Menghitung Bobot Perencanaan Absolut untuk Setiap Variabel Menghitung Bobot Perencanaan Relatif untuk Setiap Variabel

e. Menghitung Bobot Perencanaan Absolut untuk Setiap Variabel

Hasil perhitungan nilai bobot perencanaan absolut untuk setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 5.13. Tabel 5.13. Hasil Perhitungan Bobot Absolut untuk Setiap Variabel No Variabel Kebutuhan Bobot Absolut 1 Kayu pertimbangan utama yang mempengaruhi desain model rangka sandaran pada produk spring bed 3 feet 5,71 2 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka sandaran yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 6,78 3 Kain Oskar jenis bahan kain pada sandaran yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 4,81 4 Busa Warna Cream jenis foam pada sandaran yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 2,98 5 Busa Warna Cream jenis foam pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 10,36 6 6 cm merupakan ketebalan foam pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 10,61 7 Kain Zakat jenis bahan kain pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 4,43 8 Kayu yang menjadi pertimbangan utama yang mempengaruhi desain model rangka divan pada produk spring bed 3 feet 8,65 9 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka divan bagian atas yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 7,32 10 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka divan bagian bawah yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 7,32 11 Tinggi per faktor yang menjadi pertimbangan dari segi spesifikasi teknis pada desain produk spring bed 3 feet 6,27 12 Per dan Busa faktor yang menjadi penentu daya tahan umur pakai produk spring bed 3 feet dan 10 tahun lama rata-rata umur produk tersebut 6,90 Sumber: Hasil Pengolahan Data Universitas Sumatera Utara

