 Berdasarkan tabel 9, diketahui bahwa rata-rata skor ethnosentrisme atau mean empiris yang didapat oleh subyek adalah 68,10. Sedangkan perthitungan antara skor minimal dan skor maksimal memperoleh mean teoritis sebesar 65. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa mean teoritis ethnosentrisme lebih kecil jika dibandingkan dengan mean empiris. Hal ini menunjukkan bahwa ethnosentrisme subyek secara keseluruhan cenderung tinggi. Hasil uji analisis one sampel t-test pada data ethnosentrisme menunjukkan angka sebesar 0,002 p0,05. Hal ini mengartikan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoritis pada data ethnosentrisme. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60

D. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi

a. Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Jika nilai signifikansi atau nilai p lebih besar dari 0,05 p 0,05 maka data dapat dikatakan berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai signifikansi atau nilai p lebih kecil dari 0,05 p 0,05 maka data dapat dikatakan tidak berdistribusi normal Priyatno, 2012; Supardi, 2013. Berikut tabel hasil uji normalitas kedua variabel penelitian: Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Statistic df Sig. k.p.impulsif .132 212 .000 ethnosentrisme .049 212 .200 . This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction Berdasarkan hasil analisis Kolmogorov-Smirnov menggunakan SPSS 21.0, diketahui bahwa variabel ethnosentrisme memiliki nilai p sebesar 0,200. Nilai p tersebut lebih besar dari 0,05 p0,05, maka dapat dikatakan bahwa sebaran data pada variabel ethnosentrisme berdistribusi normal. Sedangkan, pada 61 variabel kecenderungan pembelian impulsif terhadap produk fashion impor memiliki nilai p sebesar 0,000. Nilai p tersebut lebih kecil dari 0,05 p0,05. Hasil ini dapat menyimpulkan bahwa variabel kecenderungan pembelian impulsif terhadap produk fashion impor memiliki sebaran data yang tidak normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas berupa hubungan antara variabel bebas dan tergantung membentuk model yang linear atau membentuk garis lurus merupakan salah satu uji asumsi yang harus dipenuhi Ghozali, 2009. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan Compare Mean pada SPSS 21.0. Berikut adalah tabel hasil uji linearitas terhadap kedua variabel: Tabel 11. Hasil Uji Linearitas F Sig. k.p.impulsif Combined 4.871 .000 ethnosentrisme Linearity 168.483 .000 Deviation from Linearity 1.663 .009 Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa nilai signifikansi pada Linearity menunjukkan nilai sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 p0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel ethnosentrisme dan variabel kecenderungan pembelian impulsif terhadap produk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 fashion impor memiliki hubungan yang linear atau membentuk garis lurus.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi untuk mencari hubungan antara ethnosentrisme dengan kecenderungan pembelian impulsif terhadap produk fashion impor pada remaja. Analisis korelasi yang digunakan adalah analisis Spearman Rho. Hal ini dikarenakan salah satu variabel pada penelitian ini memiliki sebaran data yang tidak normal, yaitu pada variabel kecenderungan pembelian impulsif terhadap produk fashion impor. Jika nilai signifikansi atau nilai p lebih kecil dari 0,05 p0,05, maka kedua variabel memiliki hubungan yang signifikan. Akan tetapi, jika nilai signifikansi atau nilai p lebih besar dari 0,05 p0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tidak memiliki hubungan yang signifikan Sarwono, 2009. Sarwono 2006 membagi kriteria koefisien korelasi sebagai berikut: Tabel 12. Kriteria Korelasi Koefisien Korelasi Kategori Tidak ada korelasi antar dua variabel – 0,25 Korelasi sangat lemah 0,25 – 0,50 Korelasi cukup kuat 0,51 – 0,75 Korelasi kuat 0,79 – 0,99 Korelasi sangat kuat 1 Korelasi sempurna 63 Berikut adalah tabel hasil uji hipotesis menggunakan analisis korelasi Spearman Rho: Tabel 13. Hasil Uji Hipotesis Correlations k.p.impulsif Ethnosentrisme Spearmans rho k.p.impulsif Correlation Coefficient 1.000 -.576 Sig. 1-tailed . .000 N 212 212 ethnosentrisme Correlation Coefficient -.576 1.000 Sig. 1-tailed .000 . N 212 212 . Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed. Berdasarkan hasil yang didapat melalui perhitungan SPSS 21.0 tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang negatif yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,576 yang dapat dikatakan korelasi antara kedua variabel adalah kuat. Hal ini dapat diartikan bahwa hubungan korelasi kedua variabel memiliki hubungan yang tidak searah. Dengan begitu dapat diartikan bahwa ketika variabel ethnosentrisme memiliki nilai yang tinggi, maka variabel kecenderungan pembelian impulsif terhadap produk fashion impor memiliki nilai yang rendah. Begitu pula dengan sebaliknya, ketika variabel ethnosentrisme memiliki nilai yang rendah, maka variabel kecenderungan pembelian impulsif terhadap produk fashion impor memiliki nilai yang tinggi. 64 Nilai signifikan atau nilai p yang ditunjukkan hasil uji hipotesis sebesar 0,000. Nilai signifikansi atau nilai p tersebut lebih kecil dari 0,05 p0,05. Hal ini dapat mengartikan bahwa variabel ethnosentrisme dengan kecenderungan pembelian impulsif terhadap produk fashion impor memiliki hubungan yang signifikan.

3. Analisis Tambahan

Pada penelitian ini, peneliti melakukan analisis tambahan pada data demografis subyek. Analisis tambahan dilakukan untuk melihat perbedaan tingkat kecenderungan pembelian impulsif dan ethnosentrisme pada dua kelompok subyek perempuan dan laki-laki. Peneliti melakukan perbandingan mean pada kelompok jenis kelamin subyek terhadap variabel kecenderungan pembelian impulsif dan variabel ethnosentrisme. Pada variabel ethnosentrisme analisis dilakukan dengan menggunakan independent samples t-test. Hal ini dikarenakan uji asumsi normalitas pada variabel ethnosentrisme menunjukkan sebaran data yang normal. Berikut adalah tabel hasil perhitungan uji beda antara kelamin perempuan dan laki-laki: