e. Menghitung Bobot Perencanaan Absolut untuk Setiap Variabel
Hasil perhitungan nilai bobot perencanaan absolut untuk setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13. Hasil Perhitungan Bobot Absolut untuk Setiap Variabel No
Variabel Kebutuhan Bobot Absolut
1 Kayu pertimbangan utama yang mempengaruhi desain
model rangka sandaran pada produk spring bed 3 feet 5,71
2 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka sandaran yang
paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 6,78
3 Kain Oskar jenis bahan kain pada sandaran yang paling
sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 4,81
4 Busa Warna Cream jenis foam pada sandaran yang paling
sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 2,98
5 Busa Warna Cream jenis foam pada matras yang paling
sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 10,36
6 6 cm merupakan ketebalan foam pada matras yang paling
sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 10,61
7 Kain Zakat jenis bahan kain pada matras yang paling sesuai
dengan desain produk spring bed 3 feet 4,43
8 Kayu
yang menjadi pertimbangan utama yang mempengaruhi desain model rangka divan pada produk
spring bed 3 feet 8,65
9 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka divan bagian atas
yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 7,32
10 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka divan bagian
bawah yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet
7,32 11
Tinggi per faktor yang menjadi pertimbangan dari segi spesifikasi teknis pada desain produk spring bed 3 feet
6,27 12
Per dan Busa faktor yang menjadi penentu daya tahan umur pakai produk spring bed 3 feet dan 10 tahun lama
rata-rata umur produk tersebut 6,90
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Universitas Sumatera Utara
f. Menghitung Bobot Perencanaan Relatif untuk Setiap Variabel
Hasil perhitungan nilai bobot perencanaan relatif untuk setiap variabel dapat dilihat pad Tabel 5.14.
Tabel 5.14. Hasil Perhitungan Bobot Relatif untuk Setiap Variabel No
Variabel Kebutuhan Bobot
Relatif
1 Kayu pertimbangan utama yang mempengaruhi desain model rangka
sandaran pada produk spring bed 3 feet 6,96
2 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka sandaran yang paling sesuai dengan
desain produk spring bed 3 feet 8,25
3 Kain Oskar jenis bahan kain pada sandaran yang paling sesuai dengan
desain produk spring bed 3 feet 5,86
4 Busa Warna Cream jenis foam pada sandaran yang paling sesuai dengan
desain produk spring bed 3 feet 3,63
5 Busa Warna Cream jenis foam pada matras yang paling sesuai dengan
desain produk spring bed 3 feet 12,61
6 6 cm merupakan ketebalan foam pada matras yang paling sesuai dengan
desain produk spring bed 3 feet 12,91
7 Kain Zakat jenis bahan kain pada matras yang paling sesuai dengan desain
produk spring bed 3 feet 5,39
8 Kayu yang menjadi pertimbangan utama yang mempengaruhi desain model
rangka divan pada produk spring bed 3 feet 10,53
9 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka divan bagian atas yang paling
sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 8,91
10 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka divan bagian bawah yang paling
sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 8,91
11 Tinggi per faktor yang menjadi pertimbangan dari segi spesifikasi teknis
pada desain produk spring bed 3 feet 7,64
12 Per dan Busa faktor yang menjadi penentu daya tahan umur pakai produk
spring bed 3 feet dan 10 tahun lama rata-rata umur produk tersebut 8,40
3. Menetapkan Karakteristik Teknik terhadap Kebutuhan Konsumen Langkah berikutnya dalam membangun HOQ adalah menetapkan karakteristik-
karakteristik teknik yang dibutuhkan oleh PT. Ivana Mery Lestari Matras dalam memenuhi variabel-variabel kebutuhan konsumen terhadap produk
Universitas Sumatera Utara
spring bed 3 feet. Karakteristik teknik yang yang diperlukan oleh pihak perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dapat dilihat pada Tabel
5.15.
Tabel 5.15. Karakteristik Teknis yang Dibutuhan untuk Memenuhi Kebutuhan Konsumen
No Karakteristik Teknis
1 Keakuratan Geometri Komponen
2 Kesamaan Dasar Struktur Komponen
3 Skalabilitas
4 Maintainable Design
5 Part Family
6 Standarisasi Struktur Komponen
7 Durability
Sumber : Pengolahan Data
4. Menetapkan Hubungan Antara Karakteristik Teknis Pada tahap ini ditentukan hubungan antara masing-masing karakteristik teknis
yang ada untuk dianalisis apakah antara karakteristik teknis tersebut terdapat hubungan yang saling bertolak belakang negatif.
Penggambarkan tingkat hubungan antara masing-masing karakteristik teknis yang ada berdasarkan pada simbol berikut:
V : tingkat hubungan positif kuat
√ : tingkat hubungan positif sedang
x : tingkat hubungan negatif sedang
X : tingkat hubungan negatif kuat
Tingkat hubungan antara masing-masing karakteristik teknis dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Universitas Sumatera Utara
V √
√
Keakuratan Geometri Komponen
Kesamaan Dasar Struktur Komponen
Skalabilitas Maintainable Design
Part Family Standarisasi Stuktur
Komponen V
X V
V √
√ V
V √
V V
√ √
Durability √
√ X
V √
V
Gambar 5.2. Hubungan Antar Karakteristik Teknik Produk Spring Bed
5. Menetapkan Tingkat Hubungan Antara Karakteristik Teknis Produk Dengan Keinginan Konsumen
Penentuan Relation Matrix dilakukan untuk menentukan tingkat hubungan antara keinginan konsumen dankarakteristik teknis produk. Tingkat hubungan
yang dimaksud dimulai dari skala kuat, sedang, lemah, dan tidak berhubungan sama sekali. Penilaian yang diberikan akan berdasarkan aturan :
- Nilai 9 : menunjukkan hubungan yang kuat
- Nilai 3 : menunjukkan hubungan yang sedang
- Nilai 1 : menunjukkan hubungan yang lemah
-
Nilai 0 : menunjukkan tidak ada hubungan sama sekali Skor hubungan antara keinginan konsumen dan karakteristik teknis dapat
dilihat pada Gambar 5.3.
Universitas Sumatera Utara
K ea
kur at
an G eom
et ri
K om
pone n
K esam
aan D
asar S
tr uk
tur K ompone
n
S ka
labi li
tas
M ai
nt a
inabl e D
es ign
P ar
t F am
ily
S ta
nda ri
sa si
S tukt
ur K
o m
pone n
D ur
abi li
ty
Kayu pertimbangan utama yang mempengaruhi desain model rangka sandaran pada produk spring bed 3 feet
9 9
1 3
9 9
1 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka sandaran yang paling
sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 9
9 1
3 9
9 3
Kain Oskar jenis bahan kain pada sandaran yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet
1 1
1 9
1 9
3 Busa Warna Cream jenis foam pada sandaran yang paling
sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 9
9 9
3 9
9 9
Busa Warna Cream jenis foam pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet
9 9
9 3
9 9
9 6 cm merupakan ketebalan foam pada matras yang paling
sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 9
9 9
1 9
3 9
Kain Zakat jenis bahan kain pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet
1 1
1 9
1 9
3 Kayu yang menjadi pertimbangan utama yang mempengaruhi
desain model rangka divan pada produk spring bed 3 feet 9
9 1
3 9
9 1
Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka divan bagian atas yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet
9 9
1 3
9 9
3 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka divan bagian bawah
yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 9
9 1
3 9
9 3
Tinggi per faktor yang menjadi pertimbangan dari segi spesifikasi teknis pada desain produk spring bed 3 feet
9 9
1 1
3 9
9 Per dan Busa faktor yang menjadi penentu daya tahan umur
pakai produk spring bed 3 feet dan 10 tahun lama rata-rata umur produk tersebut
3 3
3 9
3 9
9
Gambar 5.3. Matriks Antara CR dengan Karakteristik Teknis Produk Spring Bed
Universitas Sumatera Utara
6. Membangun Matriks House of Quality HOQ Produk Spring Bed Sebelum membangun house of quality HOQ perlu dihitung ukuran kinerja
dari HoQ yang terdiri dari tiga aspek yaitu tingkat kesulitan, tingkat kepentingan dan perkiraan biaya.