f. Menghitung Bobot Perencanaan Relatif untuk Setiap Variabel

Hasil perhitungan nilai bobot perencanaan relatif untuk setiap variabel dapat dilihat pad Tabel 5.14. Tabel 5.14. Hasil Perhitungan Bobot Relatif untuk Setiap Variabel No Variabel Kebutuhan Bobot Relatif 1 Kayu pertimbangan utama yang mempengaruhi desain model rangka sandaran pada produk spring bed 3 feet 6,96 2 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka sandaran yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 8,25 3 Kain Oskar jenis bahan kain pada sandaran yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 5,86 4 Busa Warna Cream jenis foam pada sandaran yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 3,63 5 Busa Warna Cream jenis foam pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 12,61 6 6 cm merupakan ketebalan foam pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 12,91 7 Kain Zakat jenis bahan kain pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 5,39 8 Kayu yang menjadi pertimbangan utama yang mempengaruhi desain model rangka divan pada produk spring bed 3 feet 10,53 9 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka divan bagian atas yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 8,91 10 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka divan bagian bawah yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 8,91 11 Tinggi per faktor yang menjadi pertimbangan dari segi spesifikasi teknis pada desain produk spring bed 3 feet 7,64 12 Per dan Busa faktor yang menjadi penentu daya tahan umur pakai produk spring bed 3 feet dan 10 tahun lama rata-rata umur produk tersebut 8,40 3. Menetapkan Karakteristik Teknik terhadap Kebutuhan Konsumen Langkah berikutnya dalam membangun HOQ adalah menetapkan karakteristik- karakteristik teknik yang dibutuhkan oleh PT. Ivana Mery Lestari Matras dalam memenuhi variabel-variabel kebutuhan konsumen terhadap produk Universitas Sumatera Utara spring bed 3 feet. Karakteristik teknik yang yang diperlukan oleh pihak perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dapat dilihat pada Tabel 5.15. Tabel 5.15. Karakteristik Teknis yang Dibutuhan untuk Memenuhi Kebutuhan Konsumen No Karakteristik Teknis 1 Keakuratan Geometri Komponen 2 Kesamaan Dasar Struktur Komponen 3 Skalabilitas 4 Maintainable Design 5 Part Family 6 Standarisasi Struktur Komponen 7 Durability Sumber : Pengolahan Data 4. Menetapkan Hubungan Antara Karakteristik Teknis Pada tahap ini ditentukan hubungan antara masing-masing karakteristik teknis yang ada untuk dianalisis apakah antara karakteristik teknis tersebut terdapat hubungan yang saling bertolak belakang negatif. Penggambarkan tingkat hubungan antara masing-masing karakteristik teknis yang ada berdasarkan pada simbol berikut: V : tingkat hubungan positif kuat √ : tingkat hubungan positif sedang x : tingkat hubungan negatif sedang X : tingkat hubungan negatif kuat Tingkat hubungan antara masing-masing karakteristik teknis dapat dilihat pada Gambar 5.2. Universitas Sumatera Utara V √ √ Keakuratan Geometri Komponen Kesamaan Dasar Struktur Komponen Skalabilitas Maintainable Design Part Family Standarisasi Stuktur Komponen V X V V √ √ V V √ V V √ √ Durability √ √ X V √ V Gambar 5.2. Hubungan Antar Karakteristik Teknik Produk Spring Bed 5. Menetapkan Tingkat Hubungan Antara Karakteristik Teknis Produk Dengan Keinginan Konsumen Penentuan Relation Matrix dilakukan untuk menentukan tingkat hubungan antara keinginan konsumen dankarakteristik teknis produk. Tingkat hubungan yang dimaksud dimulai dari skala kuat, sedang, lemah, dan tidak berhubungan sama sekali. Penilaian yang diberikan akan berdasarkan aturan : - Nilai 9 : menunjukkan hubungan yang kuat - Nilai 3 : menunjukkan hubungan yang sedang - Nilai 1 : menunjukkan hubungan yang lemah - Nilai 0 : menunjukkan tidak ada hubungan sama sekali Skor hubungan antara keinginan konsumen dan karakteristik teknis dapat dilihat pada Gambar 5.3. Universitas Sumatera Utara K ea kur at an G eom et ri K om pone n K esam aan D asar S tr uk tur K ompone n S ka labi li tas M ai nt a inabl e D es ign P ar t F am ily S ta nda ri sa si S tukt ur K o m pone n D ur abi li ty Kayu pertimbangan utama yang mempengaruhi desain model rangka sandaran pada produk spring bed 3 feet 9 9 1 3 9 9 1 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka sandaran yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 9 9 1 3 9 9 3 Kain Oskar jenis bahan kain pada sandaran yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 1 1 1 9 1 9 3 Busa Warna Cream jenis foam pada sandaran yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 9 9 9 3 9 9 9 Busa Warna Cream jenis foam pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 9 9 9 3 9 9 9 6 cm merupakan ketebalan foam pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 9 9 9 1 9 3 9 Kain Zakat jenis bahan kain pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 1 1 1 9 1 9 3 Kayu yang menjadi pertimbangan utama yang mempengaruhi desain model rangka divan pada produk spring bed 3 feet 9 9 1 3 9 9 1 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka divan bagian atas yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 9 9 1 3 9 9 3 Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka divan bagian bawah yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 9 9 1 3 9 9 3 Tinggi per faktor yang menjadi pertimbangan dari segi spesifikasi teknis pada desain produk spring bed 3 feet 9 9 1 1 3 9 9 Per dan Busa faktor yang menjadi penentu daya tahan umur pakai produk spring bed 3 feet dan 10 tahun lama rata-rata umur produk tersebut 3 3 3 9 3 9 9 Gambar 5.3. Matriks Antara CR dengan Karakteristik Teknis Produk Spring Bed Universitas Sumatera Utara 6. Membangun Matriks House of Quality HOQ Produk Spring Bed Sebelum membangun house of quality HOQ perlu dihitung ukuran kinerja dari HoQ yang terdiri dari tiga aspek yaitu tingkat kesulitan, tingkat kepentingan dan perkiraan biaya. a. Penentuan tingkat kesulitan Bobot untuk keakuratan geometri komponen Tingkat Kesulitan = 4+3 +3+4+4+3 = 21 100 x tikTeknis Karakteris Bobot Total Teknis tik Karakteris Tiap Bobot = Tingkat Kesulitan untuk keakuratan geometri komponen = 3 31 43 , 30 100 69 21 ≈ ≈ = × b. Penentuan derajat kepentingan Perhitungan derajat kepentingan untuk atribut produk dengan karakteristik teknis menggunakan rumus : 100 Re x Teknis tik Karakteris Bobot Total tik Karakteris Bobot x latif n Kepentinga entingan DerajatKep = Derajat Kepentingan untuk keakuratan geometri komponen = 17 063 , 17 100 504 3 9 9 9 9 1 9 9 9 1 9 9 ≈ = × + + + + + + + + + + + c. Perkiraan biaya Total bobot tingkat kesulitan dari karakteristik teknis produk yaitu, sebagai berikut : = 3 + 3 + 2 +2+ 2 + 3 + 2 = 17 Universitas Sumatera Utara Perkiraan Biaya untuk keakuratan geometri komponen = 18 100 17 3 = × Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan Biaya dapat dilihat pada Gambar 5.4. Tingkat kesulitan Derajat kepentingan Perkiraan biaya 3 3 2 2 2 18 18 12 12 12 18 17 17 7 10 15 20 3 12 12 2 Sumber: Hasil pengolahan data Gambar 5.4. