Uji Hipotesis Analisis Data Penelitian

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan negatif antara gaya kelekatan aman secure attachment dengan kenakalan remaja. Hal ini dapat diketahui dari perolehan hasil koefisien korelasi r sebesar -0.276 dengan signifikansi 0,001 p 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pada penelitian ini diterima, dimana terdapat hubungan negatif antara gaya kelekatan aman secure attachment dengan kenakalan remaja diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi gaya kelekatan aman yang dimiliki remaja maka semakin rendah kenakalan remaja. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Santrock 2003 bahwa anak yang tumbuh dalam kelekatan yang aman dengan orangtuanya akan menjadi individu yang memiliki harga diri yang lebih tinggi dan kesejahteraan emosi yang lebih baik. Gaya kelekatan aman memperlihatkan ciri individu yang bersahabat dan percaya diri. Remaja dengan kelekatan aman secure attachment akan merasa aman dan nyaman dalam mengekplorasi lingkungan. Selain itu, remaja dengan gaya kelekatan aman secure attachment akan merasa dirinya dipehatikan, merasa aman, percaya diri, sehingga remaja akan lebih mandiri, bersahabat dan tidak takut berelasi dengan orang lain. Apabila semua kebutuhan ini terpenuhi remaja akan mengarah pada sikap yang positif dan mampu mengembangkan potensi dalam diri remaja sehingga tercapai kepribadian remaja yang baik atau positif sehingga tidak menghambat perkembangan pada masa selanjutnya. Menurut Murdaningsih dalam Kartono, 1991 sifat-sifat dari remaja yang nakal adalah 1 Infantil, 2 Ketergantungan terhadap orang tua maupun teman-teman, 3 tidak mampu menerima realitas, 4 frustasi, 5 tidak dapat menguasai dorongan nafsunya, 6 mempunyai sikap bermusuhan, 7 perkembangan emosi yang tidak matang. Remaja tidak akan memiliki sifat-sifat remaja yang nakal tersebut apabila remaja mendapatkan gaya kelekatan yang aman secure attachment. Hal ini dikarenakan individu dengan gaya kelekatan aman secure attachment tidak mudah merasa cemas jika sendiri dan tidak merasa cemas apabila orang lain tidak menerimanya karena dia menyakini bahwa masih ada orang lain yang menerimanya Bartholomew Horowirz, 1991. Oleh karena itu, remaja dengan gaya kelekatan aman secure attachment cenderung tidak mengarah ke kenakalan remaja. Selain itu, remaja dengan gaya lekat aman akan mengembangkan model mental diri atau skema diri yang positif. Remaja tersebut akan mempunyai model mental diri sebagai orang yang berharga, penuh dorongan, dan akan mengembangkan model mental orang lain sebagai orang yang bersahabat, dapat dipercaya, responsif, dan penuh kasih sayang. Berkembangnya model mental tersebut akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kompetensi sosial mereka Kobak Hasan, 1991. Hal ini didukung juga dengan penelitian yang dilakukan Mayasari 2008 dimana kelekatan remaja yang kokoh dengan ibu selama masa remaja dapat menyangga remaja dari kecemasan dan potensi perasaaan- perasaan depresi atau tekanan emosional yang berkaitan dengan transisis dari masa anak-anak ke masa dewasa. Kelekatan remaja yang kokoh dengan orang tua dapat meningkatkan relasi teman sebaya yang kompeten dan relasi erat yang positif di luar keluarga. Penelitian lainnya juga memiliki hasil yang mendukung, dimana remaja yang berasal dari keluarga-keluarga yang mendapatkan penerimaan, rasa saling percaya, dan kecocokan diantara orang tua dan anak memiliki penyesuaian diri yang baik, lebih mandiri dan memliki pandang yang positif tentang diri mereka sendiri. Sedangkan anak-anak yang berasal dari keluarga-keluarga dimana terdapat ketidakcocokan diantara anggota-anggota keluarga pada umumnya memiliki kemampuan yang kurang dalam menyesuaikan diri Behren, 1954. Hipotesis kedua mengatakan bahwa ada korelasi positif antara gaya kelekatan cemas ambivalent attachment dengan kenakalan remaja. Semakin tinggi gaya kelekatan yang dimiliki remaja maka semakin tinggi kenakalan remaja. Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien korelasi r 0.332 dengan signifikansi 0,000 p 0,05 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan dan terdapat korelasi positif antara gaya kelekatan cemas ambivalent attachment dengan kenakalan remaja. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi gaya kelekatan cemas ambivalent attachment, maka semakin tinggi kenakalan remaja. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua diterima. Salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja menurut Turner dan Helms 1987 adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Orang tua yang memberikan gaya kelekatan cemas ambivalent attachment kepada remaja akan cenderung mengarah ke kenakalan remaja. Hal ini dikarenakan remaja yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua selalu merasa tidak aman sehingga mereka merasa kehilangan tempat belindung dan tempat berpijak. Di kemudian hari mereka akan mengembangkan reaksi kompensasi dalam bentuk dendam dan sikap bermusuhan dengan dunia luar. Sehingga perilaku mereka cenderung merusak atau memberontak dan terjadilah kenakalan remaja. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Helmi 1999 dimana remaja dengan gaya kelekatan cemas mempunyai karakteristik model mental sebagai orang yang kurang pengertian, kurang percaya diri, merasa kurang berharga, dan memandang orang lain mempunyai komitmen rendah dalam hubungan interpersonal. Remaja dengan gaya kelakatan cemas ambivalent attachment mudah mengalami kecemasan untuk berpisah, cenderung bergantung, menutut perhatian, dan cemas ketika berekplorasi dalam lingkungan. Pada gaya ini, remaja mengalami ketidakpastian sebagai akibat dari orang tua yang tidak selalu membantu pada setiap kesempatan dan juga adanya keterpisahan. Selain itu, menurut hasil penelitian Margaretha 2012 dimana orang tua yang mengacuhkan atau tidak memenuhi kebutuhan anak dengan baik akan meningkatkan resiko keterlibatan anak dalam perilaku sosial yang tidak dapat diterima, seperti agresi dan masalah perilaku eksternal lain. Remaja yang nakal seringkali berasal dari keluarga-keluarga dengan orang tua yang jarang memantau anak-anak mereka, memberi sedikit dukungan, dan mendisiplinkan mereka secara tidak efektif Papalia,2008. Banyak ahli percaya bahwa keluarga yang bermasalah merupakan penyebab utama dalam pembentukan masalah emosional pada anak yang dapat mengarah pada masalah sosial dalam jangkan panjang Siegel Welsh, 2011. Orang tua yang mengacuhkan atau tidak memenuhi kebutuhan anak dengan baik akan meningkatkan resiko keterlibatan anak dalam perilaku sosial yang dapat diterima, seperti agresi dan masalah perliaku eksternal lainnya Verlaan Schwartzman. Kenakalan remaja merupakan hasil mental serta emosi yang sangat labil dan defektif, sebagai akibat dari proses pengkondisian lingkungan yang buruk terhadap pribadi anak Kartono, 2003. Timbulnya kenakalan remaja bukan hanya karena diri dari remaja tersebut saja, tetapi kenakalan itu merupakan efek samping dari hal-hal yang tidak dapat ditanggulangi oleh remaja dalam keluarga Soekanto, 2004. Pada hipotesis ketiga mengatakan bahwa ada hubungan positif antara gaya kelekatan menghindar avoidant attachment dengan