a. Penentuan tingkat kesulitan
Bobot untuk keakuratan geometri komponen Tingkat Kesulitan
= 4+3 +3+4+4+3 = 21 100
x tikTeknis
Karakteris Bobot
Total Teknis
tik Karakteris
Tiap Bobot
=
Tingkat Kesulitan untuk keakuratan geometri komponen = 3
31 43
, 30
100 69
21 ≈
≈ =
×
b. Penentuan derajat kepentingan Perhitungan derajat kepentingan untuk atribut produk dengan karakteristik
teknis menggunakan rumus : 100
Re x
Teknis tik
Karakteris Bobot
Total tik
Karakteris Bobot
x latif
n Kepentinga
entingan DerajatKep
=
Derajat Kepentingan untuk keakuratan geometri komponen = 17
063 ,
17 100
504 3
9 9
9 9
1 9
9 9
1 9
9 ≈
= ×
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+
c. Perkiraan biaya Total bobot tingkat kesulitan dari karakteristik teknis produk yaitu, sebagai
berikut : = 3 + 3 + 2 +2+ 2 + 3 + 2
= 17
Universitas Sumatera Utara
Perkiraan Biaya untuk keakuratan geometri komponen =
18 100
17 3
= ×
Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan Biaya dapat dilihat pada Gambar 5.4.
Tingkat kesulitan Derajat kepentingan
Perkiraan biaya 3
3 2
2 2
18 18 12 12 12 18 17 17
7 10 15 20
3 12
12 2
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5.4. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan Biaya
Berdasarkan data-data yang telah didapatkan pada langkah-langkah sebelumnya, selanjutnya dibuat matriks HoQ. Adapun QFD produk spring bed 3
feet dapat dilihat pada Gambar 5.5.
Universitas Sumatera Utara
Kayu pertimbangan utama yang mempengaruhi desain model rangka sandaran pada produk spring bed 3 feet
Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka sandaran yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet
Kain Oskar jenis bahan kain pada sandaran yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet
Busa Warna Cream jenis foam pada sandaran yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet
Busa Warna Cream jenis foam pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet
Kain Zakat jenis bahan kain pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet
Kayu yang menjadi pertimbangan utama yang mempengaruhi desain model rangka divan pada produk spring bed 3 feet
Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka divan atas yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet
Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka divan bawah yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet
Derajat Hubungan : V = Hubungan poitif kuat
=4 √ = Hubungan positif sedang
=3 x = Hubungan negatif sedang
=2 X = Hubungan negatif kuat
=1
4 3
5 5
4 5
5 5
Tingkat Kesulitan Derajat Kepentingan
Perkiraan Biaya 3
3 2
2 2
3 17
17 7
10 15
20 18
18 12
12 12
18 Customer Requirement
Customer Importance KARAKTERISTIK
TEKNIK
Net Sales
6 cm merupakan ketebalan foam pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet
9 9
3 4
Keakuratan Geometri Komponen
Kesamaan Dasar Struktur Komponen
Skalabilitas Maintainable Design
Part Family Standarisasi Stuktur
Komponen 5
Importance Weight
Relative Weight
1,2 1,0
5,71 6,78
6,96 8,25
5,86 3,63
12,61 12,91
5,39 10,53
8,91 8,91
1,0 1,0
1,5 1,5
1 1,2
1,0 1,0
4,81 2,98
10,36 10,61
4,43 8,65
7,32 7,32
1 9
9
9 9
1 9
9 3
9 9
3 1
9 9
1 1
9 1
1 9
9 9
3 9
9 9
9 9
3 9
9 9
1 1
9 1
1 9
9 9
3 1
9 9
9 3
1 9
9 9
9 3
1 9
9 V
√ V
X V
V √
√ V
V √
V V
X √
Tinggi per faktor yang menjadi pertimbangan dari segi spesifikasi teknis pada desain produk spring bed 3 feet
Per dan Busa faktor yang menjadi penentu daya tahan umur pakai produk spring bed 3 feet dan 12 tahun lama rata-rata umur produk tersebut
4 4
7,64 8,40
1,2 1,5
6,27 6,90
9 3
1 9
9 9
9 3
1 9
9 Durability
2 12
12 9
3 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 √
√ √
V V
√
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5.5. QFD phase I Spring Bed 3 feet
Karakteristik teknis perancangan produk spring bed 3 feet dengan tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya tertinggi berdasarkan Gambar
5.5 adalah keakuratan geometri komponen, kesamaan dasar struktur komponen dan standarisasi struktur komponen. Karakteristik teknis pada Gambar 5.4 akan
Universitas Sumatera Utara
menjadi input kolom “whats” pada matriks Design Deployment QFD Fase 2. Bobot tingkat kesulitan dari karakteristik teknis akan menjadi input pada kolom
importance level dari kriteria “whats” pada matriks Design Deployment.
19
Boundary diagram merupakan diagram blok yang menunjukkan hubungan antar tiap komponen dari suatu produk dimana hubungan tersebut dapat berupa
aliran informasi, energi, tenaga atau operasi. Boundary diagram produk spring bed 3 feet dapat dilihat pada Gambar 5.6.
5.2.2.1.2.Identifikasi Potensial Kegagalan Desain Produk dengan Metode FMEA
FMEA merupakan alat yang digunakan dalam mengidentifikasi dan menilai resiko yang berhubungan dengan potensial kegagalan. Dalam pembuatan
FMEA ditentukan terlebih dahulu efek yang ditimbulkan dari kegagalan pada proses, penyebab dari kegagalannya dan kontrol yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya efek dari kegagalan proses tersebut. Dalam menyelesaikan masalah yang ada, ditentukan dengan menghitung nilai resiko prioritas RPN yang
merupakan perkalian antara nilai keparahan severity, kejadian occurence, dan deteksi detection.
Identifikasi potensial kegagalan desain produk spring bed 3 feet dengan metode FMEA adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Komponen Produk dengan Blok Boundary Diagram
19
Ronald G. Day. Quality Function Deployment: Linking A Company with Its Customers. Milwaukee: ASQC Cuality Press, 1993. p. 114
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.6. Boundary Diagram Spring Bed 3 Feet
Universitas Sumatera Utara
2. Penetapan Fungsi Atau Requirement Dari Komponen Produk Fungsi dari komponen produk spring bed dapat dilihat pada Tabel 5.16.