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan Biaya Berdasarkan data-data yang telah didapatkan pada langkah-langkah sebelumnya, selanjutnya dibuat matriks HoQ. Adapun QFD produk spring bed 3 feet dapat dilihat pada Gambar 5.5. Universitas Sumatera Utara Kayu pertimbangan utama yang mempengaruhi desain model rangka sandaran pada produk spring bed 3 feet Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka sandaran yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet Kain Oskar jenis bahan kain pada sandaran yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet Busa Warna Cream jenis foam pada sandaran yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet Busa Warna Cream jenis foam pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet Kain Zakat jenis bahan kain pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet Kayu yang menjadi pertimbangan utama yang mempengaruhi desain model rangka divan pada produk spring bed 3 feet Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka divan atas yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet Kayu Jati Putih jenis bahan kayu rangka divan bawah yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet Derajat Hubungan : V = Hubungan poitif kuat =4 √ = Hubungan positif sedang =3 x = Hubungan negatif sedang =2 X = Hubungan negatif kuat =1 4 3 5 5 4 5 5 5 Tingkat Kesulitan Derajat Kepentingan Perkiraan Biaya 3 3 2 2 2 3 17 17 7 10 15 20 18 18 12 12 12 18 Customer Requirement Customer Importance KARAKTERISTIK TEKNIK Net Sales 6 cm merupakan ketebalan foam pada matras yang paling sesuai dengan desain produk spring bed 3 feet 9 9 3 4 Keakuratan Geometri Komponen Kesamaan Dasar Struktur Komponen Skalabilitas Maintainable Design Part Family Standarisasi Stuktur Komponen 5 Importance Weight Relative Weight 1,2 1,0 5,71 6,78 6,96 8,25 5,86 3,63 12,61 12,91 5,39 10,53 8,91 8,91 1,0 1,0 1,5 1,5 1 1,2 1,0 1,0 4,81 2,98 10,36 10,61 4,43 8,65 7,32 7,32 1 9 9 9 9 1 9 9 3 9 9 3 1 9 9 1 1 9 1 1 9 9 9 3 9 9 9 9 9 3 9 9 9 1 1 9 1 1 9 9 9 3 1 9 9 9 3 1 9 9 9 9 3 1 9 9 V √ V X V V √ √ V V √ V V X √ Tinggi per faktor yang menjadi pertimbangan dari segi spesifikasi teknis pada desain produk spring bed 3 feet Per dan Busa faktor yang menjadi penentu daya tahan umur pakai produk spring bed 3 feet dan 12 tahun lama rata-rata umur produk tersebut 4 4 7,64 8,40 1,2 1,5 6,27 6,90 9 3 1 9 9 9 9 3 1 9 9 Durability 2 12 12 9 3 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 √ √ √ V V √ Sumber: Hasil pengolahan data Gambar 5.5. QFD phase I Spring Bed 3 feet Karakteristik teknis perancangan produk spring bed 3 feet dengan tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya tertinggi berdasarkan Gambar 5.5 adalah keakuratan geometri komponen, kesamaan dasar struktur komponen dan standarisasi struktur komponen. Karakteristik teknis pada Gambar 5.4 akan Universitas Sumatera Utara menjadi input kolom “whats” pada matriks Design Deployment QFD Fase 2. Bobot tingkat kesulitan dari karakteristik teknis akan menjadi input pada kolom importance level dari kriteria “whats” pada matriks Design Deployment. 19 Boundary diagram merupakan diagram blok yang menunjukkan hubungan antar tiap komponen dari suatu produk dimana hubungan tersebut dapat berupa aliran informasi, energi, tenaga atau operasi. Boundary diagram produk spring bed 3 feet dapat dilihat pada Gambar 5.6. 5.2.2.1.2.Identifikasi Potensial Kegagalan Desain Produk dengan Metode FMEA FMEA merupakan alat yang digunakan dalam mengidentifikasi dan menilai resiko yang berhubungan dengan potensial kegagalan. Dalam pembuatan FMEA ditentukan terlebih dahulu efek yang ditimbulkan dari kegagalan pada proses, penyebab dari kegagalannya dan kontrol yang dilakukan untuk mencegah terjadinya efek dari kegagalan proses tersebut. Dalam menyelesaikan masalah yang ada, ditentukan dengan menghitung nilai resiko prioritas RPN yang merupakan perkalian antara nilai keparahan severity, kejadian occurence, dan deteksi detection. Identifikasi potensial kegagalan desain produk spring bed 3 feet dengan metode FMEA adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi Komponen Produk dengan Blok Boundary Diagram 19 Ronald G. Day. Quality Function Deployment: Linking A Company with Its Customers. Milwaukee: ASQC Cuality Press, 1993. p. 114 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.6. Boundary Diagram Spring Bed 3 Feet Universitas Sumatera Utara 2. Penetapan Fungsi Atau Requirement Dari Komponen Produk Fungsi dari komponen produk spring bed dapat dilihat pada Tabel 5.16. Tabel 5.16. Fungsi dari Komponen Produk Spring Bed 3 Feet Komponen Fungsi Rangka sandaran Rakitan kayu yang menjadi rangka untuk sandaran spring bed Busa Sandaran Berfungsi sebagai pelentur pada sandaran Kain Sandaran Kain yang berfungsi untuk melapisi busa pada sandaran spring bed Kain Blacu Sandaran Kain yang berfungsi sebagai pelapis pada bagian bawah sandaran spring bed Rangka divan atas Rakitan kayu yang menjadi rangka dari divan atas spring bed Rangka per matras atas Rangka per yang berfungsi sebagai rangka dari matras atas dan sebagai pelentur dari matras atas Kain hard pard matras atas Kain yang berfungsi untuk meredam tekanan dari per ke busa pada matras atas Busa matras atas Busa yang berfungsi sebagai pelentur dan peredam tekanan pada matras atas Kain quilt matras atas Kain yang berfungsi untuk melapisi busa pada matras atas Rangka divan bawah Rakitan kayu yang menjadi rangka dari divan bawah spring bed Rangka per matras bawah Rangka per yang berfungsi sebagai rangka dari matras bawah dan sebagai pelentur dari matras bawah Kain hard pard matras bawah Kain yang berfungsi untuk meredam tekanan dari per ke busa pada matras bawah Busa matras bawah Busa yang berfungsi sebagai pelentur dan peredam tekanan pada matras bawah Kain quilt matras bawah Kain yang berfungsi untuk melapisi busa pada matras bawah Per spring Komponen utama dari rangka per yang berfungsi sebagai pelentur Universitas Sumatera Utara Tabel 5.16. Fungsi dari Komponen Produk Spring Bed 3 Feet Komponen Fungsi Kawat samping Berfungsi sebagai pengikat pada sisi samping rangka per agar menjadi lebih kokoh Per M Berfungsi sebagai penahan tekanan pada sisi-sisi rangka per Sumber : Pengolahan Data 3. Penentuan Jenis Kegagalan Yang Potensial pada Setiap Komponen Rekapitulasi jenis dan jumlah kegagalan proses produksi di Tabel 5.3 dapat ditabulasikan ke dalam bentuk histogram. Histogram jenis dan frekuensi kegagalan komponen spring bed 3 feet dapat dilihat pada Gambar 5.7. Sumber : Pengolahan Data Gambar 5.7. Histogram Jenis dan Frekuensi Kegagalan Komponen Spring Bed Universitas Sumatera Utara Histogram pada Gambar 5.7 menunjukkan sebaran frekuensi kegagalan pada komponen spring bed. Dari histogram pada Gambar 5.7, jenis kegagalan dapat diurutkan dari frekuensi yang terbesar hingga yang terkecil dan diklasifikasikan berdasarkan analisis ABC yang ditunjukkan dalam Tabel 5.17. Tabel 5.17. Analisis ABC Jenis Kegagalan Komponen Spring Bed Jenis Kegagalan Jumlah Kegagalan unit Persen Kegagalan Persen Kumulatif Kategori Salah ukuran pemotongan 21 43,75 43,75 A Per bengkok atau patah 10 20,83 64,58 A Pengerasan busa 7 14,58 79,16 B Jahitan putus 3 6,25 85,41 B Perakitan tidak simetris 2 4,17 89,58 C Kayu patah atau retak 2 4,17 93,75 C Jahitan miring 1 2,08 95,83 C Permukaan busa tidak rata 1 2,08 97,91 C Kayu membusuk 1 2,08 100,00 C Jumlah 48 100,00 Sumber : Pengolahan Data Pareto Diagram berdasarkan Tabel 5.17 dapat dilihat pada Gambar 5.8. Universitas Sumatera Utara Sumber : Pengolahan Data Gambar 5.8. Diagram Pareto Jenis Kegagalan Komponen Spring Bed 3 Feet Berdasarkan analisis ABC pada Tabel 5.17 dan diagram pareto pada Gambar 5.8, maka jenis kegagalan komponen Spring Bed 3 feet dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu: 1. Kategori A mewakili 64,58 kecacatan produk spring bed 3 feet yang disebabkan oleh 22,22 jenis kegagalan yang paling dominan yaitu salah Universitas Sumatera Utara ukuran pemotongan dan per bengkok atau patah. Kedua jenis kegagalan ini akan dianalisis lebih lanjut dengan metode FMEA. 2. Kategori B mewakili 20,83 kecacatan produk spring bed 3 feet yang disebabkan oleh 22,22 jenis kegagalan yaitu pengerasan busa dan jahitan putus. 