Masyarakat Batak di Perantauan

27 Partuturan telah menggariskan identifikasi seseorang berdasarkan fungsinya serta menetapkan kata panggilan kekerabatan yang akan dipakai. Kemudian sistem kekerabatan tersebut juga menetapkan jenjang dan tata sopan santun didalam kekerabatan dalam masyarakat Batak. Demikianlah garis besar asal mula timbulnya inspirasi pembentukan tatanan sosial masyarakat Batak Toba yang bertumbu diatas tiga kelompok dalihan na tolu. Tua-tua generasi pendahulu telah menjadikan dalihan na tolu.Tersebut sebagai kerangka dasar acuan dan pijakan tetanan sosial bagi keturunannya.Mereka telah berhasil melakukan sebuah tatanan sosial yang diterima dan dipedomani dengan sadar oleh masyarakat Batak Toba dari generasi ke generasi hingga sekarang. Hal itu membuktikan bahwa tatanan sosial dalihan na tolu masih tetap dianggap layak dan berguna untuk diberlakukan atau relevan sebagai panduan dan pedoman pergaulan hidup Masyarakat Batak. Adat untuk perkawinan, kelahiran dan kematian

4. Masyarakat Batak di Perantauan

Masyarakat Batak pada zaman penjajahan yang paling banyak pergi merantau di kalangan orang Batak ke daerah-daerah lain di Indonesia adalah Batak Mandailing.Hal ini dapat dimengerti karena pendidikan sekolah membuka yang membuka mata penduduk lebih dulu tertanam di Tapanuli Selatan daripada di Tapanuli Utara.Sesudah zaman penjajahan mulailah mengalir para petani Batak Toba ke daerah perkebunan di dataran rendah Sumatera Utara. Mereka bekerja sama dengan orang Jawa bekas buruh perkebunan dan membuka areal pertanian. Para petani asal Toba terdapat juga di Aceh Tenggara. Selain sebagai pegawai, banyak juga pengusaha kecil dan buruh swasta, seperti supir angutan kota, pedagang kaki lima parengge- rengge ikut merantau ke kota-kota Sumatera dan Jawa Siahaan, 1982:41-44 Pada umumnya masyarakat Batak Toba di perantauan selalu mendirikan perhimpunan marga, khususnya untuk keperluan adat. Urgensi dari perhimpunan marga ini adalah memelihara Universitas Sumatera Utara 28 nilai-nilai yang terkandung dalam nalihan na tolu tungku nan tiga. Karena urusan marga yang terpenting ialah upacara perkawinan.Marga di sini seolah-olah masih turunan satu ayah karena sebagai turunan satu leluhur tidak boleh mengawini. Sesuai dengan prinsip itulah, apabila timbul keretakan di dalam rumah tangga, yang diresmikan perkawinannya menurut adat nalihan na tolu tungku nan tiga, maka patut dicampuri oleh para pengetua adat dalam marga itu untuk mencegah sedapat mungkin perceraian. Upacara perkawinan yang diadakan oleh masyarakat Batak Toba di perantauan adalah berdasarkan prinsip dalihan na tolu tungku nan tiga, sama seperti di bona pasogit kampung halaman, yaitu seluruh masyarakat Batak Toba adalah bagaikan keluarga besar, ada dongantubu teman satu marga, ada boru penerima gadis dan ada hula-hula pemberi gadis. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan tersebut ada perbedaan-perbedaan kecil timbul di berbagai tempat di tanah Batak, sedemikian pula di perantauan, akan tetapi prinsipnya tetap sama.

2.5 Uraian Adat Dalam Masyarakat Batak Toba