Tabel 5.16. Fungsi dari Komponen Produk Spring Bed 3 Feet
Komponen Fungsi
Rangka sandaran Rakitan kayu yang menjadi rangka untuk sandaran spring bed
Busa Sandaran Berfungsi sebagai pelentur pada sandaran
Kain Sandaran Kain yang berfungsi untuk melapisi busa pada sandaran spring
bed Kain Blacu Sandaran
Kain yang berfungsi sebagai pelapis pada bagian bawah sandaran spring bed
Rangka divan atas Rakitan kayu yang menjadi rangka dari divan atas spring bed
Rangka per matras atas Rangka per yang berfungsi sebagai rangka dari matras atas dan
sebagai pelentur dari matras atas Kain hard pard matras
atas Kain yang berfungsi untuk meredam tekanan dari per ke busa
pada matras atas Busa matras atas
Busa yang berfungsi sebagai pelentur dan peredam tekanan pada matras atas
Kain quilt matras atas Kain yang berfungsi untuk melapisi busa pada matras atas
Rangka divan bawah Rakitan kayu yang menjadi rangka dari divan bawah spring bed
Rangka per matras bawah Rangka per yang berfungsi sebagai rangka dari matras bawah
dan sebagai pelentur dari matras bawah Kain hard pard matras
bawah Kain yang berfungsi untuk meredam tekanan dari per ke busa
pada matras bawah Busa matras bawah
Busa yang berfungsi sebagai pelentur dan peredam tekanan pada matras bawah
Kain quilt matras bawah Kain yang berfungsi untuk melapisi busa pada matras bawah
Per spring Komponen utama dari rangka per yang berfungsi sebagai
pelentur
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.16. Fungsi dari Komponen Produk Spring Bed 3 Feet
Komponen Fungsi
Kawat samping Berfungsi sebagai pengikat pada sisi samping rangka per agar
menjadi lebih kokoh Per M
Berfungsi sebagai penahan tekanan pada sisi-sisi rangka per
Sumber : Pengolahan Data
3. Penentuan Jenis Kegagalan Yang Potensial pada Setiap Komponen Rekapitulasi jenis dan jumlah kegagalan proses produksi di Tabel 5.3
dapat ditabulasikan ke dalam bentuk histogram. Histogram jenis dan frekuensi kegagalan komponen spring bed 3 feet dapat dilihat pada Gambar 5.7.
Sumber : Pengolahan Data
Gambar 5.7. Histogram Jenis dan Frekuensi Kegagalan Komponen Spring
Bed
Universitas Sumatera Utara
Histogram pada Gambar 5.7 menunjukkan sebaran frekuensi kegagalan pada komponen spring bed. Dari histogram pada Gambar 5.7, jenis kegagalan
dapat diurutkan dari frekuensi yang terbesar hingga yang terkecil dan diklasifikasikan berdasarkan analisis ABC yang ditunjukkan dalam Tabel 5.17.
Tabel 5.17. Analisis ABC Jenis Kegagalan Komponen Spring Bed
Jenis Kegagalan Jumlah
Kegagalan unit
Persen Kegagalan
Persen Kumulatif
Kategori
Salah ukuran pemotongan 21
43,75 43,75
A Per bengkok atau patah
10 20,83
64,58 A
Pengerasan busa 7
14,58 79,16
B Jahitan putus
3 6,25
85,41 B
Perakitan tidak simetris 2
4,17 89,58
C Kayu patah atau retak
2 4,17
93,75 C
Jahitan miring 1
2,08 95,83
C Permukaan busa tidak rata
1 2,08
97,91 C
Kayu membusuk 1
2,08 100,00
C
Jumlah 48
100,00
Sumber : Pengolahan Data
Pareto Diagram berdasarkan Tabel 5.17 dapat dilihat pada Gambar 5.8.
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Pengolahan Data
Gambar 5.8. Diagram Pareto Jenis Kegagalan Komponen Spring Bed 3 Feet
Berdasarkan analisis ABC pada Tabel 5.17 dan diagram pareto pada Gambar 5.8, maka jenis kegagalan komponen Spring Bed 3 feet dikelompokkan
ke dalam tiga kategori yaitu: 1.
Kategori A mewakili 64,58 kecacatan produk spring bed 3 feet yang disebabkan oleh 22,22 jenis kegagalan yang paling dominan yaitu salah
Universitas Sumatera Utara
ukuran pemotongan dan per bengkok atau patah. Kedua jenis kegagalan ini akan dianalisis lebih lanjut dengan metode FMEA.
2. Kategori B mewakili 20,83 kecacatan produk spring bed 3 feet yang
disebabkan oleh 22,22 jenis kegagalan yaitu pengerasan busa dan jahitan putus.
3. Kategori C mewakili 14,59 kecacatan produk spring bed 3 feet yang
disebabkan oleh 55,55 jenis kegagalan yaitu perakitan tidak simetris, kayu patah atau retak, jahitan miring, permukaan busa tidak rata dan kayu
membusuk. Berdasarkan analisis ABC maka diperoleh tiga jenis kegagalan yang
paling dominan pada komponen spring bed 3 feet yaitu: 1.
Salah ukuran pemotongan 2.
Per bengkok atau patah 3.
Pengerasan busa
4. Cause and Effect Diagram Salah Ukuran Pemotongan Diagram sebab-akibat Cause-Effect Diagram dikenal dengan istilah
diagram tulang ikan fishbone diagram. Diagram ini berguna untuk menganalisis dan menentukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan di dalam
menentukan karakteristik kualitas produk berdasarkan kategori rasional. Disamping itu juga berguna untuk mencari penyebab yang sesungguhnya dari
suatu masalah.
Universitas Sumatera Utara
Dari Pareto Diagram terlihat bahwa jumlah kecacatan salah ukuran pemotongan sebesar 21 unit. Dengan demikian dilakukan analisis penyebab
kesalahan pada jenis kesalahan tersebut dengan menggunakan Cause and Effect Diagram, seperti terlihat pada Gambar 5.9.
Salah ukuran pemotongan
Salah ukuran pemotongan
Metode Kerja Metode Kerja
Posisi bahan tidak tepat di mesin
pemotong Posisi bahan tidak
tepat di mesin pemotong
MesinPeralatan MesinPeralatan
Penyangga di mesin sudah
rusak Penyangga di
mesin sudah rusak
Umur mesin yang telah tua
Umur mesin yang telah tua
Manusia Manusia
Operator kurang teliti
Operator kurang teliti
Lingkungan Lingkungan
Debu yang menganggu
konsentrasi kerja Debu yang
menganggu konsentrasi kerja
Kebosanan kejenuhan operator
Kebosanan kejenuhan operator
Sumber : Pengolahan Data
Gambar 5.9. Cause and Effect Diagram Salah Ukuran Pemotongan
Penyebab terjadinya salah ukuran pemotongan adalah: 1.
Metode Kerja Posisi bahan tidak tepat di mesin pemotong
2. MesinPeralatan
a. Umur mesin yang telah tua
b. Penyangga mesin telah rusak
3. Manusia
a. Operator kurang teliti
Universitas Sumatera Utara
b. Kebosanankejenuhan operator
4. Lingkungan
Debu yang mengganggu konsentrasi kerja
5. Cause and Effect Diagram Per Bengkok atau Patah Dari Pareto Diagram terlihat bahwa jumlah kecacatan per bengkok atau
patah sebesar 10 unit. Dengan demikian dilakukan analisis penyebab kesalahan pada jenis kesalahan tersebut dengan menggunakan Cause and Effect Diagram,
seperti terlihat pada Gambar 5.10.
