Parulian Hutabarat Tiur Sihite

65 Beliau memandang tidak ada yang salah dengan pernikahan tanpa adat, yang terpenting pasangan tersebut dapat mempertanggungjawabkan pilihannya terhadap manusia terhadap Tuhan hanya.Beliau sangat menyakini tidak ada kendala yang lebih rumit selama semua didasarkan pada Tuhan.Kendala terbesar dalam kehidupan rumahtangga orang Batak adalah ketika menomorduakan Tuhan. Kendala yang akan terjadi manalaka kepentingan adat lebih diutamakan dibandingkan kehidupan religinya.

4. Parulian Hutabarat Tiur Sihite

Bapak Parulian berusia 55 tahun Ibu Sihite berusia 52 tahun, beliau telah menikah selama 25 tahun dan dikaruniai dengan 4 orang anak. Mereka sekeluarga tinggal di jalan Balai Desa.Pemberkatan pernikahan tanpa adat pada saat ini sudah semakin banyak ditemukan, masyarakat Batak lebih banyak memilih hanya pemberkatan gereja tanpa harus memasukkan acara adat.Beliau menjelaskan hal ini disebabkan berdasarkan keterangan dari berbagai pihak keluarga yang pernah beliau jumpai lebih kepada penghindaran alasan materi dan beliau salah satu menjalankan alasan ini dalam mangalua.Orang Batak mengakui bahwa dalam setiap acara adat banyak hal yang harus diperhatikan, dan banyak syarat yang harus dijalani. Salah satu syarat dalam adat Batak ini terlewatkan akan memunculkan salah paham yang akan rumit dalam penyelesaiannya, contohnya dalam adat Batak ada yang namanya parjambaran hak-hak yang harus diterima oleh pihak tertentu, bila dalam pembagiannya dan penyerahannya tidak tepat maka akan terjadi ketegangan yang berkepanjangan dalam kekeluargaan. Beliau menjelaskan dan mengakui dalam beberapa hal dalam paradaton orang Batak, beliau kurang sepakat. Beliau berpendapat pernikahan itu tidak dinilai seberapa jauh ia menjalankan paradaton, tetapi lebih kepada sah atau tidaknya pernikahan itu secara agama. Universitas Sumatera Utara 66 Beliau berpendapat tidak ada masalah bagi seseorang yang melakukan pernikahan tanpa adat, yang terpenting sejauh mana mau bertanggung jawab menjaga kesucian pernikahannya Menurut beliau tingkatan sosial dalam masyarakat itu dilihat dari kepemilikan anak laki- laki dalam suatu keluarga dalam masyarakat Batak Toba.Ada suatu kedudukan yang setingkat lebih tinggi bila dibandingkan dengan keluarga dimana tidak mempunya anak laki-laki. Pendapat beliau dengan mempunyai anak laki-laki maka secara otomatis ia lah yang akan menurunkan gelar atau marga orangtua nya bapak. Ini lah yang menjadi alasan mengapa anak laki-laki penting dalam masyarakat batak

