commit to user 4.
Stage of The Stress Response Pada tahap ini individu mengalami kekacauan emosional yang
akut, seperti sedih, cemas, marah, dan panik. Mekanisme pertahanan diri yang digunakan menjadi tidak adekuat, fungsi-
fungsi kognisi menjadi kurang terorganisasikan dengan baik, dan pola-pola neuroendokrin serta sistem syaraf otonom bekerja terlalu
aktif. Berdasarkan uraian di atas mekanisme terjadinya stress kerja
akibat pekerjaan duduk monoton adalah berawal dari kurangnya variasi gerakan dalam duduk monoton. Kurangnya variasi mengkibatkan
gangguan fisik dan mental, gangguan fisik berupa kelelahan otot pada bagian tertentu akibat dari asam laktat yang trakumulasi pada bagian
tertentu. Sedangkan kelelahan mental atau gejala psikologi ditandai dengan munculnya perasaan kebosanan yang berasal dari kejenuhan
dalam melakukan pekerjaan yang tidak terjadi perubahan dalam waktu yang lama. Gejala nyata dari tidak dapat dikelolanya kelelahan mental
adalah timbulnya stress kerja pada tenaga kerja.
4. Faktor Penyebab Terjadinya Stress
Menurut Tarwaka 2010 bahwa perbedaan reaksi antara individu tersebut sering disebabkan karena faktor psikologis dan sosial yang dapat
merubah dampak stressor bagi individu. Faktor-faktor tersebut antara lain:
commit to user a.
Kondisi individu, seperti; umur, jenis kelamin, temperamental, generik, intelegencia, pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain.
b. Ciri kepribadian; introvert atau ekstrovert, tingkat emosional,
kepasrahan, kepercayaan diri, dan lain-lain. c.
Sosial-kognitif, seperti; dukungan sosial, hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya.
d. Strategi untuk menghadapi setiap stress yang muncul.
Adapun faktor –faktor yang mempengaruhi stress antara lain :
a. Faktor dari individu, yang terdiri dari :
1 Usia
Peran faktor usia memberikan respon terhadap situasi yang potensial menimbulkan stress kerja. Tenaga kerja yang usianya
sudah lanjut 60 tahun kemampuan dalam beradaptasinya menurun karena adanya penurunan fungsi organ di dalam
tubuhnya. Penelitian pada kelompok usia lebih dari 40 tahun dan di bawah 40 tahun, dengan indikator adrenalin dan tekanan darah,
mendapatkan hasil bahwa kelompok usia 40 tahun lebih rentan dalam menghadapi stress kerja Adila, 2009.
2 Jenis Kelamin
Jenis kelamin berpengaruh terhadap stress yang ditimbulkan akibat pekerjaan. Akibat pembangunan nasional banyak wanita
yang menjadi tenaga kerja karena mereka menghadapi tuntutan untuk memenuhi kebutuhan rumah tanggaAnoraga. 2009.
commit to user 3
Status gizi Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri kesehatan yang
baik, sehingga tenaga kerja yang produktif terwujud. Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja
dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya
Budiono, dkk, 2003. Pada keadaan gizi buruk, dengan beban kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi dan
ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit sehingga mempercepat timbulnya kelelahan. Status gizi seseorang dapat
diketahui melalui nilai IMT Indeks Massa Tubuh. 4
Kondisi Kesehatan Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi stress, antara
lain; penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan darah tinggi dan tekanan darah rendah.
5 Keadaan Psikologis
Manusia bekerja bukan seperti mesin, karena manusia juga mempunyai perasaan-perasaan, pemikiran-pemikiran, harapan-
harapan dan kehidupan sosialnya. Hal tersebut berpengaruh pula pada keadaan dalam pekerjaan. Faktor ini dapat berupa sifat,
motivasi, hadiah-hadiah, jaminan keselamatan dan kesehatannya, upah dan lain-
lain Suma‟mur P.K., 1996. Faktor psikologi memainkan peran besar, karena penyakit dan kelelahan itu dapat
commit to user timbul dari konflik mental yang terjadi dilingkungan pekerjaan,
akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja Budiono, dkk, 2003.
6 Konflik Peran
Supaya menghasilkan performan yang baik, karyawan perlu mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk
dikerjakan serta scope dan tanggungjawab dari pekerjaan mereka. Saat tidak ada kepastian tentang definisi kerja dan apa yang
diharapkan dari pekerjaannya akan timbul konflik peran. 7
Peran Ganda Pada pekerja wanita akan timbul peran ganda dalam melakukan
pekerjaannya sehingga akan menimbulkan dilema pada tenaga kerja. Yaitu sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga
Anoraga, 2009 b.