Per Bengkok atau Patah
Per Bengkok atau Patah
Material Material
Persen kadar baja paduan pada kawat
tidak sesuai spesifikasi Persen kadar baja
paduan pada kawat tidak sesuai spesifikasi
Diamater kawat baja tidak sesuai
spesifikasi Diamater kawat
baja tidak sesuai spesifikasi
Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja
Adanya debu di sekitar stasiun kerja
Adanya debu di sekitar stasiun kerja
MesinPeralatan MesinPeralatan
Roll pada mesin inject tidak stabil
Roll pada mesin inject tidak stabil
Manusia Manusia
Operator kurang teliti
Operator kurang teliti
Metode Kerja Metode Kerja
Proses pemindahan komponen tidak tepat
Proses pemindahan komponen tidak tepat
Sumber : Pengolahan Data
Gambar 5.10. Cause and Effect Diagram Per Bengkok atau Patah
Penyebab terjadinya per bengkok atau patah adalah: 1.
Material a.
Diamater kawat baja tidak sesuai spesifikasi b.
Persen kadar baja paduan tidak sesuai spesifikasi
Universitas Sumatera Utara
2. Lingkungan Kerja
Adanya debu di sekitar stasiun kerja 3.
Metode Kerja Proses pemindahan komponen tidak tepat
4. Mesinperalatan
Roll pada mesin inject tidak stabil 5.
Manusia Operator kurang teliti
6. Cause and Effect Diagram Pengerasan Busa Dari Pareto Diagram terlihat bahwa jumlah kecacatan pengerasan busa
sebesar 7 unit. Dengan demikian dilakukan analisis penyebab kesalahan pada jenis kesalahan tersebut dengan menggunakan Cause and Effect Diagram, seperti
terlihat pada Gambar 5.11.
Pengerasan busa Pengerasan busa
Material Material
Komposisi polypropylene glycol, silikon dan poly
stirene tidak sesuai spesifikasi
Komposisi polypropylene glycol, silikon dan poly
stirene tidak sesuai spesifikasi
MesinPeralatan MesinPeralatan
Umur mesin telah tua
Umur mesin telah tua
Putaran mesin tidak sesuai rpm yang
diharapkan Putaran mesin tidak
sesuai rpm yang diharapkan
Metode Kerja Metode Kerja
Proses pengadukan tidak sempurna
Proses pengadukan tidak sempurna
Operator Operator
Suhu ruangan yang panas
Suhu ruangan yang panas
Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja
Adanya bau yang menyengat di
sekitar stasiun kerja Adanya bau yang
menyengat di sekitar stasiun kerja
Operator kurang teliti Operator kurang teliti
Sumber : Pengolahan Data
Gambar 5.11. Cause and Effect Pengerasan busa
Universitas Sumatera Utara
Penyebab terjadinya pengerasan busa adalah: 1.
Material Komposisi polypropylene glycol, silikon dan poly stirene tidak sesuai
spesifikasi. 2.
MesinPeralatan a.
Putaran mesin tidak sesuai rpm yang diharapkan b.
Umur mesin telah tua 3.
Lingkungan Kerja a.
Adanya bau menyengat di sekitar stasiun kerja b.
Suhu ruangan yang panas 4.
Metode Kerja Proses pengadukan tidak sempurna
5. Operator
Operator kurang teliti
6. Pembuatan Tabel FMEA Analisis FMEA untuk produk sring bed 3 feet dapat dilihat pada Tabel
5.17.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.17. FMEA Produk Spring Bed 3 Feet
Komponen Fungsi
Mode Kegagalan
Efek Kegagalan S
Penyebab Kegagalan O
Kontrol yang Dilakukan
D RPN
Penanggulangan
Rangka sandaran
Rakitan kayu yang menjadi
rangka untuk sandaran
spring bed Salah ukuran
pemotongan Reject, tingginya
pembuangan kayu yang berkualitas baik
7 Operator kurang teliti
3 Visual
3 63
Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat
daftar standar dimensi kayu untuk rangka sandaran
Posisi kayu tidak tepat di mesin pemotong
4 Visual
2 56
Memeriksa peletakan posisi kayu pada mesin pemotong sebelum
dilakukan pemotongan
Busa sandaran Berfungsi
sebagai pelentur pada
sandaran Salah ukuran
pemotongan Reject
6 Operator kurang teliti
3 Visual
3 54
Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat
daftar standar dimensi busa untuk sandaran
Posisi busa tidak tepat di mesin pemotong
5 Visual
2 60
Memeriksa peletakan posisi busa pada mesin pemotong sebelum
dilakukan pemotongan
Pengerasan busa
Reject, busa tidak lentur, densitas busa
rendah 8
Komposisi polypropylene glycol, silikon dan poly
stirene tidak sesuai spesifikasi
6 Visual
4 192
Mengukur kadar polypropylene glycol, silikon dan poly stirene
secara tepat dan akurat
Proses pengadukan tidak sempurna
7 Visual
4 224
Memeriksa mesin pengaduk secara berkala dan mengontrol proses
pengadukan
Kain sandaran Kain yang
berfungsi untuk melapisi
busa pada sandaran
spring bed Salah ukuran
pemotongan Reject
6 Operator kurang teliti 3
Visual 3
72 Melakukan pelatihan kerja pada
operator secara berkala, Membuat daftar standar dimensi kain untuk
sandaran
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.17. FMEA Produk Spring Bed 3 Feet Lanjutan
Komponen Fungsi
Mode Kegagalan
Efek Kegagalan S
Penyebab Kegagalan O
Kontrol yang Dilakukan
D RPN
Penanggulangan
Kain blacu sandaran
Kain yang berfungsi
sebagai pelapis pada
bagian bawah sandaran
spring bed Salah ukuran
pemotongan Reject
5 Operator kurang teliti 3
Visual 3
45 Melakukan pelatihan kerja pada
operator secara berkala, Membuat daftar standar dimensi kain blacu
untuk sandaran
Rangka divan atas
Rakitan kayu yang menjadi
rangka dari divan atas
spring bed Salah ukuran
pemotongan Reject, tingginya
pembuangan kayu yang berkualitas baik
7 Operator kurang teliti
3 Visual
3 63
Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat
daftar standar dimensi kayu untuk rangka divan atas
Posisi kayu tidak tepat di mesin pemotong
4 Visual
2 56
Memeriksa peletakan posisi kayu pada mesin pemotong sebelum
dilakukan pemotongan
Per spring matras atas
Komponen utama dari
rangka per matras atas
yang berfungsi sebagai
pelentur Per bengkok
atau patah Reject, per tidak
elastis, mengganggu fungsi matras secara
keseluruhan 8
Diamater kawat baja tidak sesuai spesifikasi
6 Pemeriksaan
spesifikasi kawat baja pada saat
penyortiran di gudang
4 192
Memeriksa spesifikasi diamater kawat baja 2,4 mm untuk per
spring matras atas pada saat penyortiran di gudang bahan baku
Persen kadar baja paduan pada kawat tidak sesuai
spesifikasi 6
Pemeriksaan spesifikasi kawat
baja pada saat penyortiran di
gudang 6
288 Memeriksa persen kadar baja