B. Tokoh Adat 1.

Saut Simanjuntak Beliau berusia 66 tahun yang beralamat di jalan Turi Amplas dengan perkerjaan sebagai pedagang grosiran yang dilakukan dirumah. Beliau adalah seorang raja adat yang sudah dikenal oleh masyarakat sekitar.Beliau lebih dikenal dengan istilah”raja parhata”. Beliau dipercayakan masyarakat menjadi “ raja parhata” semenjak beliau aktif dalam berbagai arisan marga-marga di lingkungan tempat tinggalnya, hingga pada akhirnya dikenal oleh masyarakat. Beliau sudah menjadi “ raja parhata” semanjak 1993, dan kemampuannya ini tidak bisa dipungkiri berasal dari ayah beliau yang semasa hidupnya dipercayakan masyarakat menjadi “ raja parhata”. Adat Batak merupakan sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba, adat Batak Toba bukanlah penyembahan berhala, adat Batak merupakan kesatuan, kesetiaan dan kasih dalam keluarga. Perceraian, penyelewengan dan poligami sangat ditabukan dalam adat Batak. Orang Batak selalu menekankan tarombo atau silsila dalam masyarakat dengan sesama sukunya, maksudnya adalah silsila dalam adat Batak dipakai untuk mengajarkan hasil kesatuan, saling menghormati, Universitas Sumatera Utara 67 mengasihi dan tolong menolong, melalui tarombo ini mereka disadarkan bahwa mereka bersaudara dan saling terkait dalam kekerabatan keluarga dan Kesadaraan bahwa mereka bersaudara. Kesadaran bahwa mereka bersaudara akan dorongan mereka untuk saling mengasihi dan menghormati serta tolong menolong. Pembagian dari startifikasi dalam masyarakat Batak Toba sama seperti narasumber sebelumnya bahwa yang menduduki tingkat tertinggi dalam masyarakat adat Batak Toba dari dahulu hingga sekarang ada pada seorang raja parhata.Dimana mereka mengambil peran sebagai penceramah pada setiap acara pesta adat.Indikator hanya dilihat dari kemampuan seseorang dalam memahami suatu adat Batak menjadi syarat pengolongan mereka sebagai raja parhata.Menurut beliau kepemilikan materi berupa uang, barang berharga maupun tanah tidak menjadi ukuran untuk dapat menduduki jabatan tersebut.Raja Parhata digolongkan pada golongan atas disebabkan kemampuannya dalam masalah adat Batak Toba, sementara pada lapisan tengah atau Middle Class menurut beliau ditempati oleh Parpesta ini dikarenakan segala sesuai termaksud biaya dalam suatu pesta ada pada keluarga yang melaksanakan pesta adat, sedangkan pada Low Class ditempatkan pada orang yang menjadi melayani atau pendukung dalam berlangsungnya suatu pesta atau dalam bahasa bataknya disebut parhobas dimana tugas mereka adalah untuk melayani tamu undangan. Beliau juga mengungkapkan ada tiga syarat dalam masyarakat Batak Toba dalam menentukan kedudukan seseorang dalam masyarakat Batak toba yaitu hagabeon, hamoraon dan hasangapon. Perundingan pembiayaan sinamot menurut beliau ada dilakukan, yang dimana masing- masing utusan dari kedua belah pihak yakni pihak parboru pihak calon pengantin perempuan dan pihak paranak pihak calon pengantin laki-laki bertemu untuk merundingkan ancar-ancar mas kawin yang akan diserahkan pihak laki-laki kepada pihak perempuan, dan sebaliknya berupa Universitas Sumatera Utara 68 ulos yang akan diserahkan kepada pihak laki-laki. Hasil mufakat sewaktu marhusip ini dicatat oleh masing-masing utusan yang menjadi bahan penting pada acara marhata sinamot.Pentingnya suatu adat Batak Toba dilakukan dalam acara pernikahan bertujuan untuk mempererat tali silahturahmi antara kedua belah pihak itu menjadi alasan sangat pentingnya adat Batak Toba tadi. Pada dasarnya memang adat Batak itu menurut beliau harus menghabiskan biaya yang tidak sedikit, dimana pihak laki-laki menyediakan lauk