3. Kategori C mewakili 14,59 kecacatan produk spring bed 3 feet yang disebabkan oleh 55,55 jenis kegagalan yaitu perakitan tidak simetris, kayu patah atau retak, jahitan miring, permukaan busa tidak rata dan kayu membusuk. Berdasarkan analisis ABC maka diperoleh tiga jenis kegagalan yang paling dominan pada komponen spring bed 3 feet yaitu: 1. Salah ukuran pemotongan 2. Per bengkok atau patah 3. Pengerasan busa 4. Cause and Effect Diagram Salah Ukuran Pemotongan Diagram sebab-akibat Cause-Effect Diagram dikenal dengan istilah diagram tulang ikan fishbone diagram. Diagram ini berguna untuk menganalisis dan menentukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan di dalam menentukan karakteristik kualitas produk berdasarkan kategori rasional. Disamping itu juga berguna untuk mencari penyebab yang sesungguhnya dari suatu masalah. Universitas Sumatera Utara Dari Pareto Diagram terlihat bahwa jumlah kecacatan salah ukuran pemotongan sebesar 21 unit. Dengan demikian dilakukan analisis penyebab kesalahan pada jenis kesalahan tersebut dengan menggunakan Cause and Effect Diagram, seperti terlihat pada Gambar 5.9. Salah ukuran pemotongan Salah ukuran pemotongan Metode Kerja Metode Kerja Posisi bahan tidak tepat di mesin pemotong Posisi bahan tidak tepat di mesin pemotong MesinPeralatan MesinPeralatan Penyangga di mesin sudah rusak Penyangga di mesin sudah rusak Umur mesin yang telah tua Umur mesin yang telah tua Manusia Manusia Operator kurang teliti Operator kurang teliti Lingkungan Lingkungan Debu yang menganggu konsentrasi kerja Debu yang menganggu konsentrasi kerja Kebosanan kejenuhan operator Kebosanan kejenuhan operator Sumber : Pengolahan Data Gambar 5.9. Cause and Effect Diagram Salah Ukuran Pemotongan Penyebab terjadinya salah ukuran pemotongan adalah: 1. Metode Kerja Posisi bahan tidak tepat di mesin pemotong 2. MesinPeralatan a. Umur mesin yang telah tua b. Penyangga mesin telah rusak 3. Manusia a. Operator kurang teliti Universitas Sumatera Utara b. Kebosanankejenuhan operator 4. Lingkungan Debu yang mengganggu konsentrasi kerja 5. Cause and Effect Diagram Per Bengkok atau Patah Dari Pareto Diagram terlihat bahwa jumlah kecacatan per bengkok atau patah sebesar 10 unit. Dengan demikian dilakukan analisis penyebab kesalahan pada jenis kesalahan tersebut dengan menggunakan Cause and Effect Diagram, seperti terlihat pada Gambar 5.10. Per Bengkok atau Patah Per Bengkok atau Patah Material Material Persen kadar baja paduan pada kawat tidak sesuai spesifikasi Persen kadar baja paduan pada kawat tidak sesuai spesifikasi Diamater kawat baja tidak sesuai spesifikasi Diamater kawat baja tidak sesuai spesifikasi Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja Adanya debu di sekitar stasiun kerja Adanya debu di sekitar stasiun kerja MesinPeralatan MesinPeralatan Roll pada mesin inject tidak stabil Roll pada mesin inject tidak stabil Manusia Manusia Operator kurang teliti Operator kurang teliti Metode Kerja Metode Kerja Proses pemindahan komponen tidak tepat Proses pemindahan komponen tidak tepat Sumber : Pengolahan Data Gambar 5.10. Cause and Effect Diagram Per Bengkok atau Patah Penyebab terjadinya per bengkok atau patah adalah: 1. Material a. Diamater kawat baja tidak sesuai spesifikasi b. Persen kadar baja paduan tidak sesuai spesifikasi Universitas Sumatera Utara 2. Lingkungan Kerja Adanya debu di sekitar stasiun kerja 3. Metode Kerja Proses pemindahan komponen tidak tepat 4. Mesinperalatan Roll pada mesin inject tidak stabil 5. Manusia Operator kurang teliti 6. Cause and Effect Diagram Pengerasan Busa Dari Pareto Diagram terlihat bahwa jumlah kecacatan pengerasan busa sebesar 7 unit. Dengan demikian dilakukan analisis penyebab kesalahan pada jenis kesalahan tersebut dengan menggunakan Cause and Effect Diagram, seperti terlihat pada Gambar 5.11. Pengerasan busa Pengerasan busa Material Material Komposisi polypropylene glycol, silikon dan poly stirene tidak sesuai spesifikasi Komposisi polypropylene glycol, silikon dan poly stirene tidak sesuai spesifikasi MesinPeralatan MesinPeralatan Umur mesin telah tua Umur mesin telah tua Putaran mesin tidak sesuai rpm yang diharapkan Putaran mesin tidak sesuai rpm yang diharapkan Metode Kerja Metode Kerja Proses pengadukan tidak sempurna Proses pengadukan tidak sempurna Operator Operator Suhu ruangan yang panas Suhu ruangan yang panas Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja Adanya bau yang menyengat di sekitar stasiun kerja Adanya bau yang menyengat di sekitar stasiun kerja Operator kurang teliti Operator kurang teliti Sumber : Pengolahan Data Gambar 5.11. Cause and Effect Pengerasan busa Universitas Sumatera Utara Penyebab terjadinya pengerasan busa adalah: 1. Material Komposisi polypropylene glycol, silikon dan poly stirene tidak sesuai spesifikasi. 2. MesinPeralatan a. Putaran mesin tidak sesuai rpm yang diharapkan b. Umur mesin telah tua 3. Lingkungan Kerja a. Adanya bau menyengat di sekitar stasiun kerja b. Suhu ruangan yang panas 4. Metode Kerja Proses pengadukan tidak sempurna 5. Operator Operator kurang teliti 6. Pembuatan Tabel FMEA Analisis FMEA untuk produk sring bed 3 feet dapat dilihat pada Tabel 5.17. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.17. FMEA Produk Spring Bed 3 Feet Komponen Fungsi Mode Kegagalan Efek Kegagalan S Penyebab Kegagalan O Kontrol yang Dilakukan D RPN Penanggulangan Rangka sandaran Rakitan kayu yang menjadi rangka untuk sandaran spring bed Salah ukuran pemotongan Reject, tingginya pembuangan kayu yang berkualitas baik 7 Operator kurang teliti 3 Visual 3 63 Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat daftar standar dimensi kayu untuk rangka sandaran Posisi kayu tidak tepat di mesin pemotong 4 Visual 2 56 Memeriksa peletakan posisi kayu pada mesin pemotong sebelum dilakukan pemotongan Busa sandaran Berfungsi sebagai pelentur pada sandaran Salah ukuran pemotongan Reject 6 Operator kurang teliti 3 Visual 3 54 Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat daftar standar dimensi busa untuk sandaran Posisi busa tidak tepat di mesin pemotong 5 Visual 2 60 Memeriksa peletakan posisi busa pada mesin pemotong sebelum dilakukan pemotongan Pengerasan busa Reject, busa tidak lentur, densitas busa rendah 8 Komposisi polypropylene glycol, silikon dan poly stirene tidak sesuai spesifikasi 6 Visual 4 192 Mengukur kadar polypropylene glycol, silikon dan poly stirene secara tepat dan akurat Proses pengadukan tidak sempurna 7 Visual 4 224 Memeriksa mesin pengaduk secara berkala dan mengontrol proses pengadukan Kain sandaran Kain yang berfungsi untuk melapisi busa pada sandaran spring bed Salah ukuran pemotongan Reject 6 Operator kurang teliti 3 Visual 3 72 Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat daftar standar dimensi kain untuk sandaran Universitas Sumatera Utara Tabel 5.17. FMEA Produk Spring Bed 3 Feet Lanjutan Komponen Fungsi Mode Kegagalan Efek Kegagalan S Penyebab Kegagalan O Kontrol yang Dilakukan D RPN Penanggulangan Kain blacu sandaran Kain yang berfungsi sebagai pelapis pada bagian bawah sandaran spring bed Salah ukuran pemotongan Reject 5 Operator kurang teliti 3 Visual 3 45 Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat daftar standar dimensi kain blacu untuk sandaran Rangka divan atas Rakitan kayu yang menjadi rangka dari divan atas spring bed Salah ukuran pemotongan Reject, tingginya pembuangan kayu yang berkualitas baik 7 Operator kurang teliti 3 Visual 3 63 Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat daftar standar dimensi kayu untuk rangka divan atas Posisi kayu tidak tepat di mesin pemotong 4 Visual 2 56 Memeriksa peletakan posisi kayu pada mesin pemotong sebelum dilakukan pemotongan Per spring matras atas Komponen utama dari rangka per matras atas yang berfungsi sebagai pelentur Per bengkok atau patah Reject, per tidak elastis, mengganggu fungsi matras secara keseluruhan 8 Diamater kawat baja tidak sesuai spesifikasi 6 Pemeriksaan spesifikasi kawat baja pada saat penyortiran di gudang 4 192 Memeriksa spesifikasi diamater kawat baja 2,4 mm untuk per spring matras atas pada saat penyortiran di gudang bahan baku Persen kadar baja paduan pada kawat tidak sesuai spesifikasi 6 Pemeriksaan spesifikasi kawat baja pada saat penyortiran di gudang 6 288 Memeriksa persen kadar baja paduan baja 60 pada kawat untuk per spring matras atas pada saat penyortiran di gudang bahan baku Roll pada mesin inject tidak stabil 7 Tidak ada 3 168 Memeriksa dan melakukan perawatan secara rutin mesin inject Universitas Sumatera Utara Tabel 5.17. FMEA Produk Spring Bed 3 Feet Lanjutan Komponen Fungsi Mode Kegagalan Efek Kegagalan S