30 Inti yang utama dalam tatanan kehidupan masyarakat Batak Toba ini adalah marga sesuai
dengan garis keturunan ayah patrilienal, selain itu juga status perkawinan.Marga ini tidak hanya sekedar berfungsi dalam adat, tapi lebih daripada itu, marga berkembang sebagai alat
pemersatu terutama bagi orang Batak yang berada di perantauan. Dalam diri orang Batak, adat diberlakukan terhadap dirinya melalui fase – fase, yakni
mulai ia lahir, menikah dan meninggal dunia. Ini adalah prosesi adat yang paling mudah ditandai pada masyarakat Batak Toba.Dalam masyarakat Batak Toba umumnya berlaku sekitar sistem
kekerabatan dan sistem religi, dan kedua sistem ini berpengaruh kepada sistem mata pencaharian, kesenian dan sistem teknologi :
1. Sistem Kekerabatan Dalam Masyarakat Batak Toba
Pertama sekali yang dilakukan Orang Batak Toba dalam menentukan sistem Kekerabatan dan peraturannya adalah dengan berdasarkan alur asal – usul marga. Hal ini mencakup induk
marga dan pada posisi marga ke berapa dari anak – anak margaia berasal, hal ini adalah letak dasar tutur orang yang bersangkutan terhadap orang yang dijumpainya.
Asal – usul marga ini tidak bisa berpisah dari asal – usul orang Batak. Orang Batak dahulu sebelum masuknya Kristen percaya bahwa nenek moyang mereka berasal atau lahir
sebagai keturunan langsung dari Debata Raja Mulajadi Na Bolon yaitu Si Raja Batak dengan istrinya Si Boru Deak Parujar yang konon mereka diserahi tugas untuk menciptakan bumi
dengan segala isinya. Setelah selesai, kemudian mereka menuju satu desa bernama Sianjurmulamula yang terletak di lereng gunung Pusuk Bukit.Dari tempat inilah Orang Batak
menyakini bermulanya seluruh marga Orang Batak dari keenam subsuku Batak yang telah disebutkan diatas.Walaupun pada saat ini kita mengenal keanekaragaman marga dalam seluruh
Universitas Sumatera Utara
31 subsuku Batak, namun tetapi diyakini bahwa mereka semua berawal dari satu
keturunan.Memang ada versi – versi yang beredar, namun semua versi – versi ini belum dapat dipastikan kebenarannya, sebab memang ada marga Orang Batak Toba yang juga ditemui
sebagai marga pada masyarakat Batak Karo, seperti marga Pasaribu di Batak Toba, dikenal juga marga Kacaribu di Tanah Karo.
Marga memiliki fungsi yang penting dalam menapaki tali – temali kekerabatan. Dengan mengetahui margaakan dapat ditelusuri hubungan si pembicara dengan lawan bicaranya.
Kebiasaan seperti ini di dalam masyarakat Batak martarombo atau martutur Tagor, 2006:30. Pentingnya marga-marga dalam menapaki tali – temali kekerabatan ini dapat dilihat lewat
ungkapan berikut ini : Tiniptip sanggar bahen huru-huran
Jolo sinungkun marga asa binoto partuturan dikerat batang pimping untuk membuat sangkar. Terlebih dahulu ditanyakan marga
Agar diketahui hubungan kekerabatan Dengan bekal marga ini seseorang bisa menelusuri hubungan kekerabatannya, baik lewat
penapakan hubungan darah maupun perkawinan atau lewat perkawinan pada generasi lampau atau sekarang. Bagi Orang Batak berlaku ungkapan yang berbunyi :sada tumatok hite, luhut
marhitehonsa, artinya satu orang yang membuat jembatan, tapi semua orang bisa menggunakannya. Maksudnya adalah seorang menjalin tali persaudaraan dengan ikatan
perkawinan, maka seluruh famili dari orang pertama menjadi kerabat demikian sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
32 Sistem kekerabatan yang diterapkan dalam sistem sosial masyarakat Batak Toba juga
dilakukan dengan menggunakan marga ibu namun setelah menggunakan marga ayah. Bagi seorang Batak Toba , bila menjumpai atau berkenalan dengan seorang Batak Toba yang lain
yang marganya sama dengan marga ibunya, maka spontan ia akan memanggil dengan sebutan tulang atau paman.
Sistem kekerabatan seperti ini masih tetap berlangsung sampai saat ini. Penerapannya kemungkinan besar tidak mungkin akan berubah, sebab dalam dasarnya setiap kehidupan orang
Batak Toba sepertinya tidak dapat dipisahkan dari adat-istiadat yang dimilikinya.
2. Hubungan Dalam Sistem Kekerabatan