Hasil uji normalitas untuk variabel kenakalan remaja menunjukkan nilai p sebesar 0.311. Hal ini menunjukkan bahwa data pada skala
kenakalan remaja memiliki sebaran data yang normal.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang diteliti memiliki garis lurus atau tidak Santoso, 2010. Keempat
variabel dapat dikatakan linear atau tidak jika memiliki taraf signifikansi kurang dari 0,05 p0.05.
Hasil uji linearitas pada penelitan ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 : Uji Linearitas Variabel
F Sig.
Ket.
Gaya kelekatan amanKenakalan remaja 11.424
0.001 Linear
Gaya kelekatan menghindarKenakalan remaja 14.844 0.000
Linear Gaya kelekatan cemasKenakalan remaja
27.417 0.000
Linear
Berdasarkan hasil uji linearitas dari tabel diatas menunjukkan bahwa semua hubungan antar variabel bersifat linear karena memiliki
taraf signifikansi kurang dari 0,05 p0.05.
3. Uji Hipotesis
Teknik uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis koefisien korelasi Pearson Pearson Correlation dalam
program SPSS 16.0 for windows. Teknik ini dipilih karena data gaya kelakatan dan kenakalan remaja termasuk ke dalam distribusi normal
dan linear
Tabel 4.7: Uji Hipotesis Variabel
r Sig.
Ket.
Gaya kelekatan amanKenakalan remaja -0.276
0.001 Diterima
Gaya kelekatan menghindarKenakalan remaja
0.332 0.000
Diterima
Gaya kelekatan cemasKenakalan remaja 0.419
0.000 Diterima
. Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa semua hubungan antarvariabel memiliki taraf signifikansi p 0,05. Hasil perhitungan
tersebut menunjukkan bahwa koefisien korelasi r antara gaya kelekatan aman secure dengan kenakalan remaja sebesar -0,276.
Koefisien korelasinya tergolong rendah dan bernilai negatif Sarwono, 2006 dengan taraf signifikansi sebesar 0,001 p 0,05.. Oleh karena
itu, dapat dilihat bahwa ada hubungan negatif antara gaya kelekatan aman secure dengan kenakalan remaja. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi gaya kelekatan aman secure, maka semakin rendah kenakalan ramaja.
Koefisien korelasi r antara gaya kelekatan cemas ambivalent dengan kenakalan remaja sebesar 0.332. Koefisien korelasinya
tergolong sedang dan bernilai positif Sarwono, 2006 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 p 0,05. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa gaya kelekatan cemas ambivalent memiliki korelasi positif yang signifikan dengan kenakalan remaja. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi kecenderungan remaja memiliki gaya kelekatan cemas ambivalent, maka semakin tinggi juga
kenakalan remaja. Koefisien korelasi r antara gaya kelekatan menghindar avoidant
dengan kenakalan remaja sebesar 0.419. Koefisien korelasinya tergolong sedang dan bernilai positif Sarwono, 2006 dengan taraf
signifikansi sebesar 0,000 p 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa gaya kelekatan menghindar avoidant memiliki korelasi positif
yang signifikan dengan kenakalan remaja. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kecenderungan remaja memiliki
gaya kelekatan menghindar avoidant, maka semakin tinggi juga kenakalan remaja.
Selain itu, dalam penelitian ini juga akan melihat gaya kelekatan yang manakah yang lebih berhubungan dengan kenakalan remaja.
Oleh karena itu, dilakukan analisis tambahan menggunakan analisis varians atau anova. Suatu kelompok dapat dinyatakan memiliki beda
apabila memiliki nilai p0,05, atau hipotesis nol ditolak apabila memiliki nilai p0,05 Santoso, 2010.
Tabel 4.8: Tabel uji beda gaya kelekatan
Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kenakalan remaja pada masing-masing gaya kelekatan. Hal tersebut
terlihat dari nilai signifikansi P = 0,146 0,05. Ketiga gaya kelekatan yaitu gaya kelekatan aman, gaya kelekatan menghindar, dan gaya
kelekatan cemas memiliki hubungan dengan kenakalan remaja, tidak ada yang lebih kuat memiliki hubungan atau yang lemah memiliki
hubungan.
ANOVA
Kenakalan Remaja
Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
446.777 2
223.389 2.002
.146 Within Groups
5579.524 50
111.590 Total
6026.302 52