Penyebab Kegagalan O Kontrol yang Dilakukan D RPN Penanggulangan Kawat samping matras atas Berfungsi sebagai pengikat pada sisi samping rangka per matras atas agar menjadi lebih kokoh Per bengkok atau patah Reject, rangka per tidak kokoh 7 Diamater kawat baja tidak sesuai spesifikasi 6 Pemeriksaan spesifikasi kawat baja pada saat penyortiran di gudang 4 168 Memeriksa spesifikasi diamater kawat baja 4 mm untuk kawat samping matras atas pada saat penyortiran di gudang bahan baku Persen kadar baja paduan pada kawat tidak sesuai spesifikasi 6 Pemeriksaan spesifikasi kawat baja pada saat penyortiran di gudang 6 252 Memeriksa persen kadar baja paduan baja 60 pada kawat untuk kawat samping matras atas pada saat penyortiran di gudang bahan baku Per M matras atas Berfungsi sebagai penahan tekanan pada sisi-sisi rangka per matras atas Per bengkok atau patah Reject, rangka per tidak kokoh 7 Diamater kawat baja tidak sesuai spesifikasi 6 Pemeriksaan spesifikasi kawat baja pada saat penyortiran di gudang 4 168 Memeriksa spesifikasi diamater kawat baja 3,5 mm untuk per M matras atas pada saat penyortiran di gudang bahan baku Persen kadar baja paduan pada kawat tidak sesuai spesifikasi 6 Pemeriksaan spesifikasi kawat baja pada saat penyortiran di gudang 6 252 Memeriksa persen kadar baja paduan baja 60 pada kawat untuk per M matras atas pada saat penyortiran di gudang bahan baku Kain hard pad matras atas Kain yang berfungsi untuk meredam tekanan dari per ke busa pada matras atas Salah ukuran pemotongan Reject 6 Operator kurang teliti 3 Visual 3 54 Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat daftar standar dimensi kain hard pad untuk matras atas Universitas Sumatera Utara Tabel 5.17. FMEA Produk Spring Bed 3 Feet Lanjutan Komponen Fungsi Mode Kegagalan Efek Kegagalan S Penyebab Kegagalan O Kontrol yang Dilakukan D RPN Penanggulangan Busa matras atas Busa yang berfungsi sebagai pelentur dan peredam tekanan pada matras atas Salah ukuran pemotongan Reject 6 Operator kurang teliti 3 Visual 3 54 Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat daftar standar dimensi busa untuk matras atas Posisi busa tidak tepat di mesin pemotong 5 Visual 2 60 Memeriksa peletakan posisi busa pada mesin pemotong sebelum dilakukan pemotongan Pengerasan busa Reject, busa tidak lentur 8 Komposisi polypropylene glycol, silikon dan poly stirene tidak sesuai spesifikasi 6 Visual 4 192 Mengukur kadar polypropylene glycol, silikon dan poly stirene secara tepat dan akurat Proses pengadukan tidak sempurna 7 Visual 4 224 Memeriksa mesin pengaduk secara berkala dan mengontrol proses pengadukan Kain quilt matras atas Kain yang berfungsi untuk melapisi busa pada matras atas Salah ukuran pemotongan Reject 6 Operator kurang teliti 3 Visual 3 54 Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat daftar standar dimensi kain quilt untuk matras atas Rangka divan bawah Rakitan kayu yang menjadi rangka dari divan bawah spring bed Salah ukuran pemotongan Reject, tingginya pembuangan kayu yang berkualitas baik 7 Operator kurang teliti 3 Visual 3 63 Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat daftar standar dimensi kayu untuk rangka divan bawah Posisi kayu tidak tepat di mesin pemotong 4 Visual 2 56 Memeriksa peletakan posisi kayu pada mesin pemotong sebelum dilakukan pemotongan Universitas Sumatera Utara Tabel 5.17. FMEA Produk Spring Bed 3 Feet Lanjutan Komponen Fungsi Mode Kegagalan Efek Kegagalan S Penyebab Kegagalan O Kontrol yang Dilakukan D RPN Penanggulangan Per spring matras bawah Komponen utama dari rangka per matras bawah yang berfungsi sebagai pelentur Per bengkok atau patah Reject, per tidak elastis, mengganggu fungsi matras secara keseluruhan 8 Diamater kawat baja tidak sesuai spesifikasi 6 Pemeriksaan spesifikasi kawat baja pada saat penyortiran di gudang 4 192 Memeriksa spesifikasi diamater kawat baja 2,4 mm untuk per spring matras bawah pada saat penyortiran di gudang bahan baku Persen kadar baja paduan pada kawat tidak sesuai spesifikasi 6 Pemeriksaan spesifikasi kawat baja pada saat penyortiran di gudang 6 288 Memeriksa persen kadar baja paduan baja 60 pada kawat untuk per spring matras bawah pada saat penyortiran di gudang bahan baku Roll pada mesin inject tidak stabil 7 Tidak ada 3 168 Memeriksa dan melakukan perawatan secara rutin mesin inject Kawat samping matras bawah Berfungsi sebagai pengikat pada sisi samping rangka per matras bawah agar menjadi lebih kokoh Per bengkok atau patah Reject, rangka per tidak kokoh 7 Diamater kawat baja tidak sesuai spesifikasi 6 Pemeriksaan spesifikasi kawat baja pada saat penyortiran di gudang 4 168 Memeriksa spesifikasi diamater kawat baja 4 mm untuk kawat samping matras bawah pada saat penyortiran di gudang bahan baku Persen kadar baja paduan pada kawat tidak sesuai spesifikasi 6 Pemeriksaan spesifikasi kawat baja pada saat penyortiran di gudang 6 252 Memeriksa persen kadar baja paduan baja 60 pada kawat untuk kawat samping matras bawah pada saat penyortiran di gudang bahan baku Per M matras bawah Berfungsi sebagai penahan tekanan pada sisi-sisi rangka per matras bawah Per bengkok atau patah Reject, rangka per tidak kokoh 7 Diamater kawat baja tidak sesuai spesifikasi 6 Pemeriksaan spesifikasi kawat baja pada saat penyortiran di gudang 4 168 Memeriksa spesifikasi diamater kawat baja 3,5 mm untuk per M matras bawah pada saat penyortiran di gudang bahan baku Persen kadar baja paduan pada kawat tidak sesuai spesifikasi 6 Pemeriksaan spesifikasi kawat baja pada saat penyortiran di gudang 6 252 Memeriksa persen kadar baja paduan baja 60 pada kawat untuk per M matras bawah pada saat penyortiran di gudang bahan baku Universitas Sumatera Utara Tabel 5.17. FMEA Produk Spring Bed 3 Feet Lanjutan Komponen Fungsi Mode Kegagalan Efek Kegagalan S Penyebab Kegagalan O Kontrol yang Dilakukan D RPN Penanggulangan Kain hard pad matras bawah Kain yang berfungsi untuk meredam tekanan dari per ke busa pada matras bawah Salah ukuran pemotongan Reject 6 Operator kurang teliti 3 Visual 3 54 Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat daftar standar dimensi kain hard pad untuk matras bawah Busa matras bawah Busa yang berfungsi sebagai pelentur dan peredam tekanan pada matras bawah Salah ukuran pemotongan Reject 6 Operator kurang teliti 3 Visual 3 54 Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat daftar standar dimensi busa untuk matras bawah Posisi busa tidak tepat di mesin pemotong 5 Visual 2 60 Memeriksa peletakan posisi busa pada mesin pemotong sebelum dilakukan pemotongan Pengerasan busa Reject, busa tidak lentur 8 Komposisi polypropylene glycol, silikon dan poly stirene tidak sesuai spesifikasi 6 Visual 4 192 Mengukur kadar polypropylene glycol, silikon dan poly stirene secara tepat dan akurat Proses pengadukan tidak sempurna 7 Visual 4 224 Memeriksa mesin pengaduk secara berkala dan mengontrol proses pengadukan Kain quilt matras bawah Kain yang berfungsi untuk melapisi busa pada matras bawah Salah ukuran pemotongan Reject 6 Operator kurang teliti 3 Visual 3 54 Melakukan pelatihan kerja pada operator secara berkala, Membuat daftar standar dimensi kain quilt untuk matras bawah Sumber : Pengolahan Data Universitas Sumatera Utara Nilai RPN tertinggi terdapat pada kegagalan per bengkok atau patah yang disebabkan oleh persen kadar baja paduan tidak sesuai spesifikasi dengan nilai RPN sebesar 282. Part kritis dapat diidentifikasi dari analisis kegagalan komponen produk spring bed 3 feet dengan metode FMEA. Part kritis merupakan karakteristik dari komponen produk yang mempengaruhi desain produk. Part kritis spring bed 3 feet dari analisis FMEA yaitu: 1. Dimensi rangka kayu sandaran 2. Dimensi rangka kayu divan atas 3. Dimensi rangka kayu divan bawah 4. Dimensi busa sandaran 5. Dimensi busa matras atas 6. Dimensi busa bawah 7. Densitas busa 8. Kadar material busa 9. Dimensi kain sandaran 10. Dimensi kain matras atas 11. Dimensi kain matras bawah 12. Elastisitas per 13. Diameter kawat baja per 14. Persen Kadar baja paduan kawat per Part kritis ini akan menjadi input pada kolom “hows’ pada matriks Design Deployment QFD Phase 2. Universitas Sumatera Utara 5.2.2.2.Tahap Conceptual Design 5.2.2.2.1.Membangun Matriks Design Deployment Pembuatan matriks Design Deployment berdasarkan matriks HOQ pada QFD fase 1. Tahapan pembangunan matriks Design Deployment yaitu: 1. Penetapan Karakteristik Teknis Karakteristik teknis produk diperoleh dari bagian atap matriks HOQ pada QFD fase 1. Karakteristik teknik produk dan tingkat kesulitan dapat dilihat pada Tabel 5.18. Tabel 5.18. Tingkat Kesulitan Karakteristik Teknis No Karakteristik Teknis Tingkat Kesulitan 1 Keakuratan Geometri Komponen 3 2 Kesamaan Dasar Struktur Komponen 3 3 Skalabilitas 2 4 Maintainable Design 2 5 Part Family 2 6 Standarisasi Struktur Komponen 3 7 Durability 2 Sumber : Pengolahan Data 2. Menetapkan Part Kritis terhadap Karakteristik Teknis Tahap selanjutnya dalam membangun matriks design deployment adalah menetapkan part kritis dari produk spring bed 3 feet. Karakteristik part diperoleh dari analisis FMEA yang dapat dilihat pada Tabel 5.19. