Tata cara Mangalua DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

79

4.7.2 Perkawinan Dengan Cara Mangalua

Mangalua adalah kawin lari.Secara bebas, manga adalah melaksanakan dan lua adalah membawa atau lari.Secara leksikal berarti melaksanakan kegiatan membawa lari atau melarikan. Secara konseptual berarti sepasang mudi-mudi yang kawin dengan cara di luar prosedur perkawinan ideal kerena satu atau beberapa hal, seperti karena masalah ekonomi masalah pembayaran sinamot yang kurang, masalah sosial perbedaan status ditengah kehidupan masyarakat ataupun masalah yang lainnya. Dalam hal ini berarti kawin tanpa melalui prosedur pembayaran sinamot terlebih dahulu.Dalam mangalua ini seakan adat adalah soal belakang, yang penting adalah mereka kawin dulu. Dalam pelaksanaan mangalua ini ada dua cara yang dikenal yaitu: kedua calon pengantin yang mangalua atau ditemani oleh satu atau dua orang yang bertindak sebagai pihak ketiga, demi menjaga kehormatan kedua calon pengantin. Sebagai langkah pertama mereka pergi kerumah salah satu keluarga pengetua atau terpercaya, dan dirumah tersebut calon pengantin perempuan dititip.Berikutnya laporan kepada orangtua, pengetua adat atau pemimpin agama minta pemberkatan atau restu.Cara yang kedua adalah perempuan itu langsung dibawa oleh si pria kerumahnya tanpa lebih dulu diberkati atau direstui.Perkawinan seperti ini disebut juga marbagas roha-roha berumah tangga sesuka hati.Namun perkawinan telah terjadi, kewajiban atau pertanggungjawaban adat wajib dilaksananakan di kemudian hari.

a. Tata cara Mangalua

Dalam perkawinan mangalua ini tentu ada tata cara yang lazim dilakukan oleh pelaku- pelakunya. Sepasang muda-mudi memutuskan untuk melaksanakan kawin lari ketika mereka berpacaran karena melihat berbagai hal yang akan menghambat mereka untuk dapat hidup Universitas Sumatera Utara 80 bersama. Yang sering terjadi bahwa keluarga si laki-laki yang memegang peranan dalam melaksanakan mangalua ini, sedangkan pihak perempuan tidak tahu sama sekali. Ada juga kasus mangalua dimana kedua belah pihak keluarga mengetahui dan memberi ijin untuk melaksanakan hal tersebut, karena memang cara itulah yang dianggap tepat pada saat itu agar perkawinan tetap bisa dilaksanakan. Dalam mangalua ini si perempuan pergi meninggalkan orang tuanya, mengikuti kekasihnya untuk melaksanakan perkawinan.Biasanya si perempuan langsung dibawa ke rumah pemuka agama yang berada di lingkungan tempat tinggal keluarga pihak laki-laki. Tetapi ada juga terjadi dimana pasangan itu lari meninggalkan orang tuanya masing -masing dan pergi ke suatu tempat lain apabila keluarga kedua belah pihak benar-benar tidak ada yang setuju. Sesudah sekian lama berumah tangga mereka akan kembali untuk meminta maaf dan melaksanakan adat perkawinan secara penuh. Dahulu kala bila seorang perempuan akanmanglua, maka sebagai tandanya dia akan meletakkan daun sirih di dalam lemari pakaiannya, sebagai pengganti dirinya yang hilang atau yang telah pergi. Sekarang hal tersebut telah digantikan dengan meninggalkan sepucuk surat sehingga keluarga perempuan dapat mengetahui bahwa anak gadisnya telah mangalua. Setelah mereka mangalua dan menetap di suatu tempat, maka adat menuntut agar prosedur selanjutnya dilaksankan, yakni segera setelah kawin datang kerumah orangtua si perempuan untuk memberitahukan bahwa anak mereka telah menjadi paniaran menjadi salah satu keluarga mereka, dimana kegiatan ini disebut manurohan bao-bao melapor dan membawa tanda anak mereka telah diambil Universitas Sumatera Utara 81 Setelah semua undangan pihak perempuan hadir maka dipersiapkan makanan yang dibawa oleh rombongan pihak pihak laki-laki paranak tadi, dan mereka semua makan bersama- sama. Setelah selesai maka acara selanjutnya adalah manghatai atau bercakap-cakap mengenai maksud kedatangan mereka Pembicaraan ini dimulai oleh pihak keluarga pihak perempuan yang diwakili oleh saudara laki-laki si perempuan yang telah berkeluarga.Isi pembicaraan mereka adalah upacara terimakasih kepada pihak keluarga laki-laki paranak.Kemudian abang dari ayah si perempuan juga berbicara mengucapkan terimakasi atas kesediaan para tamu untuk datang ke acara tersebut dan menanyakan maksud kedatangan mereka. Perlu kita ketahui bahwa adat Batak ada suatu kebiasaan, walaupun mereka sebenarnya sudah tahu tujuan kedatangan suatu kelompok, tetapi mereka akan menanyakan serinci mungkin kata-kata yang berupa pantun-pantun dan pepatah- pepatah. Kalau perkawinan menurut ideal, hal yang seharusnya dipenuhi terlebih dahulu sebelum perkawinan adalah membayar sinamot, tetapi setelah terjadi mangalua dalam acara manuruk- nuruk yang dibicarakan adalah somba-somba.Apabila keadaan sudah mengijinkan baik soal materi, waktu dan sebagainya maka ditempuh acara memenuhi adat lengkap yang dinamai mangadati. Hal lain yang membedakan adalah setelah terjadi mangalua pihak parboru tidak dapat lagi menentukan besarnya sinamot yang harus diserahkan pihak paranak. Berapapun yang diberikan oleh pihak paranak pihak parboru terpaksa menerima karena anak perempuan mereka telah berada di pihak laki-laki atau paranak.Dan biasanya sinamot pada perkawinan manglua ini lebih rendah dibandingkan dengan jumlah sinamot pada perkawinan ideal. Dalam keadaan ini Universitas Sumatera Utara 82 kita lihat bahwa bentuk perkawinan mangalua ini akan lebih sedikit memakan biaya apabila dibandingkan dengan perkawinan lazimnya. Kerena ada proses yang tidak dilaluinya, sehingga mengurangi aktifitas dan biaya untuk perkawinan.

4.8 Faktor Penyebab Pernikahan Tanpa Adat Pada Keluarga Batak Toba