Baig, Asmal, Saeed, dan Fatima 2011 di Rawalpindi, menemukan dari 160 pasien yang dianalisanya hanya 10,63 yang mengalami kolesteatoma.
Kolesteatoma dapat bersifat kongenital akibat gangguan migrasi epitel skuamosa di dalam tulang temporal, dapat juga didapatkan secara primer yang terjadi akibat
retraksi pars flaksid ke telinga tengah dan dapat juga didapatkan secara sekunder akibat perforasi membran timpani yang menyebabkan terperangkapnya epitel
skuamosa di telinga tengah. Proses ekspansi kolesteatoma ini akan menyebabkan erosi tulang pendengaran, menyebabkan defek pada telinga tengah, dan bertindak
sebagai fokus infeksi yang dapat menyebabkan penyebaran infeksi ke telinga dalam Roland et al., 2012.
5.2.5. Distribusi OMSK berdasarkan Lama Sakit
Pada Tabel 5.4. didapatkan penderita OMSK terbanyak adalah penderita yang telah mengalami keluhan lebih dari 10 tahun, yaitu sebesar 43,3. Hal yang
sama juga dijumpai oleh Kaur, Sonkhya, dan Bapna 2001 di Jaipur dan Maharjan et al. 2009 di Nepal yang mendapatkan penderita OMSK yang
terbanyak adalah penderita yang proses OMSK-nya telah berlangsung lebih dari 10 tahun dengan jumlah yang sama yaitu 62. Islam et al. 2010 di Bangladesh
mendapatkan jumlah penderita OMSK kurang dari 10 tahun sebanyak 50,5. Hal yang berbeda didapatkan oleh Kasliwal, Joshi, dan Pareeket 2001 di Malaysia,
yang mendapatkan lama sakit kurang dari 10 tahun adalah yang terbanyak, yaitu sebanyak 77,2. Gejala OMSK yang bersifat subjektif dan variatif dimulai dari
keluar cairan, berbau, gatal, nyeri, dan pendengaran yang terganggu, dapat diinterpretasikan secara berbeda oleh pasien, akibatnya pasien yang kurang
terganggu dengan keluhan tersebut akan berkurang kesadarannya untuk mencari pelayanan kesehatan.
5.2.6. Distribusi Penderita OMSK Berdasarkan Tipe Perforasi
Tabel 5.6. menunjukkan tipe perforasi yang paling banyak dijumpai adalah perforasi subtotal, yaitu sebanyak 25,4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Tala 2010 di Medan mendapatkan tipe perforasi total adalah bentuk yang
terbanyak, yaitu sebesar 56,2. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, Wajdi 2000 di Medan dalam Tala 2010 mendapatkan perforasi sentral adalah
bentuk perforasi membran timpani yang terbanyak yaitu sebesar 50, begitu juga dengan Rambe di Medan 2002 juga mendapatkan perforasi sentral adalah bentuk
perforasi membran timpani yang terbanyak yaitu 60,6. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Islam et al. 2010 di Bangladesh mendapatkan tipe
perforasi sentral adalah bentuk tersering, sebanyak 26,7 . Bentuk perforasi yang menyertai OMSK tipe benigna umumnya perforasi
sentral, subtotal, dan total, sementara perforasi yang terjadi pada OMSK tipe maligna terjadi pada daerah marginal atau atik yang sering menyebabkan kantung
retraksi yang dalam sehingga membentuk kolesteatoma Ludman, 2007; Roland et al., 2012. Bentuk perforasi yang ditemukan pada penelitian ini sejalan dengan
tipe OMSK yang paling banyak ditemukan yaitu OMSK tipe benigna.
5.2.7. Distribusi Penderita OMSK Berdasarkan Jenis Ketulian
Tabel 5.7. menunjukkan jenis ketulian yang terbanyak adalah tuli konduktif sebanyak 40,3. Tala 2010 di Medan juga mendapatkan tuli
konduktif sebagai bentuk ketulian terbanyak pada OMSK yaitu sebanyak 62,5. Rambe 2002 di Medan mendapatkan tuli konduktif juga merupakan bentuk yang
paling sering, yaitu sebanyak 79,8. Hasil yang didapatkan oleh Islam et al. 2010 di Bangladesh juga mendapatkan tuli konduktif adalah bentuk yang
tersering pada OMSK, yaitu sebanyak 80,8. Allabasi, Alsaimary dan Najim 2010 di Irak juga mendapatkan tuli konduktif sebagai bentuk yang terbanyak
yaitu 55,5. Bentuk ketulian konduktif adalah bentuk yang paling sering dijumpai
dengan perforasi membran timpani adalah patogenesis dasar yang akan mengganggu proses konduksi gelombang suara. Bentuk ketulian yang lain
merupakan hasil interaksi dari berbagai hal, termasuk jenis OMSK, lama sakit, dan tipe perforasi, yang akan berujung pada keterlibatan telinga dalam.
5.2.8. Hubungan Jenis OMSK dengan Jenis Ketulian