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.19. Part Kritis No Part Kritis 1 Dimensi rangka kayu sandaran 2 Dimensi rangka kayu divan atas 3 Dimensi rangka kayu divan bawah 4 Dimensi busa sandaran 5 Dimensi busa matras atas 6 Dimensi busa matras bawah 7 Densitas busa 8 Kadar material busa 9 Dimensi kain sandaran 10 Dimensi kain matras atas 11 Dimensi kain matras atas 12 Elastisitas per 13 Diameter kawat baja per 14 Persen Kadar baja paduan kawat per Sumber : Pengolahan Data 3. Menetapkan Hubungan Antara Karakteristik Part Hubungan antara masing-masing part kritis yang ada ditentukan pada tahap ini untuk dianalisis apakah antara part kritis tersebut terdapat hubungan yang saling bertolak belakang negatif. Penggambarkan tingkat hubungan antara masing-masing part kritis yang ada berdasarkan pada simbol berikut: V : tingkat hubungan positif kuat √ : tingkat hubungan positif sedang x : tingkat hubungan negatif sedang X : tingkat hubungan negatif kuat Universitas Sumatera Utara Tingkat hubungan antara masing-masing part kritis dapat dilihat pada Gambar 5.12. Densitas busa K adar material busa Dime nsi kain sandaran Dime nsi kain matras atas Dime nsi kain matras bawah Elastisitas pe r Diame ter kawat baja pe r Persen kadar baja paduan per Dime nsi rangka kayu sandaran Dime nsi rangka kayu divan atas Dime nsi busa sandaran Dime nsi busa matras atas Dime nsi busa matras bawah Dime nsi rangka kayu divan bawah V - - √ V √ √ - - - - - - - - - - - - - - - - - - V V V √ - V V - - - √ √ √ √ - - - - - √ - - - - - V - - V - - √ √ - V - - V V - √ √ √ V √ - V V √ - - V - - - V √ V - - - - V √ V V Sum ber : Pengolahan Data Gambar 5.12. Hubungan Antar Part Kritis Produk Spring Bed 3 Feet 4. Menetapkan Tingkat Hubungan Antara Part Kritis Produk Dengan Karakteristik Teknis Penentuan Relation Matrix dilakukan untuk menentukan tingkat hubungan antara karakteristik teknis dan part kritis produk. Tingkat hubungan yang dimaksud dimulai dari skala kuat, sedang, lemah, dan tidak berhubungan sama sekali. Penilaian yang diberikan akan berdasarkan aturan : - Nilai 9 : menunjukkan hubungan yang kuat - Nilai 3 : menunjukkan hubungan yang sedang Universitas Sumatera Utara - Nilai 1 : menunjukkan hubungan yang lemah - Nilai 0 : menunjukkan tidak ada hubungan sama sekali Skor hubungan antara karakteristik teknis dan part kritis dapat dilihat pada Gambar 5.13. Universitas Sumatera Utara D im ens i ra ngka K ayu s anda ra n D im ens i ra ngka K ayu di va n a ta s D im ens i ra ngka K ayu di va n ba w ah D im ens i bus a sanda ran D im ens i bus a m at ras a ta s D ime ns i bus a ma tr as ba w ah D ens it as bus a K ada r ma te ria l bus a D im ens i k ai n s anda ran D im ens i k ai n mat ras a ta s D im ens i k ai n mat ras ba w ah E last ist ias P er D iam et er ka w at ba ja pe r P er se n ka da r ba ja p adua n pe r Keakuratan Geometri Komponen 9 9 9 9 9 9 3 1 9 9 9 1 1 1 Kesamaan Dasar Struktur Komponen 9 9 9 9 9 9 9 1 3 9 9 9 9 1 Skalabilitas 3 9 9 3 3 3 1 3 1 3 3 1 1 3 Maintainable Design 1 3 3 1 3 3 9 9 1 1 1 3 9 9 Part Family 3 9 9 3 9 9 3 1 9 3 3 3 3 1 Standarisasi Struktur Komponen 9 9 9 9 9 9 9 3 9 9 9 3 3 3 Durability 1 3 3 1 1 1 9 9 1 1 1 9 9 9 Sumber : Pengolahan Data Gambar 5.13. Matriks Antara Karakteristik Teknis dengan Part Kritis Produk Spring Bed Universitas Sumatera Utara 5. Membangun Matriks Design Deployment Produk Spring Bed Ukuran kinerja dari Design Deployment perlu dihitung sebelum membangun matriks Design Deployment. Ukuran kinerja terdiri dari tiga aspek yaitu tingkat kesulitan, tingkat kepentingan dan perkiraan biaya. a. Penentuan tingkat kesulitan Bobot untuk dimensi rangka kayu sandaran = 3+3+4+0+0+0+0+4+0+0+0+0+0 = 14 Tingkat Kesulitan 100 x PartKritis Bobot Total PartKritis Tiap Bobot = Tingkat Kesulitan untuk dimensi rangka kayu sandaran = 1 10 28 , 8 100 169 14 ≈ ≈ = × b. Penentuan derajat kepentingan Perhitungan derajat kepentingan untuk karakteristik teknis dengan part menggunakan rumus : 100 Re x PartKritis Bobot Total PartKritis Bobot x latif n Kepentinga entingan DerajatKep = Derajat Kepentingan untuk dimensi rangka kayu sandaran = 7 70 , 6 100 522 1 9 3 1 3 9 9 ≈ = × + + + + + + c. Perkiraan biaya Total bobot tingkat kesulitan dari part kritis produk yaitu, sebagai berikut : = 1+2+2+1+2+2+2+1+1+1+1+1+1+1 = 19 Universitas Sumatera Utara Perkiraan Biaya untuk dimensi rangka kayu sandaran = 5 100 19 1 = × Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan Biaya dapat dilihat pada Gambar 5.14. Tingkat Kesulitan Derajat Kepentingan Perkiraan Biaya 1 2 2 1 2 7 10 10 7 8 5 11 11 5 11 2 8 11 2 8 11 1 5 5 1 1 1 1 1 6 7 7 6 7 5 5 5 5 5 1 5 5 Sumber: Hasil pengolahan data Gambar 5.14. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan Biaya QFD Fase 2 Matriks Design Deployment dapat dibuat berdasarkan data-data yang telah didapatkan pada langkah-langkah sebelumnya. QFD Fase 2 produk spring bed 3 feet dapat dilihat pada Gambar 5.15. Universitas Sumatera Utara Keakuratan geometri komponen Kesamaan dasar struktur komponen Skalabilitas Maintenable Design Part Family Durability Derajat Hubungan : V = Hubungan poitif kuat =4 √ = Hubungan positif sedang =3 x = Hubungan negatif sedang =2 X = Hubungan negatif kuat =1 Derajat Hubungan : V = Hubungan poitif kuat =4 √ = Hubungan positif sedang =3 x = Hubungan negatif sedang =2 X = Hubungan negatif kuat =1 2 2 2 3 2 Tingkat Kesulitan Derajat Kepentingan Perkiraan Biaya 1 2 2 1 2 7 10 10 7 8 5 11 11 5 11 Karakteristik Teknis Custome r Importance K ARAKTERISTIK PART Standarisasi Struktur Komponen 9 9 3 3 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 3 9 3 3 3 1 3 1 3 9 3 9 3 9 3 1 3 1 1 2 8 11 9 9 9 3 3 9 1 2 8 11 1 3 9 1 3 9 3 1 5 5 1 3 1 3 9 1 9 1 1 1 1 1 6 7 7 6 7 5 5 5 5 5 9 9 9 1 1 9 9 9 3 3 9 3 9 9 9 3 1 3 1 1 1 1 1 3 9 3 9 3 3 3 1 1 1 9 9 1 5 5 1 3 1 3 9 1 9 Densitas busa K adar material busa Dime nsi kain sandaran Dime nsi kain matras atas Dime nsi kain matras bawah Elastisitas per Diame ter kawat baja per Persen kadar baja paduan per Dime nsi rangka kayu sandaran Dime nsi rangka kayu divan atas Dime nsi busa sandaran Dime nsi busa matras atas Dime nsi busa matras bawah Dime nsi rangka kayu divan bawah V - - √ V √ √ - - - - - - - - - - - - - - - - - - V V V √ - V V - - - √ √ √ √ - - - - - √ - - - - - V - - V - - √ √ - V - - V V - √ √ √ V √ - V V √ - - V - - - V √ V - - - - V √ V V Sumber: Hasil pengolahan data Gambar 5.15. QFD phase 2 Spring Bed 3 feet Part kritis perancangan produk spring bed 3 feet dengan tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya tertinggi adalah dimensi rangka kayu divan atas, dimensi rangka kayu divan bawah, dimensi busa matras atas, dimensi busa matras bawah dan densitas busa. Part kritis pada Gambar 5.15 akan dianalisis lebih lanjut untuk penentuan arsitektur produk dengan metode Design Structure Matrix. Universitas Sumatera Utara

