Dari hasil penelitian didapatkan tipe perforasi yang paling banyak dijumpai adalah perforasi subtotal sebanyak 17 telinga 33,3, kemudian
perforasi sentral sebanyak 13 telinga 25,5, perforasi atik sebanyak 11 telinga 21,6, dan perforasi total sebanyak 10 telinga 19,6.
Tabel 5.7. Distribusi Telinga Penderita OMSK Berdasarkan Jenis Ketulian
Jenis Ketulian Jumlah
Konduktif Sensorineural
Campuran 27
9 15
53 17,4
29,4 Total
51 100
Dari hasil penelitian didapatkan jenis ketulian konduktif sebanyak 27 telinga 53, tuli sensorineural sebanyak 9 telinga 17,4, dan tuli campuran
sebanyak 15 telinga 29,4.
5.1.3. Hasil Analisis Data Tabel 5.8. Hubungan Jenis OMSK dengan Jenis Ketulian
Jenis OMSK
Jenis Tuli Konduktif
Sensorineural Campuran Total
Benigna 23
45.1 6
11,8 2
3.9 31
60.8 Maligna
4 7.8
3 5,9
13 25.5
20 39.2
Total 27
52.9 9
17,6 15
29,4 51
100 X
2
= 21,043, df = 2, p 0,001 Dari hasil penelitian didapatkan penderita OMSK tipe benigna yang
menderita tuli konduktif sebanyak 23 telinga, tuli sensorineural sebanyak 6 telinga, dan tuli campuran sebanyak 2 telinga. Penderita OMSK tipe maligna yang
menderita tuli konduktif sebanyak 4 telinga, yang menderita tuli sensorineural
sebanyak 3 telinga dan yang menderita tuli campuran sebanyak 13 telinga. Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p 0,001. Nilai p
yang lebih kecil dari derajat kepercayaan yang ditentukan yaitu p 0,05 menyebabkan ditolaknya hipotesis nol, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara jenis OMSK dengan jenis ketulian.
Tabel 5.9. Hubungan Jenis OMSK dengan Derajat Ketulian
Jenis OMSK
Derajat Tuli Ringan Sedang Sedang
Berat Berat
Total Benigna
12 23.5
12 23.5
2 3.9
5 9.8
31 60.8
Maligna 3
5.9 2
3.9 11
21.6 4
7.8 20
39.2 Total
15 15
14 27.5
13 25.5
9 17.6
51 100
X
2
= 17,318, df = 3, p = 0,001
Dari hasil penelitian didapatkan penderita OMSK tipe benigna menderita tuli derajat ringan yaitu 12 telinga, yang menderita tuli derajat sedang sebanyak
12 telinga, tuli derajat sedang berat sebanyak 2 telinga dan tuli derajat berat sebanyak 5 telinga. Ketulian derajat sedang berat paling banyak dijumpai pada
OMSK tipe maligna, yaitu sebanyak 11 telinga, kemudian tuli derajat berat sebanyak 4 telinga, tuli derajat ringan sebanyak 3 telinga dan tuli derajat sedang
sebanyak 2 telinga. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p = 0,001 p 0,05, sehingga dapat dinyatakan terdapat
hubungan yang bermakna antara jenis OMSK yang diderita pasien dengan derajat ketulian.
Tabel 5.10. Hubungan Lama Sakit dengan Jenis Ketulian
X
2
= 17,359, df = 2, p 0,001
Dari hasil penelitian didapatkan penderita OMSK yang telah berlangsung selama kurang dari 10 tahun menderita tuli konduktif sebanyak 19 telinga,
sementara tuli sensorineural dan tuli campuran masing-masing sebanyak 1 telinga dan 2 telinga. Pasien OMSK yang telah berlangsung lebih dari 10 tahun paling
banyak menderita tuli campuran yaitu sebanyak 13 telinga, kemudian tuli konduktif sebanyak 8 telinga, dan tuli sensorineural sebanyak 8 telinga. Hasil uji
hipotesis dengan menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p 0,001 p 0,05 , sehingga dapat dinyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara lamanya
sakit yang diderita oleh pasien OMSK dengan jenis ketulian.
Tabel 5.11. Hubungan Lama Sakit dengan Derajat Ketulian
Lama Sakit Derajat Tuli
Ringan Sedang Sedang Berat
Berat Total
10 tahun 19
37.3 1
2 2
3.9 2
3.9 22
43.1 10 tahun
8 15.7
8 15.7
13 25.5
7 13.7
29 56.9
Total 27
52.9 9
17.6 15
29.4 9
17.6 51
100 X
2
= 10,891, df = 3, p = 0,012 Dari hasil penelitian didapatkan penderita OMSK yang berlangsung
kurang dari 10 tahun paling banyak menderita tuli sedang sebanyak 10 telinga, Lama Sakit
Jenis Tuli Konduktif Sensorineural Campuran Total
10 tahun 19
37.3 1
2 2
3.9 22
43.1 10 tahun
8 15.7
8 15.7
13 25.5
29 56.9
Total 27
52.9 9
17.6 15
29.4 51
100
tuli derajat ringan sebanyak 8 telinga, tuli derajat sedang berat 2 telinga dan tuli derajat berat sebanyak 2 telinga. Sementara pasien OMSK yang telah berlangsung
selama lebih dari 10 tahun paling banyak menderita tuli derajat sedang berat sebanyak 11 telinga, tuli derajat ringan dan berat berjumlah sama sebanyak 7
telinga, dan tuli derajat sedang sebanyak 4 telinga. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan Chi Square didapatkan nilai p =
0,012 p 0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara lama sakit dengan derajat ketulian.
