37
kurangnya kasih sayang orang tua dapat memicu timbulnya kenakalan remaja. Remaja yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari
orang tua selalu merasa tidak aman sehingga mereka merasa kehilangan tempat belindung dan tempat berpijak. Di kemudian hari mereka akan
mengembangkan reaksi kompensasi dalam bentuk dendam dan sikap bermusuhan dengan dunia luar.
Berdasarkan dari pengertian tentang hubungan antara kelekatan dengan kenakalan remaja adalah bahwa kelekatan akan mempengaruhi
remaja dalam melakukan kenakalan remaja. Dimana remaja yang memiliki kelekatan aman akan cenderung tidak melakukan kenakalan remaja.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan peneliti adalah :
1. Terdapat korelasi negatif antara gaya kelekatan aman secure
attachment dengan kenakalan remaja. Semakin tinggi gaya kelekatan aman yang dimiliki remaja maka semakin rendah kenakalan remaja.
2. Terdapat korelasi positif antara gaya kelekatan cemas ambivalent
attachment dengan kenakalan remaja. Semakin tinggi gaya kelekatan yang dimiliki remaja maka semakin tinggi kenakalan remaja.
3. Terdapat hubungan positif antara gaya kelekatan menghindar avoidant
attachment dengan kenakalan remaja. Semakin tinggi gaya kelekatan yang dimiliki remaja maka semakin tinggi kenakalan remaja.
38
F. Skema Penelitian
Kelekatan aman secure
attachment
Remaja merasa tidak
yakin bahwa figur lekatnya akan
selalu ada dan membantu dirinya
ketika dibutuhkan Remaja merasa
orang tua selalu mendampingi,
sensitif, penuh cinta ,kasih sayang
saat mencari perlindungan dan
kenyamanan Kelekatan
menghindar avoidant
attachment
Remaja merasa bingung, sedih,
timbul perasaan dendam dan benci
sehingga menjadi kacau dan liar
Terjadi pengabaian terhadap
remaja dan tercipta iklim
keluarga yang negatif
Remaja merasa tidak aman
sehingga mereka merasa kehilangan
tempat belindung dan tempat
berpijak
Kecenderungan kenakalan remaja
rendah Kecenderungan
kenakalan remaja tinggi
Kelekatan
Kelekatan yang sehat dapat
mencegah perasaan cemas
dan depresi Kelekatan cemas
ambivalent attachment
Remaja merasa tidak mendapatkan
kasih sayang, tidak direspon, bahkan
merasa ditolak oleh figur lekatnya
Kecenderungan kenakalan remaja
tinggi Remaja merasa
tidak nyaman dan menyebabkan
remaja merasa stress,
depresi, cemas ketika akan
berekplorasi dengan lingkungan
Mampu mengeksplorasi
lingkungan dan dapat membuat
keputusan yang positif
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Metode korelasional bertujuan untuk menyatakan
hubungan antara variabel yang tidak menunjukkan ketergantungan variabel satu dengan variabel lainnya seperti halnya dalam hubungan
sebab akibat Widi, 2010. Sedangkan pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang diambil menggunakan angka, mulai dari pengumpulan
data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya Arikunto, 2006. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara
kelekatan dengan kenakalan remaja.
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel terbagi menjadi dua macam, yaitu variabel bebas independen variable dan variabel terikat dependen variable. Dalam
penelitian ini, terdapat dua variabel yang diindentifikasi sebagai berikut : 1. Variabel bebas
: Gaya Kelekatan attachment a. Gaya kelekatan aman secure attachment
b. Gaya kelekatan cemas ambivalent attachment
c. Gaya kelekatan menghindar avoidant attachment
2. Variabel terikat : Kenakalan remaja
C. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kelekatan
Attachment
Kelekatan adalah ikatan emosional yang kuat dan menetap yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang tua sehingga
dapat melindungi dan mendorong perkembangan remaja secara adaptif dan mempertahankan eksistensinya. Variabel kelekatan dalam
penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala gaya kelekatan. Kelekatan dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan
skala kelekatan yang mencakup 3 jenis gaya kelekatan yaitu, a. Gaya kelekatan aman securely attached.
Remaja dengan gaya kelekatan aman memiliki karakteristik seperti, bersahabat, percaya diri, jarang menangis atau marah,
cenderung menjadi pemimpin, dan aktif berinisiatif. Tinggi rendahnya gaya kelekatan aman akan terlihat dari skor
pada skala gaya kelekatan. Semakin tinggi skor skala gaya kelekatan aman yang diperoleh, maka menunjukkan semakin tinggi
perilaku kelekatan aman yang dialami. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah skor skala gaya kelekatan aman yang diperoleh,
maka menunjukkan semakin rendah tingkat perilaku kelekatan aman yang dialami.
b. Gaya kelekatan menghindar avoidant attached. Remaja dengan gaya kelekatan menghindar memiliki
karakteristik seperti skeptis, mudah curiga, mudah berubah pendirian, sukar terbuka, tidak dapat mengeksperikan diri, dan
kurang hangat. Tinggi rendahnya gaya kelekatan menghindar akan terlihat
dari skor pada skala gaya kelekatan. Semakin tinggi skor skala gaya kelekatan menghindar yang diperoleh, maka menunjukkan
semakin tinggi perilaku kelekatan menghindar yang dialami. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah skor skala gaya
kelekatan menghindar yang diperoleh, maka menunjukkan semakin rendah tingkat perilaku kelekatan menhindar yang dialami.
c. Gaya kelekatan cemas ambivalent attached. Remaja dengan gaya kelekatan menghindar memiliki
karakteristik seperti kurang pengertian, tidak percaya diri, merasa tidak berharga, mudah berubah-ubah pendapat, dan kurang berani
menjalin hubungan. Tinggi rendahnya gaya kelekatan cemas akan terlihat dari
skor pada skala gaya kelekatan. Semakin tinggi skor skala gaya kelekatan cemas yang diperoleh, maka menunjukkan semakin
tinggi perilaku kelekatan cemas yang dialami. Demikian pula