daging babi babikambinglembu dan tuak na tonggi nira, sedang pihak perempuan menyediakan nasi dan ikan mas dimana kedua pasangan menyediakan dalam porsi yang cukup besar. Hubungan kekeluargaan bila pasangan mangalua atau kawin lari menurut beliau baik saja dan biasa dengan masyarakat Batak Toba yang melaksanakan acara adat pernikahan. Menurut beliau banyak wanita Batak menginginkan pasangannya yang mempunya kedudukan atau status sosial lebih tinggi dari pada pasangannya mengingat pihak laki-laki membutuhkan biaya yang sangat besar dalam pembiayaan berlangsungnya acara adat. Lebih lanjut lagi beliau menjelaskan, fungsi adat Batak dalam keberlangsungan hidup orang Batak sangat berperan aktif dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam membimbing orang kepada sikap yang lebih bijaksana, sopan dan bersekutu dengan baik, menghambat orang supaya tidak melakukan kejahatan. Walaupun pada kenyataannya sudah banyak masyarakat Batak yang menikah tanpa prosesi adat dengan berbagai macam alasan. Beliau menjelaskan bahwa orang Batak lebih memilih tanpa prosesi adat sebenarnya kebanyakan karena banyaknya kasus kehamilan di luar nikah married by accidient sehingga pernikahan itu dilakukan dengan terburu-buru dan lebih menutup agar tidak diketahui khalayak ramai. Universitas Sumatera Utara 69 Beliau memandang pernikahan itu sangat sakral, dan akan lebih sakral bila pernikahan itu direstui oleh semua pihak dan bila pernikahan itu bisa jadi sarana silahturahmi bagi setiap orang. Dalam hal ini, suatu pernikahan akan terlihat lebih suci dan lebih hormat lagi bila dalam pelaksanaannya memasukkan unsur adat di dalamnya, dengan satu syarat, adat itu dimasukkan apabila tidak memberatkan bagi semua pihak keluarga. Pernikahan tanpa prosesi adat beliau menjelaskan bahwa suatu hal yang sudah biasa ditemukan sekarang ini, karena hal yang disebabkan oleh masyarakat Batak yang semakin kritis terhadap adat yang mengikatnya. Disamping itu dari keterangan yang didapat oleh beliau, banyak lebih memilih perkawinan tanpa adat kerena faktor ekonomi, karena sangat dipercayai bahwa dalam suatu pesta adat orang Batak membutuhkan dana yang cukup besar. Alasan ini membuat banyak masyarakat Batak tidak siap dalam pelaksanaan prosesi adat dalam pernikahan. Pendekatan yang dilakukan beliau terhadap keluarga-keluarga yang melakukan pernikahan tanpa adat hanya nasehat dan menjelaskan bagaimana adat itu berfunngsi dalam kehidupan Batak itu sendiri, dan lebih kepada contoh-contoh yang bisa langsung dapat dilihat oleh pelaku dalam prilaku kehidupan masyarakat yang menjalankan adat dengan yang tidak. Kendala langsung yang dihadapi keluarga yang menikah tanpa adat tidak bisa dipastikan, tetapi lebih kepada ketika keluarga ini menghadapi masalah oknum adat tidak bisa langsung membantu, hanya lebih kepada penonton 2.L. Lumbangaol Beliau adalah seorang Pegawai negeri yang bekerja di kantor Kelurahan Timbang Deli Amplas, beliau tinggal dijalan turi amplas dan ditempat beliau tinggal memulai karir sebagai “ raja parhata” yang pada akhirnya melekat sebutan sebagai “raja adat” pada dirinya. Beliau Universitas Sumatera Utara 70 menjelaskan stratifikasi masih dikenal dalam adat Batak Toba.Kedudukan tertinggi dalam adat Batak Toba adalah seseorang yang bisa menyesuaikan atau menuturi adat Batak raja parhata.Staratifikasi masih dijalankan hingga saat ini karena adat masih masih berlaku tata caranya dari jaman dahulu sampai dahulu sampai saat ini. Beliau mengatakan bahwa stratifikasi sosial masih berlaku saat ini dalam masyarakat Batak Toba.Dimana lapisan teratas diduduki oleh seorang raja