Tabel 5.12. Hubungan Tipe Perforasi dengan Jenis Ketulian
Tipe Perforasi
Jenis Tuli Konduktif
Sensorineural Campuran
Total Sentral
8 15.7
4 7.8
1 2
13 25.5
Subtotal 15
29.4 2
3.9 17
33.3 Total
3 5.9
7 13.7
10 19.6
Atik 1
2 3
5.9 7
13.7 11
21.6 Total
27 52.9
9 17.6
15 29.4
51 100
Dari hasil penelitian didapatkan pasien OMSK dengan tipe perforasi sentral menderita tuli konduktif sebanyak 8 telinga, tuli sensorineural sebanyak 4
telinga, tuli campuran sebanyak 1 telinga. Pada perforasi subtotal ketulian konduktif dan sensorineural ditemukan dengan jumlah masing-masing 15 dan 2
telinga dan tidak ditemukan tuli campuran. Pasien dengan perforasi total menderita tuli konduktif dan tuli campuran dengan jumlah masing-masing 3
telinga dan 7 telinga, namun tidak ditemukan tuli sensorineural. Ditemukan tuli campuran sebanyak 7 telinga dan tuli sensorineural sebanyak 3 telinga pada
perforasi atik, sementara tuli konduktif ditemukan hanya 1 telinga. Tabel ini tidak memenuhi syarat untuk diuji hipotesisnya dengan
menggunakan Chi-Square, sehingga dilakukan penggabungan sel menjadi bentuk 2x3 dan didapatkan tabel sebagai berikut :
Tabel 5.13. Modifikasi Tabel Hubungan Tipe Perforasi dengan Jenis Ketulian
Tipe Perforasi
Jenis Tuli Konduktif Sensorineural Campuran Total
Sentral dan Subtotal
23 45.1
6 11.8
1 2
30 58.8
Total dan Atik
4 7.8
3 5.9
14 27.5
21 41.2
Total 27
52.9 9
17.6 `15
29.4 51
100 X
2
= 24,882, df = 2, p 0,001 Setelah dilakukan penggabungan sel, tabel ini telah memenuhi syarat
untuk diuji dengan menggunakan Chi Square dan didapatkan nilai p 0,001 p 0,05, sehingga dapat dinyatakan adanya hubungan yang bermakna antara tipe
perforasi timpani dengan jenis ketulian.
Tabel 5.14. Hubungan Tipe Perforasi dengan Derajat Ketulian
Tipe Perforasi
Derajat Tuli Ringan Sedang
Sedang Berat
Berat Total Sentral
8 15.7
2 3.9
1 2
2 3.9
13 25.5
Subtotal 3
5.9 9
17.6 3
5.9 2
3.9 17
33.3 Total
1 2
1 2
6 11.8
2 3.9
10 19.6
Atik 3
5.9 2
3.9 3
5.9 3
5.9 11
21.6 Total
15 29.4
14 27.5
13 25.5
9 17.6
51 100
Dari hasil penelitian derajat ketulian ringan paling banyak ditemukan pada perforasi sentral yaitu sebanyak 8 telinga, disusul derajat ketulian sedang
sebanyak 2 telinga, tuli derajat berat sebanyak 2 telinga dan ketulian sedang berat sebanyak 1 telinga. Pada perforasi subtotal paling banyak ditemukan tuli derajat
sedang sebanyak 9 telinga, tuli derajat ringan dan sedang berat berjumlah sama yaitu 3 telinga dan tuli derajat berat sebanyak 2 telinga. Pada OMSK perforasi
total, tuli derajat sedang berat ditemukan sebanyak 6 telinga dan masing-masing satu telinga untuk tuli derajat ringan dan sedang, sementara tuli derajat berat
sebanyak 2 telinga. Ditemukan masing-masing 3 telinga untuk ketulian ringan, sedang berat, dan berat pada perforasi atik, sedangkan untuk tuli derajat sedang
ditemukan 2 telinga. Tabel 5.13. tidak memenuhi syarat untuk diuji hipotesisnya dengan
menggunakan Chi Square, sehingga tabel terlebih dahulu diubah menjadi bentuk 2x4 dan didapatkan tabel sebagai berikut :
Tabel 5.15. Modifikasi Tabel Hubungan Tipe Perforasi dan Derajat Ketulian
Tipe Perforasi
Derajat Tuli Ringan Sedang Sedang
Berat Berat Total
Sentral dan Subtotal
11 21.6
11 21.6
4 7.8
4 7.8
30 58.8
Total dan Atik
4 5.8
3 5.9
9 17.6
2 9.8
21 41.2
Total 15
29.4 14
27.5 13
25.5 9
17.6 51 100
X
2
= 8,55, df = 3, p = 0,036 Setelah dilakukan penggabungan tabel menjadi bentuk 2x4, tabel telah
memenuhi syarat untuk diuji hipotesisnya dengan menggunakan Chi- Square. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan Chi- Square didapatkan nilai p = 0,036
p 0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan bermakna antara tipe perforasi dengan derajat ketulian.
5.2. Pembahasan 5.2.1. Distribusi Penderita berdasarkan Jenis Kelamin