29
mengetahui perilaku remaja. Erikson meyakini bahwa kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal dalam mengatasi identitas peran
b. Pengaruh keluarga Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya
kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orang tua terhadap aktivitas anak, kurangnya
penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orang tua dapat memicu timbulnya kenakalan remaja.
Remaja yang nakal seringkali berasal dari keluarga-keluarga dengan orang tua yang jarang memantau anak-anak mereka,
memberi sedikit dukungan, dan mendisiplinkan mereka secara tidak efektif Papalia,2008. Orang tua dari anak dengan kenakalan
kronis biasanya gagal menegakkan perilaku yang baik pada awal masa kanak-kanak dan bersikap keras atau tidak konsisten, atau
kedua-duanya dalam hal menghukum perilaku yang tidak patut. Orang tua tipe ini biasanya tidak terlibat secara dekat dan positif
dalam kehidupan anak mereka G.R. Patterson, DeBaryshe, Ramsey dalam Papalia,2008.
Remaja yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua selalu merasa tidak aman sehingga mereka
merasa kehilangan tempat belindung dan tempat berpijak. Di kemudian hari mereka akan mengembangkan reaksi kompensasi
dalam bentuk dendam dan sikap bermusuhan dengan dunia luar
30
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja secara umum dianggap mulai dengan pubertas, proses yang mengarah kepada kematangan seksual. Masa remaja dimulai pada
usia 11 atau 12 sampai masa remaja akhir atau awal usia 20an. Masa remaja awal sekitar usia 11 atau 12 sampai 14 tahun, pada masa ini
adalah transisi keluar dari kanak-kanak dan menawarkan peluang untuk tumbuh bukan hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga dalam kompetensi
kognitif dan sosial Papalia,2008. Santrock 2003 mendefinisikan remaja sebagai masa
perkembangan transisi antara anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Pendapat
yang sama juga dikatakan oleh Hurlock dalam Indri,2007 masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa,
dimulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat mencapai usia matang secara hukum.
Menurut G Stanley Hall dalam Santrock,2003 remaja adalah masa antara usia 12 sampai 23 tahun dan penuh dengan topan dan
tekanan. Topan dan tekanan storm and stress adalah konsep Hall tentang remaja sebagai masa goncangan yang ditandai dengan adanya
konflik dan perubahan suasana hati. Singgih 1986 mengemukakan tujuh ciri-ciri remaja yaitu, remaja
yang berada dalam kegoncangan, terjadi pertentangan dalam dirinya,
31
ingin mencoba apa yang dikehendakinya, ingin menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas, menghayal dan berfantasi, dan mempunyai
aktivitas yang berkelompok. Masa remaja juga dikenal sebagai ambang masa dewasa. Semakin
mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip dan untuk memberikan kesan bahwa mereka
sudah hampir dewasa. Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa seperti, merokok, minum minuman
keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberi citra yang mereka
inginkan Juntika.2013. Usia remaja adalah peralihan dari anak hingga menjelang dewasa, yang merupakan masa perkembangan terakhir bagi
pembinaan kepribadian atau masa persiapan untuk memasuki usia dewasa yang problemnya tidak sedikit Vembriarto, 1991.
2. Perkembangan Remaja
Selain itu, perkembangan remaja memasuki masa pencarian dan pembentukan identitas diri Papalia et al.,1998. Dalam hal ini,
kepribadian remaja belum mencapai kematangan immaturity. Menurut parah ahli psikologi perkembangan, pribadi yang tidak matang ditandai
oleh keragu-raguan indecisiveness dalam mengambil keputusan, kurang percaya diri atau harga diri rendah, kurang mampu mengontrol emosi dan
32
perilaku. Keadaan ini memungkinkan remaja untuk mudah dipengaruhi hal-hal yang positif maupun negatif Singgih, 2004.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada remaja memasuki tahap operasional formal yang ditandai dengan kemampuan untuk
berpikir abstrak, idealis, dan logis. Selain itu, cara berpikirnya dengan hypothetico-deductive reasoning, yaitu membuat perencanaan,
memecahkan masalah secara sistematis, dan melakukan pengetesan terhadap solusi yang diambil Singgih, 2004. Akan tetapi ada hal yang
dapat mengganggu fungsi kognitif, yaitu adanya egosentrisme dalam berpikir atau pola pikirnya masih berorientasi pada diri sendiri. Elkind
dalam Papalia, 2001 menjelaskan salah satu bentuk egosentrisme ini sebagai imaginary audience, yaitu remaja akan merasa diperhatikan oleh
orang lain dan menjadi pusat perhatian. Selain itu, adanya personal fable, yaitu merasa memiliki pribadi yang unik, berbeda dengan orang lain
sehingga remaja memiliki keyakinan bahwa ia tidak akan mati walaupun ngebut di jalan atau mencoba narkoba bahkan tidak akan hamil jika
melakukan hubungan seks. Jadi berdasarkan uraian definisi diatas, remaja dapat diartikan
sebagai individu berusia 12-23 tahun yang dalam perkembangannya sedang mengalami masa transisi dari anak-anak ke remaja sehingga
mengalami berbagai macam perubahan, seperti biologis, kognitif, dan sosial-emosional.