parhatapengetua, disebut sebagai lapisan tertinggi dikarenakan mereka mengetahui silsila orang yang melangsungkan suatu pesta adat. Dalam indikator seseorang menduduki lapisan tertinggi, beliau menjelaskan hanya syarat utamanya adalah jika seorang mampu mengetahui secara detail dan pasti unsur adat Batak Toba dari jaman dahulu, “opu si jolo jolo tubu di ihut ton jolma naparpudi “ dimana nenek moyang dahulu sebagai pembentuk dari pada adat Batak diikuti orang sampai sekarang, jika ada seorang yang mampu mengikuti jejak-jejak hukum adat dahulu dialah yang diangkat menjadi raja parhata. Pergeseran indikator menduduki lapisan sosial tertinggi dalam Batak Toba tidak ada sampai saat ini.Beliau dengan tegas menjelaskan bahwa Seseorang yang mengerti dan mengetahui lebih dalam Batak Toba itu menjadi raja parhata dan syarat itu sampai sekarang masih dipergunakan. Selain itu beliau juga mengungkapkan ada 3 hal yang menentukan kedudukan seseorang dalam adat Batak yaitu :hagabeon, hamoraon dan hasangapon.Hagabeon adalah kebahagiaan dalam keturunan artinya keturunan memberi harapan hidup, karena keturunan itu ialah suatu kebahagiaan yang tak ternilai bagi orang tua, keluarga dan kerabat. Dengan adanya keturunan terkhusus anak laki-laki maka secara otomatis keluarga itu berhasil dalam meneruskan nama generasi ayah atau marga, hal ini dikarenakan anak laki-laki membawa nama marga orangtuanya. Kalau hanya perempuan saja dan tidak memiliki anak laki-laki maka belum Universitas Sumatera Utara 71 dikatakan hagabeon.harus lengkap memiliki anak laki-laki dan perempuan. Kehadiran anak laki- laki karena laki-laki adalah penerus marga-marga adapun asal-usul nenek moyang yang terus dipakai dibelakang nama turunan marga itu sejak nenek moyang sampai saat ini. Kekayaan hamoraon adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang.Kekayaan selalu identik dengan harta kekayaan dan anak. Tanpa anak akan merasa tidak kaya, walaupun banyak harta, seperti diungkapkan bahwa :Anakkonhido hamoraon diahu anakku adalah harta yang paling berharga bagi Selain itu menurut beliau ada dikenal hasagapon dimana kedudukan seseorang yang dimiliki didalam lingkungan masyarakat ini dikarenakan bahwa untuk mencapai hasangapon seseorang harus terlebih dahulu berketurunan gabe dan memiliki kekayaan mora. Orang kaya tetapi tidak memiliki keturunan kurang dihormati dan tidak mempunyai kewenangan dalam upacara-upacara adat karena hanya orangkaya dan keturunan yang dipandang mampu dan layak memberikan restu kepada orang lain. Orang yang banyak keturunan menurut beliau tapi miskin juga belum dikategoriakan sebagai tidak terhormat karena seseorang dihormati apabila memiliki keturunan juga.Hasangapon merupakan status tertinggi dalam kehidupan orang Batak Toba karena di dalam hasangapon sudah terdapat hamoraon dan hagabeon Dalam penentuan sinamot mahar nikah ada perundingan kedua belah pihak laki-laki dan perempuan.Bila terjadi perselisihan dalam penentuan sinamot maka kedua belah pihak melakukan perdamaian.Dalam menjalankan kehidupan kedua pasangan suami istri tidak selamanya menjalankan kehidupan bersama tanpa ada masalah sedikitpun, bila masalah tidak terselesaikan tidak menutup kemungkinan sepasang suami istri untuk bercerai.Bila terjadi perceraian tidak ada tutuntutan pembayaran kembali kepada pihak yang dirugikan atau yang Universitas Sumatera Utara 72 diceraikan. Prosedur pembayaran sinamot yaitu harus disertai dengan tulang, pariban, pangabarai dan todoan .Beliau menjelaskan Pentingnya pernikahan dengan disertai adat Batak sangat penting dimana untuk menjalin hubungan antara kedua belah