Masyarakat Batak Toba Masyarakat Batak

25 tinggal di wilayah itu. Tentang dari mana asal, bagaimana sampai di sana, dianggap suatu spekulasi yang mungkin besar, tapi mungkin juga salah. Menurut Antonius 2006:18 suku Batak terbagi dalam berbagai sub suku yang didasarkan atas pemakaian bahasa Batak yang mempunyai perbedaan di antara masing-masing sub suku, yaitu 1 Batak Karo di bagian utara Danau Toba di tanah Batak pusat dan di utara Padang Lawas, 4 Batak Simalungun di timur Danau Toba, 5 Batak Angkola Mandailing di Angkola, Sipirok, Padang Lawas Tengah dan Sibolangit bagian selatan. Sianipar 1991 menyatakan bahwa masyarakat Batak Toba adalah masyarakat marga, sehingga dalam kegiatannnya tidak dapat meninggalkan keterlibatan marga. Dalam masyarakat Batak norm umum dipakai untuk keperluan umum, namun keperluan adat masyarakat Batak menggunakan norma dan adat istiadat orang Batak. Dalam masyarakat Batak terdapat marga yang diikuti susunan silsilah orang Batak yang disebut tarombo silsilah.Hubungan sosial kemasyarakatan orang Batak tidak dapat berjalan tanpa marga dan tarombo silsilah.Marga dan tarombosilsilah memudahkan hubungan sosial antara orang Batak dimanapun berada.

3. Masyarakat Batak Toba

Masyarakat Batak Toba sebagai salah satu suku bangsa di bumi Indonesia memiliki tatanan sosial kemasyarakatan yang disebut dalihan na tolu. Pengaruh dan cengkeramannya sudah sedemikian mendalam sehingga tidak salah menyebutkan orang Batak sebagai masyarakat dalihan na tolu. dalihan na tolu sudah menjadi warisan orang Batak. Dalihan Na Tolu artinya tungku berkaki tiga, ketiga kaki tungku melambangkan pengakuan atas adanya pembagian masyarakat Batak dalam tiga kelompok utama.Pembagian inilah yang menjadi struktur kemasyarakatan bagi orang-orang Batak Toba.Ketiga kelompok Universitas Sumatera Utara 26 tersebut terdiri dari dongan sabutuha, yaitu orang-orang yang berasal dari satu marga. Misalnya Situmeang, Lumban Tobing, Sinaga, Situmorang, Simamora, dan sebagainya. Karena pernikahan diantara sesama marga dilarang dan dianggap tabu incest, maka pernikahan antar marga merupakan perilaku yang diterima atau kelaziman.Sebagai akibat pernikahan tersebut, maka timbullah secara bersamaan kelompok hula-hula, yaitu marga asal istri dan borumarga asal suami. Tanpa pernikahan antar marga maka hula-hula dan boru tidak akan timbul. Dengan timbulnya kelompok tersebut, terciptalah struktur sosial masyarakat yang baku, dimana ketiga kelompok tersebut bergerak, berhubungan selaras, seimbang dan teguh dalam suatu tatanan masyarakat. Dengan kata lain ketiga kelompok tersebut selalu berinteraksi antar kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Antara pribadi dari kelompok yang satu dengan kelompok lainnya dan juga diantara pribadi dengan pribadi di dalam kelompok sendiri.Selain struktur sosial, pengelompokan tersebut juga menetapkan fungsi sosial dari setiap kelompok. Dengan demikian akan ditemukan tiga fungsi sosial, yaitu fungsi sosial sebagai boru. Ketiga fungsi tersebut terus berinter relasi dan berinteraksi kedalam dan keluar kelompok sehingga dalihan na tolu tersebut dikategorikan sebagai sistem yang sempurna.Rajamarpodan, 1992:127 Dalihan Na Tolu tidak hanya sekedar menetapkan struktur sosial dan fungsi sosial masyarakat Batak tetapi juga menetapkan sikap dan perilaku yang patut ditampilkan oleh setiap kelompok.Manat atau berhati-hati merupakan sikap terhadap dongan sabutuha.Somba atau hormat merupakan sikap yang patut ditampilkan terhadap hula-hula dan elek atau lemah lembut merupakan sikap yang patut ditampilkan terhadap boru.Penjabaran dan pelaksanaan ketiga sikap tersebut telah dituangkan partuturan atau sistem kekerabatan orang Batak. Universitas Sumatera Utara 27 Partuturan telah menggariskan identifikasi seseorang berdasarkan fungsinya serta menetapkan kata panggilan kekerabatan yang akan dipakai. Kemudian sistem kekerabatan tersebut juga menetapkan jenjang dan tata sopan santun didalam kekerabatan dalam masyarakat Batak. Demikianlah garis besar asal mula timbulnya inspirasi pembentukan tatanan sosial masyarakat Batak Toba yang bertumbu diatas tiga kelompok dalihan na tolu. Tua-tua generasi pendahulu telah menjadikan dalihan na tolu.Tersebut sebagai kerangka dasar acuan dan pijakan tetanan sosial bagi keturunannya.Mereka telah berhasil melakukan sebuah tatanan sosial yang diterima dan dipedomani dengan sadar oleh masyarakat Batak Toba dari generasi ke generasi hingga sekarang. Hal itu membuktikan bahwa tatanan sosial dalihan na tolu masih tetap dianggap layak dan berguna untuk diberlakukan atau relevan sebagai panduan dan pedoman pergaulan hidup Masyarakat Batak. Adat untuk perkawinan, kelahiran dan kematian

4. Masyarakat Batak di Perantauan