commit to user a.
Stress sebagai stimulus, stress sebagai variabel bebas menitik beratkan lingkungan sekitarnya sebagai stressor.
b. Stress sebagai respon, stress sebagai variabel tergantung
memfokuskan pada reaksi tubuh terhadap stressor
3. Mekanisme Terjadinya Stress Kerja
Andreas 2010 mengembangkan konsep yang dikenal dengan Sindrom Adaptasi Umum General Adaptation Syndrome yang
menjelaskan bila seseorang pertama kali mengalami kondisi yang mengancamnya, maka mekanisme pertahanan diri defence mechanism
pada tubuh diaktifkan. Kelenjar-kelenjar tubuh memproduksi sejumlah adrenalin cortisone dan hormon-hormon lainnya serta mengkoordinasikan
perubahan-perubahan pada sistem saraf pusat. Jika tuntutan-tuntutan berlangsung terus, mekanisme pertahanan diri berangsur-angsur akan
melemah, sehingga organ tubuh tidak dapat beroperasi secara adekuat. Jika reaksi-reaksi tubuh kurang dapat berfungsi dengan baik, maka hal itu
merupakan awal munculnya penyakit “gangguan adaptasi”. Penyakit- penyakit tersebut muncul dalam bentuk maag, serangan jantung, tekanan
darah tinggi, atau keluhan-keluhan psikosomatik lainnya. Menurut AERO 2003, proses stress dalam tubuh melalui 3 fase :
a. Fase I; reaksi kewaspadaan alarm reaction pada fase ini seluruh
sistem dirubah menjadi keadaan siaga, perubahan fisiologis yang terjadi menyebabkan kulit tampak pucat dan terasa dingin, berdebar-debar,
commit to user darah mengalir cepat dan bersiap untuk lari atau melawan ancaman
yang ada. Fase ini tidak berlangsung lama. b.
Fase II; reaksi pertahanan resistance reaction, pada fase ini tubuh mengerahkan seluruh daya tahannya untuk mengadakan perlawanan
terhadap faktor-faktor yang menyebabkan stress, tubuh berusaha melakukan adaptasi terhadap stress yang terjadi, akan tetapi daya tahan
tubuh terbatas. Dalam fase ini daya tahan sudah naik di atas daya tahan normal, dan apabila stress terjadi terus menerus dan berat maka akan
berlanjut ke fase III. c.
Fase III; reaksi kelelahan exhaustion reaction pada fase ini terjadi kelelahankeletihan sehingga adaptasi yang baru dibangun runtuh. Daya
tahan tubuh melemah, energi untuk adaptasi habis, dan fase ini berkaitan dengan terganggunya kesehatan individu.
Lazarus dan Launier dalam Andreas 2010 mengemukakan tahapan- tahapan proses stress sebagai berikut :
1. Stage of Alarm
Individu mengidendentifikasi suatu stimulus yang memba- hayakan. Hal ini akan meningkatkan kesiapsiagaan dan
orientasinyapun terarah kepada stimulus tersebut 2.
Stage of Appraisals Individu mulai melakukan penilaian terhadap stimulus yang
mengenainya. Penilaian ini dipengaruhi oleh pengalaman- pengalaman individu yang bersangkutan.
commit to user Tahapan penilaian ini dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Primary Cognitive Appraisal
Primary Cognitive Appraisal adalah proses mental yang berfungsi mengevaluasi suatu situasi atau stimulus dari sudut
implikasinya terhadap individu, yaitu apakah menguntungkan, merugikan, atau membahayakan individu yang bersangkutan.
b. Secondary Cognitive Appraisal
Secondary Cognitive Appraisal adalah evaluasi terhadap sumber daya yang dimiliki individu dan berbagai alternatif
cara untuk mengatasi situasi tersebut. Proses ini dipengaruhi oleh pengalaman individu pada situasi serupa, persepsi
individu terhadap kemampuan dirinya dan lingkungannya serta berbagai sumberdaya pribadi dan lingkungan.
3. Stage of Searching for a Coping Strategy
Konsep “coping” diartikan sebagai usaha-usaha untuk mengelola tuntutan-tuntutan
lingkungan dan
tuntutan internal
serta mengelolah konflik antara berbagai tuntutan. Tingkat kekacauan
yang dibangkitkan oleh satu sumber stres stresor akan menurun jika individu memiliki antisipasi tentang cara mengelola atau
menghadapi stresor , yaitu dengan menerapkan strategi „coping‟
yang tepat. Strategi yang akan digunakan ini dipengaruhi oleh pengalaman atau informasi yang dimiliki individu serta konteks
situasi dimana stres berlangsung.
commit to user 4.
Stage of The Stress Response Pada tahap ini individu mengalami kekacauan emosional yang
akut, seperti sedih, cemas, marah, dan panik. Mekanisme pertahanan diri yang digunakan menjadi tidak adekuat, fungsi-
fungsi kognisi menjadi kurang terorganisasikan dengan baik, dan pola-pola neuroendokrin serta sistem syaraf otonom bekerja terlalu
aktif. Berdasarkan uraian di atas mekanisme terjadinya stress kerja
akibat pekerjaan duduk monoton adalah berawal dari kurangnya variasi gerakan dalam duduk monoton. Kurangnya variasi mengkibatkan
gangguan fisik dan mental, gangguan fisik berupa kelelahan otot pada bagian tertentu akibat dari asam laktat yang trakumulasi pada bagian
tertentu. Sedangkan kelelahan mental atau gejala psikologi ditandai dengan munculnya perasaan kebosanan yang berasal dari kejenuhan
dalam melakukan pekerjaan yang tidak terjadi perubahan dalam waktu yang lama. Gejala nyata dari tidak dapat dikelolanya kelelahan mental
adalah timbulnya stress kerja pada tenaga kerja.
4. Faktor Penyebab Terjadinya Stress