5.2.3. Distribusi OMSK berdasarkan Jumlah Telinga yang Terlibat
Pada tabel 5.3. dijumpai OMSK bilateral lebih banyak dibandingkan OMSK unilateral yaitu sebanyak 54,5. Ibekwe, Nwaorgu, dan Ijaduola 2009 di
Nigeria menunjukkan hal yang berbeda, dimana ditemukan OMSK unilateral adalah yang terbanyak, yaitu sebesar 75,9. Penelitian sebelumnya yaitu Rambe
di Medan 2002 juga mendapatkan penderita OMSK unilateral lebih banyak daripada OMSK bilateral yaitu sebesar 64. Islam et al. 2010 di Bangladesh
menemukan jumlah OMSK bilateral dan unilateral yang hampir sama,dimana OMSK unilateral sebanyak 51,5. Proses infeksi pada OMSK adalah infeksi
yang bersifat lokal, tidak ada penyebaran dari satu fokus infeksi yang berasal dari satu telinga ke telinga lainnya. Berdasarkan hal ini jumlah telinga yang akan
terlibat oleh infeksi juga tidak dapat diprediksikan, bisa satu telinga saja atau bahkan keduanya.
5.2.4. Distribusi OMSK berdasarkan Jenis OMSK
Pada Tabel 5.5. didapatkan jenis OMSK yang terbanyak adalah OMSK tipe benigna sebanyak 46,3. Suryanti di Surabaya 2003 dalam Tala 2010
mendapatkan tipe OMSK terbanyak adalah tipe benigna sebanyak 75,36. Albert di India 2005 dalam Tala 2010, juga mendapatkan tipe OMSK terbanyak
adalah tipe benigna yaitu sebanyak 50,6. OMSK tipe benigna merupakan kelainan yang didahului oleh disfungsi
tuba berupa gangguan ventilasi dan gangguan fungsi mukosiliari akan menyebabkan gangguan drainase sekret dari telinga tengah ke nasofaring, yang
akan menyebabkan infeksi berulang pada telinga tengah dan akan berujung pada OMSK Tewfik et al., 2011. Kelainan fungsi tuba, banyak ditemukan pada anak-
anak disebabkan karena bentuk anatomisnya yang belum sempurna. Oleh sebabnya, pada penelitian ini OMSK yang paling banyak ditemukan adalah yang
berada pada kelompok umur 12-20 tahun dengan tipe benigna. OMSK tipe maligna pada dasarnya terbentuk akibat adanya fokus infeksi
berupa kolesteatoma. Secara epidemiologis insidensi kolesteatoma hanya sebesar 9,2 kasus per 100.000 orang Kemppainen et al., 1999, sementara penelitian
Baig, Asmal, Saeed, dan Fatima 2011 di Rawalpindi, menemukan dari 160 pasien yang dianalisanya hanya 10,63 yang mengalami kolesteatoma.
Kolesteatoma dapat bersifat kongenital akibat gangguan migrasi epitel skuamosa di dalam tulang temporal, dapat juga didapatkan secara primer yang terjadi akibat
retraksi pars flaksid ke telinga tengah dan dapat juga didapatkan secara sekunder akibat perforasi membran timpani yang menyebabkan terperangkapnya epitel
skuamosa di telinga tengah. Proses ekspansi kolesteatoma ini akan menyebabkan erosi tulang pendengaran, menyebabkan defek pada telinga tengah, dan bertindak
sebagai fokus infeksi yang dapat menyebabkan penyebaran infeksi ke telinga dalam Roland et al., 2012.
5.2.5. Distribusi OMSK berdasarkan Lama Sakit
Pada Tabel 5.4. didapatkan penderita OMSK terbanyak adalah penderita yang telah mengalami keluhan lebih dari 10 tahun, yaitu sebesar 43,3. Hal yang
sama juga dijumpai oleh Kaur, Sonkhya, dan Bapna 2001 di Jaipur dan Maharjan et al. 2009 di Nepal yang mendapatkan penderita OMSK yang
terbanyak adalah penderita yang proses OMSK-nya telah berlangsung lebih dari 10 tahun dengan jumlah yang sama yaitu 62. Islam et al. 2010 di Bangladesh
mendapatkan jumlah penderita OMSK kurang dari 10 tahun sebanyak 50,5. Hal yang berbeda didapatkan oleh Kasliwal, Joshi, dan Pareeket 2001 di Malaysia,
yang mendapatkan lama sakit kurang dari 10 tahun adalah yang terbanyak, yaitu sebanyak 77,2. Gejala OMSK yang bersifat subjektif dan variatif dimulai dari
keluar cairan, berbau, gatal, nyeri, dan pendengaran yang terganggu, dapat diinterpretasikan secara berbeda oleh pasien, akibatnya pasien yang kurang
terganggu dengan keluhan tersebut akan berkurang kesadarannya untuk mencari pelayanan kesehatan.
5.2.6. Distribusi Penderita OMSK Berdasarkan Tipe Perforasi