pihak keluarga. Biaya pernikahan Batak Toba sangat tinggi, disebutkan demikian karena banyak pengeluaran biaya dalam mahar, biaya pesta, membeli hewan untuk kepentingan pesta dan biasanya diiringin musik dengan menyewa tempat hal ini membutuhkan biaya yang tinggi. Faktanya mengenai tinggi rendahnya sinamot bila dilihat dari status sosial seorang wanita beliau menjelaskan bahwa akan secara otomatis pihak keluarga akan menaikkan mahar yang tinggi pula. Dalam penyelenggara perkawinan bila orangtua bapak diantara kedua belah pihak telah meninggal dunia abang dari bapaknya yang menjadi penanggung jawab penyelenggaraan pernikahan. Pasangan suami istri yang telah mangalua diwajibkan untuk mangadati dimana alasannya mangadati itu utang, karena anak dari pasangan mangalua suatu saat nanti menikah tidak bisa melakukan perkawinan secara adat langsung, hal ini dikarenakan orangtuanya belum dibayar utang adat kepada pihak keluarga ibunyatulangnya.Dalam prosedur mangalua tidak ada, melainkan kalau ada rasa suka diantara muda-mudi namun tidak disetujui orangtua maka tindakan mereka untuk mangalua. Untuk mendekatkan diantara keluarga kedua belah pihak dilakukan pertemuan yang dilangsungkan dikediaman diantara kedua belah pihak secara bergantian dengan istilah Batak nya disebut mangkatahatai. Bila pasangan pria wanita telah terjalin suatu sebagai ikatan mereka bertukaran cincin. Universitas Sumatera Utara 73 Beliau memberi tanggapan yang sangat santai terhadap orang Batak yang melakukan pernikahan tanpa adat, beliau mengatakan bahwa hal itu adalah pilihan yang bebas bagi setiap orang Batak. Banyak alasan bagi orang Batak untuk melakukan pernikahan tanpa adat, antara lain yang paling utama adalah faktor ekonomi, faktor keadaan, dan lain sebagainya. Ketika orang Batak melakukan pernikahan tanpa adat, bukanlah suatu masalah yang besar, hal itu sudah lumrah adanya. Bila pernikahan itu dilakukan tanpa adat, setidaknya ada keuntungan maupun kerugian yang akan dihadapi. Ketika seorang Batak memilih pernikahan tanpa adat dengan alasan tertentu, maka adat pun tidak akan adil dalam proses penyelesaian masalah yang ada nantinya dalam kehidupan rumahtangganya. Tetapi beliau sangat menyesalkan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang Batak masa kini, terutama pemuda dan orangtua yang telah banyak menyepelekan adat Batak.Beliau menjelaskan banyak pemuda Batak sekarang ini tidak menghargai keberadaan adat itu sendiri, mereka berpendapat adat Batak itu terlalu rumit dan butuh banyak biaya dan sebagainya, padahal yang sebenarnya adalah bukan karena itu. Beliau memaparkan bahwa pemuda Batak sekarang ini sudah semakin menipis moralnya, adat itu tidak diakui saat ini, kerena pergaulan bebas, yang semuanya ingin bebas tanpa ada kontrol sosial.Masyarakat ingin lebih merdeka tanpa ada keterikatan dengan apapun termasuk keterikatan masyarakat dengan adatnya.Pernikahan terjadi tanpa adat bila ditelisik lebih lanjut kebenarannya adalah karena semakin maraknya pergaulan bebas beliau menjelaskan. Beliau mengatakan hal yang harus dilakukan sebagai seorang generasi penerus Batak adalah dengan pengenalan-pengenalan dan pendekatan-pendekatan serta memberikan contoh tentang bagaimana fungsi adat itu berperan dalam kehidupan sehari-hari, seperti apa adat dalam Universitas Sumatera Utara 74 mengikat masyarakat yang sebenarnya. Demikian hal yang bisa dilakukan untuk keluarga yang melakukan pernikahan tanpa adat agar mereka lebih memiliki pertimbangan-pertimbangan yang lebih mapan dalam memulai kehidupan rumahtangganya kelak.

4.7 Prosesi Adat Dalam Perkawinan Masyarakat Batak Toba