paduan baja 60 pada kawat untuk per spring matras atas pada
saat penyortiran di gudang bahan baku
Roll pada mesin inject tidak stabil
7 Tidak ada
3 168
Memeriksa dan melakukan perawatan secara rutin mesin inject
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.17. FMEA Produk Spring Bed 3 Feet Lanjutan
Komponen Fungsi
Mode Kegagalan
Efek Kegagalan S
Penyebab Kegagalan O
Kontrol yang Dilakukan
D RPN
Penanggulangan
Kawat samping
matras atas Berfungsi
sebagai pengikat pada
sisi samping rangka per
matras atas agar menjadi
lebih kokoh Per bengkok
atau patah Reject, rangka per
tidak kokoh 7
Diamater kawat baja tidak sesuai spesifikasi
6 Pemeriksaan
spesifikasi kawat baja pada saat
penyortiran di gudang
4 168
Memeriksa spesifikasi diamater kawat baja 4 mm untuk kawat
samping matras atas pada saat penyortiran di gudang bahan baku
Persen kadar baja paduan pada kawat tidak sesuai
spesifikasi 6
Pemeriksaan spesifikasi kawat
baja pada saat penyortiran di
gudang 6
252 Memeriksa persen kadar baja
paduan baja 60 pada kawat untuk kawat samping matras atas
pada saat penyortiran di gudang bahan baku
Per M matras atas
Berfungsi sebagai
penahan tekanan pada
sisi-sisi rangka per matras atas
Per bengkok atau patah
Reject, rangka per tidak kokoh
7 Diamater kawat baja tidak
sesuai spesifikasi 6
Pemeriksaan spesifikasi kawat
baja pada saat penyortiran di
gudang 4
168 Memeriksa spesifikasi diamater
kawat baja 3,5 mm untuk per M matras atas pada saat penyortiran di
gudang bahan baku
Persen kadar baja paduan pada kawat tidak sesuai
spesifikasi 6
Pemeriksaan spesifikasi kawat
baja pada saat penyortiran di
gudang 6
252 Memeriksa persen kadar baja
paduan baja 60 pada kawat untuk per M matras atas pada saat
penyortiran di gudang bahan baku
Kain hard pad matras atas
Kain yang berfungsi
untuk meredam
tekanan dari per ke busa
pada matras atas
Salah ukuran pemotongan
Reject 6 Operator kurang teliti
3 Visual
3 54
Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat
daftar standar dimensi kain hard pad untuk matras atas
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.17. FMEA Produk Spring Bed 3 Feet Lanjutan
Komponen Fungsi
Mode Kegagalan
Efek Kegagalan S
Penyebab Kegagalan O
Kontrol yang Dilakukan
D RPN
Penanggulangan
Busa matras atas
Busa yang berfungsi
sebagai pelentur dan
peredam tekanan pada
matras atas Salah ukuran
pemotongan Reject
6 Operator kurang teliti
3 Visual
3 54
Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat
daftar standar dimensi busa untuk matras atas
Posisi busa tidak tepat di mesin pemotong
5 Visual
2 60
Memeriksa peletakan posisi busa pada mesin pemotong sebelum
dilakukan pemotongan
Pengerasan busa
Reject, busa tidak lentur
8 Komposisi polypropylene
glycol, silikon dan poly stirene tidak sesuai
spesifikasi 6
Visual 4
192 Mengukur kadar polypropylene
glycol, silikon dan poly stirene secara tepat dan akurat
Proses pengadukan tidak sempurna
7 Visual
4 224
Memeriksa mesin pengaduk secara berkala dan mengontrol proses
pengadukan
Kain quilt matras atas
Kain yang berfungsi
untuk melapisi busa pada
matras atas Salah ukuran
pemotongan Reject
6 Operator kurang teliti 3
Visual 3
54 Melakukan pelatihan kerja pada
operator secara berkala, Membuat daftar standar dimensi kain quilt
untuk matras atas
Rangka divan bawah
Rakitan kayu yang menjadi
rangka dari divan bawah
spring bed Salah ukuran
pemotongan Reject, tingginya
pembuangan kayu yang berkualitas baik
7 Operator kurang teliti
3 Visual
3 63
Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat
daftar standar dimensi kayu untuk rangka divan bawah
Posisi kayu tidak tepat di mesin pemotong
4 Visual
2 56
Memeriksa peletakan posisi kayu pada mesin pemotong sebelum
dilakukan pemotongan
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.17. FMEA Produk Spring Bed 3 Feet Lanjutan
Komponen Fungsi
Mode Kegagalan
Efek Kegagalan S
Penyebab Kegagalan O
Kontrol yang Dilakukan
D RPN
Penanggulangan
Per spring matras bawah
Komponen utama dari
rangka per matras bawah
yang berfungsi sebagai
pelentur Per bengkok
atau patah Reject, per tidak
elastis, mengganggu fungsi matras secara
keseluruhan 8
Diamater kawat baja tidak sesuai spesifikasi
6 Pemeriksaan
spesifikasi kawat baja pada saat
penyortiran di gudang
4 192
Memeriksa spesifikasi diamater kawat baja 2,4 mm untuk per
spring matras bawah pada saat penyortiran di gudang bahan baku
Persen kadar baja paduan pada kawat tidak sesuai
spesifikasi 6
Pemeriksaan spesifikasi kawat
baja pada saat penyortiran di
gudang 6
288 Memeriksa persen kadar baja
paduan baja 60 pada kawat untuk per spring matras bawah pada
saat penyortiran di gudang bahan baku
Roll pada mesin inject tidak stabil
7 Tidak ada
3 168
Memeriksa dan melakukan perawatan secara rutin mesin inject
Kawat samping
matras bawah Berfungsi
sebagai pengikat pada
sisi samping rangka per
matras bawah agar menjadi
lebih kokoh Per bengkok
atau patah Reject, rangka per
tidak kokoh 7
Diamater kawat baja tidak sesuai spesifikasi
6 Pemeriksaan
spesifikasi kawat baja pada saat
penyortiran di gudang
4 168
Memeriksa spesifikasi diamater kawat baja 4 mm untuk kawat
samping matras bawah pada saat penyortiran di gudang bahan baku
Persen kadar baja paduan pada kawat tidak sesuai
spesifikasi 6
Pemeriksaan spesifikasi kawat
baja pada saat penyortiran di
gudang 6
252 Memeriksa persen kadar baja
paduan baja 60 pada kawat untuk kawat samping matras bawah
pada saat penyortiran di gudang bahan baku
Per M matras bawah
Berfungsi sebagai
penahan tekanan pada
sisi-sisi rangka per matras
bawah Per bengkok
atau patah Reject, rangka per
tidak kokoh 7
Diamater kawat baja tidak sesuai spesifikasi
6 Pemeriksaan
spesifikasi kawat baja pada saat
penyortiran di gudang
4 168
Memeriksa spesifikasi diamater kawat baja 3,5 mm untuk per M
matras bawah pada saat penyortiran di gudang bahan baku
Persen kadar baja paduan pada kawat tidak sesuai
spesifikasi 6
Pemeriksaan spesifikasi kawat
baja pada saat penyortiran di
gudang 6
252 Memeriksa persen kadar baja