5.2.2.2.2. Product Architecture – Design Structure Matrix Product Architecture

DSM Product architecture DSM digunakan untuk menganalisis hubungan komponen rancangan produk dengan proses desain produk. Informasi komponen diperoleh dari QFD phase II yaitu karakteristik part yang terdapat pada bagian atap HOQ II. Langkah-langkah pembuatan Product architecture DSM yaitu : 1. Penentuan boundary system dengan mentransformasikan data dari karakteristik part. Nilai importance diperoleh dari tingkat kepentingan dari QFD Fase 2 pada Gambar 5.15. Boundary system karakteristik part produk spring bed 3 feet dapat dilihat pada Gambar 5.16. Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil pengolahan data Gambar 5.16. Boundary System Part Kritis 2. Penentuan interaction strength dan pensimetrian komponen. Nilai kekuatan interaksi antar komponen pada part kritis diperoleh dari nilai hubungan part kritis pada atap matriks Design Deployment QFD Fase 2 pada Gambar 5.14. Interaction strength dan simetri komponen pada karakteristik part dapat dilihat pada Gambar 5.17. Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil pengolahan data Gambar 5.17. Interaction Strength dan Simetri Komponen pada Part Kritis 3. Penentuan model’s granularity. Model’s granularity ditentukan untuk memperoleh jumlah nilai karakteristik part pada QFD Fase II yang telah dikalikan dengan nilai importance tingkat kesulitan yang diperoleh dari QFD Fase II. Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil pengolahan data Gambar 5.18. Model’s Granularity 4. Pengidentifikasian interaksi antar komponen dengan clustering. Clustering bagian terpenting dalam penentuan alokasi optimum dari N komponen ke M clusters. a. Dimensi rangka kayu sandaran = A b. Dimensi rangka kayu matras atas = B c. Dimensi rangka kayu matras bawah = C Universitas Sumatera Utara d. Dimensi busa sandaran = D e. Dimensi busa matras atas = E f. Dimensi busa matras bawah = F g. Densitas busa = G h. Kadar material busa = H i. Dimensi kain sandaran = I j. Dimensi kain matras atas = J k. Dimensi kain matras bawah = K l. Elastisitas per = L m. Diameter kawat baja per = M n. Persen Kadar baja paduan kawat per = N Proses clustering part kritis produk spring bed 3 feet dapat dilihat pada Gambar 5.19. Parts N M L C B A D I G K J F E H N 4 4 6 6 M 4 4 6 6 L 4 4 8 8 C 6 6 8 16 6 6 6 12 12 B 6 6 8 16 6 6 6 12 12 A 6 6 4 4 D 4 4 8 4 I 4 4 6 G 8 6 6 6 16 16 8 K 6 6 6 4 8 8 J 6 6 6 4 8 8 F 12 12 16 8 8 12 8 E 12 12 16 8 8 12 8 H 4 8 8 8 Sumber: Hasil pengolahan data Gambar 5.19. Clustering Analysis for Product Architecture DSM Universitas Sumatera Utara Product module untuk produk spring bed 3 feet dapat dbuat berdasarkan ilustrasi clustered product architecture DSM. Product module spring bed 3 feet dapat dilihat pada Gambar 5.20. Spring Bed 3 feet Module 2 Module 3 Module 1 Dimensi busa sandaran Dimensi kain sandaran Densitas busa Persen kadar baja paduan kawat per Diameter kawat baja per Elastisitas per Kadar material busa Dimensi busa matras bawah Dimensi busa matras atas Dimensi kain matras bawah Dimensi kain matras atas Dimensi rangka sandaran Dimensi rangka kayu divan bawah Dimensi rangka kayu divan atas Sumber: Hasil pengolahan data Gambar 5.20. Product Module Spring Bed 3 Feet

