32
perilaku. Keadaan ini memungkinkan remaja untuk mudah dipengaruhi hal-hal yang positif maupun negatif Singgih, 2004.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada remaja memasuki tahap operasional formal yang ditandai dengan kemampuan untuk
berpikir abstrak, idealis, dan logis. Selain itu, cara berpikirnya dengan hypothetico-deductive reasoning, yaitu membuat perencanaan,
memecahkan masalah secara sistematis, dan melakukan pengetesan terhadap solusi yang diambil Singgih, 2004. Akan tetapi ada hal yang
dapat mengganggu fungsi kognitif, yaitu adanya egosentrisme dalam berpikir atau pola pikirnya masih berorientasi pada diri sendiri. Elkind
dalam Papalia, 2001 menjelaskan salah satu bentuk egosentrisme ini sebagai imaginary audience, yaitu remaja akan merasa diperhatikan oleh
orang lain dan menjadi pusat perhatian. Selain itu, adanya personal fable, yaitu merasa memiliki pribadi yang unik, berbeda dengan orang lain
sehingga remaja memiliki keyakinan bahwa ia tidak akan mati walaupun ngebut di jalan atau mencoba narkoba bahkan tidak akan hamil jika
melakukan hubungan seks. Jadi berdasarkan uraian definisi diatas, remaja dapat diartikan
sebagai individu berusia 12-23 tahun yang dalam perkembangannya sedang mengalami masa transisi dari anak-anak ke remaja sehingga
mengalami berbagai macam perubahan, seperti biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
33
D. Dinamika Hubungan Antara Gaya Kelekatan dengan Kenakalan
Remaja
Masa remaja dikenal sebagai masa perkembangan transisi antara anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
dan sosial-emosional. Menurut G Stanley Hall dalam Santrock,2003 remaja adalah masa antara usia 12 sampai 23 tahun dan penuh dengan
topan dan tekanan. Topan dan tekanan storm and stress adalah konsep Hall tentang remaja sebagai masa goncangan yang ditandai dengan adanya
konflik dan perubahan suasana hati. Selain itu, masa remaja adalah masa yang rentan terhadap berbagai masalah, sehingga terkadang remaja gagal
dalam menjalankan perkembangannya. Kegagalan remaja biasanya akan menghantarkan remaja melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang
yang biasa disebut dengan kenakalan remaja Kartono, 2005. Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma,
aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa. Adapun jenis kenakalan remaja
menurut Jensen Sarwono, 2002, yaitu kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, kenakalan yang menimbulkan korban materi,
kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di fisik orang lain, dan kenakalan yang melawan status.
Kenakalan remaja dapat terjadi dari beberapa faktor, seperti faktor keluarga, faktor sekolah, dan lingkungan sosial atau masyarakat yang
secara potensial dapat membentuk perilaku kenakalan remaja Wilis,
34
1981. Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Hal ini disebabkan lingkungan keluarga merupakan tempat remaja
pertama kali menjalin interaksi sosial dengan orang-orang di sekitarnya. Keluarga merupakan lingkungan primer setiap individu sebelum mengenal
lingkungan yang lebih luas. Selain itu, kenakalan remaja dapat terjadi karena anak-anak yang
kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua sehingga merasa tidak aman dan kehilangan tempat untuk berlindung Kartono,
1986. Oleh karena itu, dibutuhkan kelekatan sebagai fungsi adaptif untuk menyediakan dasar rasa aman terhadap remaja agar dapat mengekplorasi
dan menguasai lingkungan baru serta dunia sosial yang semakin luas dan dalam kondisi psikologis yang sehat. Selain itu, kelekatan juga dapat
membantu remaja dari kecemasan dan kemungkinan perasaan tertekan atau ketegangan emosi yang berkaitan dengan transisi dari masa kanak-
kanak menuju ke masa dewasa. Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang
dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang tua yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua Mc
Cartney dan Dearing, 2002. Kelekatan yang dibentuk pada masa kanak- kanak sangat berpengaruh terhadap masa dewasa karena akan berpengaruh
terhadap perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, kelekatan bersifat spesifik dan mengikat mereka dalam suatu hubungan yang dekat yang
bersifat kekal sepanjang waktu. Selain itu, kelekatan merupakan