paduan baja 60 pada kawat untuk per M matras bawah pada
saat penyortiran di gudang bahan baku
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.17. FMEA Produk Spring Bed 3 Feet Lanjutan
Komponen Fungsi
Mode Kegagalan
Efek Kegagalan S
Penyebab Kegagalan O
Kontrol yang Dilakukan
D RPN
Penanggulangan
Kain hard pad matras bawah
Kain yang berfungsi
untuk meredam
tekanan dari per ke busa
pada matras bawah
Salah ukuran pemotongan
Reject 6 Operator kurang teliti
3 Visual
3 54
Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat
daftar standar dimensi kain hard pad untuk matras bawah
Busa matras bawah
Busa yang berfungsi
sebagai pelentur dan
peredam tekanan pada
matras bawah Salah ukuran
pemotongan Reject
6 Operator kurang teliti
3 Visual
3 54
Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat
daftar standar dimensi busa untuk matras bawah
Posisi busa tidak tepat di mesin pemotong
5 Visual
2 60
Memeriksa peletakan posisi busa pada mesin pemotong sebelum
dilakukan pemotongan
Pengerasan busa
Reject, busa tidak lentur
8 Komposisi polypropylene
glycol, silikon dan poly stirene tidak sesuai
spesifikasi 6
Visual 4
192 Mengukur kadar polypropylene
glycol, silikon dan poly stirene secara tepat dan akurat
Proses pengadukan tidak sempurna
7 Visual
4 224
Memeriksa mesin pengaduk secara berkala dan mengontrol proses
pengadukan
Kain quilt matras bawah
Kain yang berfungsi
untuk melapisi busa pada
matras bawah Salah ukuran
pemotongan Reject
6 Operator kurang teliti 3
Visual 3
54 Melakukan pelatihan kerja pada
operator secara berkala, Membuat daftar standar dimensi kain quilt
untuk matras bawah
Sumber : Pengolahan Data
Universitas Sumatera Utara
Nilai RPN tertinggi terdapat pada kegagalan per bengkok atau patah yang disebabkan oleh persen kadar baja paduan tidak sesuai spesifikasi dengan nilai
RPN sebesar 282. Part kritis dapat diidentifikasi dari analisis kegagalan komponen produk spring bed 3 feet dengan metode FMEA. Part kritis merupakan
karakteristik dari komponen produk yang mempengaruhi desain produk. Part kritis spring bed 3 feet dari analisis FMEA yaitu:
1. Dimensi rangka kayu sandaran
2. Dimensi rangka kayu divan atas
3. Dimensi rangka kayu divan bawah
4. Dimensi busa sandaran
5. Dimensi busa matras atas
6. Dimensi busa bawah
7. Densitas busa
8. Kadar material busa
9. Dimensi kain sandaran
10. Dimensi kain matras atas
11. Dimensi kain matras bawah
12. Elastisitas per
13. Diameter kawat baja per
14. Persen Kadar baja paduan kawat per
Part kritis ini akan menjadi input pada kolom “hows’ pada matriks Design Deployment QFD Phase 2.
Universitas Sumatera Utara
5.2.2.2.Tahap Conceptual Design
5.2.2.2.1.Membangun Matriks Design Deployment
Pembuatan matriks Design Deployment berdasarkan matriks HOQ pada QFD fase 1. Tahapan pembangunan matriks Design Deployment yaitu:
1. Penetapan Karakteristik Teknis Karakteristik teknis produk diperoleh dari bagian atap matriks HOQ pada QFD
fase 1. Karakteristik teknik produk dan tingkat kesulitan dapat dilihat pada Tabel 5.18.
Tabel 5.18. Tingkat Kesulitan Karakteristik Teknis No
Karakteristik Teknis Tingkat Kesulitan
1 Keakuratan Geometri Komponen
3 2
Kesamaan Dasar Struktur Komponen 3
3 Skalabilitas
2 4
Maintainable Design 2
5 Part Family
2 6
Standarisasi Struktur Komponen 3
7 Durability
2
Sumber : Pengolahan Data
2. Menetapkan Part Kritis terhadap Karakteristik Teknis Tahap selanjutnya dalam membangun matriks design deployment adalah
menetapkan part kritis dari produk spring bed 3 feet. Karakteristik part diperoleh dari analisis FMEA yang dapat dilihat pada Tabel 5.19.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.19. Part Kritis
No Part Kritis
1 Dimensi rangka kayu sandaran
2 Dimensi rangka kayu divan atas
3 Dimensi rangka kayu divan bawah
4 Dimensi busa sandaran
5 Dimensi busa matras atas
6 Dimensi busa matras bawah
7 Densitas busa
8 Kadar material busa
9 Dimensi kain sandaran
10 Dimensi kain matras atas
11 Dimensi kain matras atas
12 Elastisitas per
13 Diameter kawat baja per
14 Persen Kadar baja paduan kawat per
Sumber : Pengolahan Data
3. Menetapkan Hubungan Antara Karakteristik Part Hubungan antara masing-masing part kritis yang ada ditentukan pada tahap ini
untuk dianalisis apakah antara part kritis tersebut terdapat hubungan yang saling bertolak belakang negatif.
Penggambarkan tingkat hubungan antara masing-masing part kritis yang ada berdasarkan pada simbol berikut:
V : tingkat hubungan positif kuat
√ : tingkat hubungan positif sedang
x : tingkat hubungan negatif sedang
X : tingkat hubungan negatif kuat
Universitas Sumatera Utara
Tingkat hubungan antara masing-masing part kritis dapat dilihat pada Gambar 5.12.
Densitas busa K
adar material busa Dime
nsi kain sandaran Dime
nsi kain matras atas
Dime nsi kain matras
bawah Elastisitas pe
r
Diame ter kawat baja
pe r
Persen kadar baja paduan per
Dime nsi rangka kayu
sandaran Dime
nsi rangka kayu divan atas
Dime nsi busa sandaran
Dime nsi busa matras
atas Dime
nsi busa matras bawah
Dime nsi rangka kayu
divan bawah
V -
- √
V √
√ -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- V
V V
√ -
V V
- -
- √
√ √
√ -
- -
- -
√ -
- -
- -
V -
- V
- -
√ √
- V
- -
V V
- √
√ √
V √
- V
V √
- -
V -
- -
V √
V -
- -
- V
√ V
V
Sum ber : Pengolahan Data
Gambar 5.12. Hubungan Antar Part Kritis Produk Spring Bed 3 Feet
4. Menetapkan Tingkat Hubungan Antara Part Kritis Produk Dengan Karakteristik Teknis
Penentuan Relation Matrix dilakukan untuk menentukan tingkat hubungan antara karakteristik teknis dan part kritis produk. Tingkat hubungan yang
dimaksud dimulai dari skala kuat, sedang, lemah, dan tidak berhubungan sama sekali. Penilaian yang diberikan akan berdasarkan aturan :
- Nilai 9 : menunjukkan hubungan yang kuat
- Nilai 3 : menunjukkan hubungan yang sedang
Universitas Sumatera Utara
- Nilai 1 : menunjukkan hubungan yang lemah
-
Nilai 0 : menunjukkan tidak ada hubungan sama sekali Skor hubungan antara karakteristik teknis dan part kritis dapat dilihat pada
Gambar 5.13.
