5.2.8. Hubungan Jenis OMSK dengan Jenis Ketulian
Tabel 5.8. menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara jenis OMSK dengan jenis ketulian dengan nilai p 0,001 p 0,05. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Tala 2010, Kaur, Sonkhya, dan Bapna 2009 di Jaipur dan de Azevedo et al. 2007 di Brazil, juga mendapatkan adanya hubungan antara
jenis OMSK dengan jenis ketulian. Patogenesis terjadinya ketulian sensorineural dan campuran dapat
dijelaskan oleh beberapa pendapat ahli. De Azevedo et al. 2007 di Brazil menghubungkan lamanya keluhan telinga berair dengan keterlibatan telinga
dalam. Ia menjelaskan bahwa toksin yang diproduksi oleh bakteri pada sekret purulen yang kronis akan menimbulkan proses inflamasi yang akan menyebabkan
peningkatan permeabilitas fenestra cochleae, hal ini akan menyebabkan mudahnya penetrasi toksin ke dalam koklea dan merusak hair cell dan akan
bermanifestasi sebagai gangguan konduktifitas saraf. Guo et al. 1994 dalam Kaur, Sonkhya, dan Bapna 2009 menjelaskan bahwa efek lipopolisakarida,
komponen dinding sel bakteri gram negatif, akan merusak stria vascularis sehingga menyebabkan ketidakseimbangan komposisi ion dalam endolimfe yang
akan menyebabkan gangguan bangkitan impuls listrik pada saraf.
5.2.9. Hubungan Jenis OMSK dengan Derajat Ketulian
Tabel 5.9. menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara jenis OMSK dengan derajat ketulian dengan nilai p = 0,001 p 0,05. Hasil ini sama
dengan hasil yang didapatkan oleh Tala 2010 di Medan yang menemukan hubungan yang serupa. Jenis OMSK tipe maligna cenderung menghasilkan derajat
ketulian yang lebih parah. Hal ini disebabkan karena OMSK tipe maligna cenderung disertai dengan terbentuknya jaringan granulasi, edema, kolesteatoma,
yang akan menyebabkan erosi tulang pendengaran Islam et al., 2010. Prinsip pemeriksaan air conduction pada audiometri, memaparkan gelombang suara dari
telinga luar hingga ke telinga dalam, dengan terbentuknya kondisi patologis yang menyertai OMSK tipe maligna, gelombang suara akan mengalami gangguan
konduktifitas yang akan bermanifestasi sebagai peningkatan derajat ketulian.
5.2.10. Hubungan Lama Sakit dengan Jenis Ketulian