5.2.2.2.3. Physical Modelling dan Evaluate Concepts

Physical modelling merupakan model dari konsep yang dihasilkan yang mewakili karakteristik kunci dari konsep sehingga dapat dievaluasi dengan berbagai pertimbangan. Physical modelling digunakan untuk membantu evaluasi konsep berdasarkan konsep yang dihasilkan. Tiga module yang dihasilkan dari metode Product architecture DSM menjadi dasar pada pembuatan physical Universitas Sumatera Utara modelling produk spring bed 3 feet. Hasil physical modelling produk spring bed 3 feet dapat dilihat pada Gambar 5.21. Gambar 5.21. Physical Modelling Produk Spring Bed 3 feet Evaluasi konsep berfokus pada kesesuaian konsep terhadap identifikasi awal kebutuhan responden dengan hasil konsep yang dibuat untuk meminimisasi desain dan aktivitas desain dalam rancangan produk spring bed 3 feet. Hasil physical modelling produk spring bed 3 feet memberikan standar hubungan fungsional pada komponen dalam satu module. Pengelompokan dalam module ini dapat memberikan gambaran untuk menjalankan aktivitas desain yang saling terintegrasi dengan penyederhanaan prosedur dalam pembuatan produk spring bed 3 feet. Universitas Sumatera Utara

5.2.2.2.4. Integrate Concepts

Integrasi konsep didasarkan pada hasil product architecture yang terdiri dari empat module produk spring bed 3 feet. Konsep rancangan yang dihasilkan mengelompokkan komponen-komponen kritis dari produk spring bed 3 feet menjadi tiga substruktur. Hasil pembuatan physical modelling produk spring bed 3 feet didasarkan pada tiga module produk spring bed 3 feet dalam perancangan masing-masing komponen. Penjelasan perancangan komponen produk spring bed 3 feet yaitu 1. Module 1 terdiri dari elastisitas per, diameter kawat baja, persen kadar baja paduan, dimensi rangka divan bawah, dimensi rangka divan atas dan dimensi rangka sandaran. Rancangan awal masing-masing komponen terdapat pada proses produksi departemen untuk pembuatan per spring, pembuatan rangka divan, pembuatan rangka sandaran dan tembak matras. Rancangan awal masing-masing komponen terdapat pada proses produksi departemen untuk rangka divan dan rangka sandaran. Konsep rancangan perbaikan aktivitas desain memberikan hasil bahwa antar komponen mempunyai standar komponen yang saling berpengaruh dalam minimisasi desain perakitan rangka per ke rangka divan dan perakitan rangka sandaran. Proses pengukuran sebagai tahap awal perancangan komponen menjadi proses terpenting dalam penentuan ketepatan dimensi komponen yang akan dirakit untuk membuat spring bed 3 feet. 2. Module 2 terdiri dari densitas busa, dimensi busa sandaran dan dimensi kain sandaran. Rancangan awal masing-masing komponen terdapat pada proses Universitas Sumatera Utara produksi departemen untuk pembuatan busa, penjahitan kain quilt dan pembuatan sandaran. Konsep rancangan perbaikan aktivitas desain berdasarkan module mengelompokkan komponen dari densitas busa, dimensi busa sandaran dan dimensi kain sandaran pada satu departemen pembuatan sandaran mulai dari awal pengukuran dimensi, pemotongan, hingga perakitan komponen. Ketiga komponen tersebut mempunyai standar komponen yang saling berpengaruh dalam minimisasi desain pembuatan sandaran spring bed 3 feet. 3. Module 3 terdiri dari dimensi busa matras atas, dimensi busa matras bawah, dimensi kain matras atas, dimensi kain matras bawah dan kadar material busa. Kadar material busa, dimensi busa matras atas dan dimensi busa matras bawah merupakan komponen yang menjadi penentu kelenturan matras, sedangkan dimensi kain matras atas dan dimensi kain matras bawah merupakan komponen yang menjadi penentu tampilan akhir pada matras spring bed. Rancangan awal masing-masing komponen terdapat pada proses produksi departemen pembuatan busa, pembuatan kain quilt, jahit corner dan tembak matras. Konsep rancangan perbaikan aktivitas desain berdasarkan module mengelompokkan komponen kadar material busa, dimensi busa matras atas, dimensi busa matras bawah, dimensi kain matras atas dan dimensi kain matras bawah pada satu departemen yang saling berpengaruh dalam minimisasi desain komponen dari mulai awal pembuatan hingga perakitan komponen menjadi matras spring bed 3 feet. Universitas Sumatera Utara

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

6.1. Analisis Data Kuesioner

Data yang diperoleh dari kuesioner, diketahui bahwa terdapat 12 variabel penilaian terhadap perancangan produk spring bed 3 feet. Data hasil kuesioner tersebut selanjutnya diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan persamaan korelasi product moment Pearson. Hasil perhitungan validitas diketahui bahwa seluruh variabel dinyatakan valid dikarenakan koefisien korelasi product moment bernilai lebih besar dari nilai r tabel yakni 0,329. Penelitian valid berarti bahwa kuesioner yang digunakan sebagai instrumen pengumpulan data telah benar dan tidak perlu diganti. Perhitungan reliabilitas data memperoleh hasil yang reliabel dapat dilihat dari nilai koefisiennya yang lebih besar dari nilai batas koefisien reliabel untuk penilaian reliabilitas kuesioner yakni sebesar 0,6 20 20 Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. hlm. 133 . Penelitian reliabel berarti bahwa keseluruhan data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner telah layak digunakan dan diolah lebih lanjut. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penerapan Concurrent Engineering Tools Dan Design Structure Matrix Pada Perancangan Produk Ban

12 131 58

Perbaikan Rancangan Produk Spring Bed Pada PT Ivana Mery Lestari Matras dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment, Value Engineering dan Design For Manufacture And Assembly

4 83 163

Pendekatan Concurrent Engineering Tools pada Proses Perancangan Produk dengan Metode Quality Function Deployment dan Design Structure Matrix

17 194 186

Penerapan Metode Kano, Quality Function Deployment Dan Value Engineering Untuk Peningkatan Mutu Produk Sarung Tangan Karet

11 73 101

Aplikasi Kansei Engineering Dan Quality Function Deployment (QFD) Serta Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ) Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Pada Instalasi Hemodialisis

9 92 70

Perancangan Desain Produk Springbed Dengan Menggunakan Concurrent Engineering Tools Di PT Ivana Mery Lestari Matras

6 64 66

Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

15 91 169

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

10 99 227

BAB I PENDAHULUAN - Perbaikan Rancangan Produk Spring Bed Pada PT Ivana Mery Lestari Matras dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment, Value Engineering dan Design For Manufacture And Assembly

0 0 8

Perbaikan Rancangan Produk Spring Bed Pada PT Ivana Mery Lestari Matras dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment, Value Engineering dan Design For Manufacture And Assembly

1 1 22