5.2.10. Hubungan Lama Sakit dengan Jenis Ketulian
Tabel 5.10. menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara lama sakit dengan jenis ketulian dengan nilai p 0,001 p 0,05. Hal serupa
didapatkan oleh Tala 2010 di Medan, Kaur, Sonkhya, dan Bapna 2009 di Jaipur, Kasliwal, Joshi, dan Pareeket 2001 di Malaysia, dan Sari dan Samiharja
1999 dalam Tala 2010 di Semarang. Proses inflamasi pada telinga tengah akan disertai dengan peningkatan permeabilitas fenestra cochleae, yang akan
memudahkan penetrasi toksin bakteri ke telinga dalam De Azevedo et al., 2007. Penatalaksanaan yang kurang sempurna dan kurangnya kesadaran masyarakat
untuk mencari pengobatan akan menyebabkan durasi penyakit semakin panjang, sehingga toksin bakteri yang masuk ke telinga dalam akan semakin banyak dan
kerusakan telinga dalam semakin parah.
5.2.11. Hubungan Lama Sakit dengan Derajat Ketulian
Tabel 5.11. menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara lama sakit dengan derajat ketulian dengan nilai p = 0,012 p 0,05. Maharjan et al.
2009 di Nepal, Kasliwal, Joshi, dan Pareeket 2001 di Malaysia juga mendapatkan hal yang serupa. Semakin lama proses OMSK berlangsung, keadaan
patologis di telinga tengah berupa edema, jaringan granulasi dan erosi tulang pendengaran akan semakin parah. Membran fenestra cochleae merupakan suatu
membran semipermeabel yang dapat melewatkan material toksin dan menyebabkan perubahan biokimia pada endolimfe dan perilimfe serta destruksi
Organ of Corti, semakin lama proses ini berlangsung, destruksi bagian telinga dalam akan semakin parah sehingga memperberat derajat ketulian Kasliwal,
Joshi, dan Pareeket, 2001.
5.2.12. Hubungan Tipe Perforasi dengan Jenis Ketulian
Tabel 5.12. menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tipe perforasi dengan jenis ketulian dengan nilai p 0,001 p 0,05. Hasil yang
sama juga didapatkan oleh Tala 2010 dan Rambe 2002 di Medan. Variasi
jenis ketulian pada berbagai tipe perforasi ini disebabkan oleh salah satu komplikasi OMSK, yaitu kolesteatoma.
Tipe perforasi atik dan marginal lebih sering membentuk kantung retraksi yang dalam sehingga lebih sering mengalami pembentukan kolesteatoma Rout et
al., 2012. Aktifitas osteoklastik akibat sekresi TNF- α, interleukin-2 oleh
kolesteatoma, akan menyebabkan erosi ke struktur intra dan ekstra temporal termasuk ke telinga dalam, sehingga menyebabkan tuli sensorineural.
Perforasi sentral sering melibatkan insersi maleus sehingga akan menyebabkan gangguan stabilitas tulang pendengaran dan menyebabkan tuli
konduktif Rout et al., 2012; Maharjan et al., 2009.
5.2.13. Hubungan Tipe Perforasi dengan Derajat Ketulian