Faktor Dari Luar 1
Beban kerja Beban kerja merupakan pembangkit stress yang lebih lanjut,
beban kerja yang terlalu banyak, atau terlalu sedikit, dan monoton menyebabkan kebosanan, atau ketidakpuasan. Seorang tenaga
kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungan dengan beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban
fisik, atau mental, atau sosial. Namun sebagai persamaan yang umum, mereka hanya mampu memikul beban pada suatu berat
commit to user tertentu. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan,
pengalaman, ketrampilan, motivasi dan lain sebagainya. Semakin meningkatnya beban kerja, maka konsumsi oksigen akan
meningkat secara
proporsional sampai
didapat kondisi
maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan oleh kandungan
oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik. Akibatnya adalah manifestasi rasa lelah yang ditandai dengan
meningkatnya kandungan asam laktat Nurmianto, 2003. 2
Faktor hubungan kerja Hubungan tidak baik antara karyawan ditempat kerja adalah
faktor yang potensial sebagai penyebab terjadinya stress di tempat kerja. Kecurigaan antar pekerja, kurangnya komunikasi,
ketidaknyamanan dalam melakukan pekerjaan merupakan tanda- tanda adanya stress akibat kerja Tarwaka dkk, 2004
3 Intrinsik pekerjaan
Menurut Tarwaka 2010 bahwa intrinsik pekerjaan meliputi lingkungan fisik pekerjaan yaitu:
a Kebisingan
b Vibrasi
c Higiene
d Iklim kerja
commit to user e
Kerja gilir. Penelitian menunjukkan bahwa kerja gilir dapat menimbulkan stress. Hal ini disebabkan karena gangguan
pada ritme sirkardian tidur atau daur keadaan bangun, pada suhu dan pengeluaran adrenalin
f Penghadapan terhadap risiko atau bahaya. Pada saat para
pekerja melihat risiko atau bahaya berkaitan dengan pekerjaan sebagai pembangkit stress, maka makin besar
kesadaran akan bahaya makin besar pula rasa kecemasan. 4
Organisasi kerja a.
Waktu kerja dan waktu istirahat Menurut Undang Undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjan, Pasal 77 waktu kerja adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam satu
minggu atau 8 jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 5 hari kerja dalam satu minggu
b. Rotasi kerja
Menurut Sutrisno 2009 bahwa rotasi kerja adalah perpindahan pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi yang
memiliki tingkat level yang sama dari posisi pekerjaan sebelum mengalami pindah kerja. Rotasi dilakukan untuk
menghindari kejenuhan tenaga kerja pada rutinitas pekerjaan yang terkadang membosankan serta memiliki fungsi tujuan
commit to user lain supaya seseorang dapat menguasai dan mendalami
pekerjaan lain di bidang yang berbeda pada suatu perusahaan. Menurut Gibson dkk 1996, penyebab stress kerja ada 4 yaitu :
1 Lingkungan fisik
Penyebab stress kerja dari lingkungan fisik berupa; cahaya, suara, iklim kerja, dan udara terpolusi.
2 Individual
Tekanan individual sebagai penyebab stress kerja terdiri dari: konflik peran, peran ganda, beban kerja berlebih, tidak adanya
kontrol, tanggung jawab dan kondisi kerja. 3
Kelompok kerja Keefektifan setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan di
antara kelompok. Karakteristik kelompok menjadi stresor yang kuat bagi beberapa individu. Ketidakpercayaan dari mitra pekerja
secara positif berkaitan dengan peran ganda yang tinggi, yang membawa pada kesenjangan komunikasi diantara orang-orang dan
kepuasan kerja yang rendah. Atau dengan kata lain adanya hubungan yang buruk dengan kawan, atasan, dan bawahan.
4 Organisasi
Adanya desain struktur organisasi yang jelek, politik yang jelek dan tidak adanya kebijakan khusus
Stress kerja secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dari dalam individu itu sendiri dan faktor eksternal. Faktor
commit to user internal dari dalam individu meliputi usia, jenis kelamin, status gizi,
kondisi kesehatan, keadaan psikologis, konflik peran, peran ganda. sedangkan faktor dari luar pekerjaan antara lain beban kerja, lingkungan
kerja, hubungan kerja, dan organisasi kerja.
5. Gejala Stress Kerja