Universitas Sumatera Utara
D im
ens i
ra ngka
K ayu s
anda ra
n
D im
ens i
ra ngka
K ayu di
va n a
ta s
D im
ens i
ra ngka
K ayu di
va n ba
w ah
D im
ens i bus
a sanda ran
D im
ens i bus
a m at
ras a ta
s
D ime
ns i bus
a ma tr
as ba w
ah
D ens
it as bus
a
K ada
r ma te
ria l bus
a
D im
ens i k
ai n s
anda ran
D im
ens i k
ai n mat
ras a ta
s
D im
ens i k
ai n mat
ras ba w
ah
E last
ist ias P
er
D iam
et er
ka w
at ba
ja pe r
P er
se n ka
da r ba
ja p
adua n pe
r
Keakuratan Geometri Komponen
9 9
9 9
9 9
3 1
9 9
9 1
1 1
Kesamaan Dasar Struktur Komponen
9 9
9 9
9 9
9 1
3 9
9 9
9 1
Skalabilitas 3
9 9
3 3
3 1
3 1
3 3
1 1
3 Maintainable Design
1 3
3 1
3 3
9 9
1 1
1 3
9 9
Part Family 3
9 9
3 9
9 3
1 9
3 3
3 3
1 Standarisasi Struktur
Komponen 9
9 9
9 9
9 9
3 9
9 9
3 3
3 Durability
1 3
3 1
1 1
9 9
1 1
1 9
9 9
Sumber : Pengolahan Data
Gambar 5.13. Matriks Antara Karakteristik Teknis dengan Part Kritis Produk Spring Bed
Universitas Sumatera Utara
5. Membangun Matriks Design Deployment Produk Spring Bed Ukuran kinerja dari Design Deployment perlu dihitung sebelum membangun
matriks Design Deployment. Ukuran kinerja terdiri dari tiga aspek yaitu tingkat kesulitan, tingkat kepentingan dan perkiraan biaya.
a. Penentuan tingkat kesulitan
Bobot untuk dimensi rangka kayu sandaran = 3+3+4+0+0+0+0+4+0+0+0+0+0 = 14
Tingkat Kesulitan 100
x PartKritis
Bobot Total
PartKritis Tiap
Bobot =
Tingkat Kesulitan untuk dimensi rangka kayu sandaran =
1 10
28 ,
8 100
169 14
≈ ≈
= ×
b. Penentuan derajat kepentingan Perhitungan derajat kepentingan untuk karakteristik teknis dengan part
menggunakan rumus : 100
Re x
PartKritis Bobot
Total PartKritis
Bobot x
latif n
Kepentinga entingan
DerajatKep =
Derajat Kepentingan untuk dimensi rangka kayu sandaran = 7
70 ,
6 100
522 1
9 3
1 3
9 9
≈ =
× +
+ +
+ +
+
c. Perkiraan biaya Total bobot tingkat kesulitan dari part kritis produk yaitu, sebagai berikut :
= 1+2+2+1+2+2+2+1+1+1+1+1+1+1 = 19
Universitas Sumatera Utara
Perkiraan Biaya untuk dimensi rangka kayu sandaran =
5 100
19 1
= ×
Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan Biaya dapat dilihat pada Gambar 5.14.
Tingkat Kesulitan Derajat Kepentingan
Perkiraan Biaya 1
2 2
1 2
7 10
10 7
8 5
11 11
5 11
2 8
11 2
8 11
1 5
5 1
1 1
1 1
6 7
7 6
7 5
5 5
5 5
1 5
5
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5.14. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan Biaya QFD Fase 2
Matriks Design Deployment dapat dibuat berdasarkan data-data yang telah didapatkan pada langkah-langkah sebelumnya. QFD Fase 2 produk spring bed 3
feet dapat dilihat pada Gambar 5.15.
Universitas Sumatera Utara
Keakuratan geometri komponen Kesamaan dasar struktur komponen
Skalabilitas Maintenable Design
Part Family Durability
Derajat Hubungan : V = Hubungan poitif kuat
=4 √ = Hubungan positif sedang
=3 x = Hubungan negatif sedang
=2 X = Hubungan negatif kuat
=1 Derajat Hubungan :
V = Hubungan poitif kuat =4
√ = Hubungan positif sedang =3
x = Hubungan negatif sedang =2
X = Hubungan negatif kuat =1
2 2
2 3
2 Tingkat Kesulitan
Derajat Kepentingan Perkiraan Biaya
1 2
2 1
2 7
10 10
7 8
5 11
11 5
11 Karakteristik Teknis
Custome r Importance
K ARAKTERISTIK
PART
Standarisasi Struktur Komponen 9
9 3
3 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 3
9 3
3 3
1 3
1 3
9 3
9 3
9 3
1 3
1 1
2 8
11 9
9 9
3 3
9 1
2 8
11 1
3 9
1 3
9 3
1 5
5 1
3 1
3 9
1 9
1 1
1 1
1 6
7 7
6 7
5 5
5 5
5 9
9 9
1 1
9 9
9 3
3 9
3 9
9 9
3 1
3 1
1 1
1 1
3 9
3 9
3 3
3 1
1 1
9 9
1 5
5 1
3 1
3 9
1 9
Densitas busa K
adar material busa Dime
nsi kain sandaran Dime
nsi kain matras atas
Dime nsi kain matras
bawah Elastisitas per
Diame ter kawat baja
per Persen kadar baja
paduan per Dime
nsi rangka kayu sandaran
Dime nsi rangka kayu
divan atas Dime
nsi busa sandaran Dime
nsi busa matras atas
Dime nsi busa matras
bawah Dime
nsi rangka kayu divan bawah
V -
- √
V √
√ -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- V
V V
√ -
V V
- -
- √
√ √
√ -
- -
- -
√ -
- -
- -
V -
- V
- -
√ √
- V
- -
V V
- √
√ √
V √
- V
V √
- -
V -
- -
V √
V -
- -
- V
√ V
V
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5.15. QFD phase 2 Spring Bed 3 feet
Part kritis perancangan produk spring bed 3 feet dengan tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya tertinggi adalah dimensi rangka kayu
divan atas, dimensi rangka kayu divan bawah, dimensi busa matras atas, dimensi busa matras bawah dan densitas busa. Part kritis pada Gambar 5.15 akan
dianalisis lebih lanjut untuk penentuan arsitektur produk dengan metode Design Structure Matrix.
Universitas Sumatera Utara
5.2.2.2.2. Product Architecture – Design Structure Matrix Product Architecture
DSM
Product architecture DSM digunakan untuk menganalisis hubungan komponen rancangan produk dengan proses desain produk. Informasi komponen
diperoleh dari QFD phase II yaitu karakteristik part yang terdapat pada bagian atap HOQ II. Langkah-langkah pembuatan Product architecture DSM yaitu :
1. Penentuan boundary system dengan mentransformasikan data dari
karakteristik part. Nilai importance diperoleh dari tingkat kepentingan dari QFD Fase 2 pada Gambar 5.15. Boundary system karakteristik part produk
spring bed 3 feet dapat dilihat pada Gambar 5.16.
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5.16. Boundary System Part Kritis
2. Penentuan interaction strength dan pensimetrian komponen. Nilai kekuatan
interaksi antar komponen pada part kritis diperoleh dari nilai hubungan part kritis pada atap matriks Design Deployment QFD Fase 2 pada Gambar 5.14.
Interaction strength dan simetri komponen pada karakteristik part dapat dilihat pada Gambar 5.17.
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5.17. Interaction Strength dan Simetri Komponen pada Part Kritis
3. Penentuan model’s granularity. Model’s granularity ditentukan untuk
memperoleh jumlah nilai karakteristik part pada QFD Fase II yang telah dikalikan dengan nilai importance tingkat kesulitan yang diperoleh dari QFD
Fase II.
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5.18. Model’s Granularity
4. Pengidentifikasian interaksi antar komponen dengan clustering. Clustering
bagian terpenting dalam penentuan alokasi optimum dari N komponen ke M clusters.
a. Dimensi rangka kayu sandaran = A
b. Dimensi rangka kayu matras atas = B
c. Dimensi rangka kayu matras bawah = C
Universitas Sumatera Utara
d. Dimensi busa sandaran = D
e. Dimensi busa matras atas = E
f. Dimensi busa matras bawah = F
g. Densitas busa = G
h. Kadar material busa = H
i. Dimensi kain sandaran = I
j. Dimensi kain matras atas = J
k. Dimensi kain matras bawah = K
l. Elastisitas per = L
m. Diameter kawat baja per = M
n. Persen Kadar baja paduan kawat per = N
Proses clustering part kritis produk spring bed 3 feet dapat dilihat pada Gambar 5.19.
Parts N M L C B
A D I G K J F E
H N
4 4
6 6
M 4
4 6
6
L 4
4 8
8
C 6
6 8
16 6 6 6 12 12
B
6 6
8 16 6
6 6 12 12 A
6 6
4 4 D
4 4 8
4
I 4 4
6
G 8 6
6 6 16 16 8 K
6 6
6 4 8
8
J 6
6 6
4 8
8
F 12 12
16 8 8 12 8
E 12 12
16 8 8 12 8
H 4
8 8
8
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5.19. Clustering Analysis for Product Architecture DSM
Universitas Sumatera Utara
Product module untuk produk spring bed 3 feet dapat dbuat berdasarkan ilustrasi clustered product architecture DSM. Product module spring bed 3 feet dapat
dilihat pada Gambar 5.20.
Spring Bed 3 feet
Module 2 Module 3
Module 1
Dimensi busa sandaran Dimensi kain sandaran
Densitas busa Persen kadar baja
paduan kawat per Diameter kawat baja per
Elastisitas per Kadar material busa
Dimensi busa matras bawah
Dimensi busa matras atas Dimensi kain matras
bawah Dimensi kain matras atas
Dimensi rangka sandaran
Dimensi rangka kayu divan bawah
Dimensi rangka kayu divan atas
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5.20. Product Module Spring Bed 3 Feet
5.2.2.2.3. Physical Modelling dan Evaluate Concepts
Physical modelling merupakan model dari konsep yang dihasilkan yang mewakili karakteristik kunci dari konsep sehingga dapat dievaluasi dengan
berbagai pertimbangan. Physical modelling digunakan untuk membantu evaluasi konsep berdasarkan konsep yang dihasilkan. Tiga module yang dihasilkan dari
metode Product architecture DSM menjadi dasar pada pembuatan physical
Universitas Sumatera Utara
modelling produk spring bed 3 feet. Hasil physical modelling produk spring bed 3 feet dapat dilihat pada Gambar 5.21.
Gambar 5.21. Physical Modelling Produk Spring Bed 3 feet
Evaluasi konsep berfokus pada kesesuaian konsep terhadap identifikasi awal kebutuhan responden dengan hasil konsep yang dibuat untuk meminimisasi
desain dan aktivitas desain dalam rancangan produk spring bed 3 feet. Hasil physical modelling produk spring bed 3 feet memberikan standar hubungan
fungsional pada komponen dalam satu module. Pengelompokan dalam module ini dapat memberikan gambaran untuk menjalankan aktivitas desain yang saling
terintegrasi dengan penyederhanaan prosedur dalam pembuatan produk spring bed 3 feet.
Universitas Sumatera Utara
5.2.2.2.4. Integrate Concepts
Integrasi konsep didasarkan pada hasil product architecture yang terdiri dari empat module produk spring bed 3 feet. Konsep rancangan yang dihasilkan
mengelompokkan komponen-komponen kritis dari produk spring bed 3 feet menjadi tiga substruktur. Hasil pembuatan physical modelling produk spring bed
3 feet didasarkan pada tiga module produk spring bed 3 feet dalam perancangan masing-masing komponen. Penjelasan perancangan komponen produk spring bed
3 feet yaitu 1.
Module 1 terdiri dari elastisitas per, diameter kawat baja, persen kadar baja paduan, dimensi rangka divan bawah, dimensi rangka divan atas dan dimensi
rangka sandaran. Rancangan awal masing-masing komponen terdapat pada proses produksi departemen untuk pembuatan per spring, pembuatan rangka
divan, pembuatan rangka sandaran dan tembak matras. Rancangan awal masing-masing komponen terdapat pada proses produksi departemen untuk
rangka divan dan rangka sandaran. Konsep rancangan perbaikan aktivitas desain memberikan hasil bahwa antar komponen mempunyai standar
komponen yang saling berpengaruh dalam minimisasi desain perakitan rangka per ke rangka divan dan perakitan rangka sandaran. Proses pengukuran
sebagai tahap awal perancangan komponen menjadi proses terpenting dalam penentuan ketepatan dimensi komponen yang akan dirakit untuk membuat
spring bed 3 feet. 2.
Module 2 terdiri dari densitas busa, dimensi busa sandaran dan dimensi kain sandaran. Rancangan awal masing-masing komponen terdapat pada proses
Universitas Sumatera Utara
produksi departemen untuk pembuatan busa, penjahitan kain quilt dan pembuatan sandaran. Konsep rancangan perbaikan aktivitas desain
berdasarkan module mengelompokkan komponen dari densitas busa, dimensi busa sandaran dan dimensi kain sandaran pada satu departemen pembuatan
sandaran mulai dari awal pengukuran dimensi, pemotongan, hingga perakitan komponen. Ketiga komponen tersebut mempunyai standar komponen yang
saling berpengaruh dalam minimisasi desain pembuatan sandaran spring bed 3 feet.
3. Module 3 terdiri dari dimensi busa matras atas, dimensi busa matras bawah,
dimensi kain matras atas, dimensi kain matras bawah dan kadar material busa. Kadar material busa, dimensi busa matras atas dan dimensi busa matras bawah
merupakan komponen yang menjadi penentu kelenturan matras, sedangkan dimensi kain matras atas dan dimensi kain matras bawah merupakan
komponen yang menjadi penentu tampilan akhir pada matras spring bed. Rancangan awal masing-masing komponen terdapat pada proses produksi
departemen pembuatan busa, pembuatan kain quilt, jahit corner dan tembak matras. Konsep rancangan perbaikan aktivitas desain berdasarkan module
mengelompokkan komponen kadar material busa, dimensi busa matras atas, dimensi busa matras bawah, dimensi kain matras atas dan dimensi kain matras
bawah pada satu departemen yang saling berpengaruh dalam minimisasi desain komponen dari mulai awal pembuatan hingga perakitan komponen
menjadi matras spring bed 3 feet.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL
6.1. Analisis Data Kuesioner
Data yang diperoleh dari kuesioner, diketahui bahwa terdapat 12 variabel penilaian terhadap perancangan produk spring bed 3 feet. Data hasil kuesioner
tersebut selanjutnya diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan persamaan korelasi product moment Pearson. Hasil perhitungan validitas
diketahui bahwa seluruh variabel dinyatakan valid dikarenakan koefisien korelasi product moment bernilai lebih besar dari nilai r tabel yakni 0,329. Penelitian valid
berarti bahwa kuesioner yang digunakan sebagai instrumen pengumpulan data telah benar dan tidak perlu diganti. Perhitungan reliabilitas data memperoleh hasil
yang reliabel dapat dilihat dari nilai koefisiennya yang lebih besar dari nilai batas koefisien reliabel untuk penilaian reliabilitas kuesioner yakni sebesar 0,6
20
20
Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. hlm. 133
. Penelitian reliabel berarti bahwa keseluruhan data yang diperoleh dari hasil
penyebaran kuesioner telah layak digunakan dan diolah lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara