Penerapan Concurrent Engineering Dengan Menggunakan Tools Quality Function Deployment (QFD), Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) Dan Design Structure Matrix (DSM) Untuk Perancangan Produk Springbed di PT Ivana Mery Lestari Matras

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Almanai, B, dkk. 2008. A decision support tool based on QFD and FMEA for the selection of manufacturing automation technologies. England: Cranfield University.

Besterfield, Dale. 1976. Quality Control: Second Edition. New Jersey: Prentice Hall Englewood Cliffs.

Carter, Donald E dan Barbara Stilwell Baker. 1992. Concurrent Engineering : The Product Development Enviroment for the 1990s. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company.

Cohen, Lou. 1995. Quality Function Deployment:How to Make QFd Work for You. USA: Addison-Wesley Publishing Company.

Cheng. 2008. Applying QFD and DSM for Product Platform Development and Evaluaion. National Central University.

Day, Ronald G. 1993. Quality Function Deployment Linking A Company with Its Customers. Wisconsin: ASQC Quality Press.

Dourado, Joao Paulo. 2001. Concurrent Engineering: An Overview Regarding Major Features And Tools. Portugal: Universidade Lusiada de Vila Nova de Famalicao Largo Tinoco de Sousa.

Dyadem Engineering Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis, For Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries.


(2)

Edosomwan, Johnson A. 1995. Customer and Market-Driven Quality Management. New Delhi: ASQC.

Eppinger, Steven D dan Tyson R Browning. 2012. Design Structure Matrix Methods and Applications. Massachusetts: The MIT Press.

Gasperz, Dr. Vincent. 2001. Metode Analisis untuk Peningkatan Kualitas. Jakarta: Gramedia.

Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Ginting, Rosnani. 2009. Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jonker, Jan dan Bartjan Pennink.2010. The Essence of Research Methodology. Netherland: Springer, 2010.

Kusiak, Andrew. 1993. Concurrent Engineering: Automation, Tools and Techniques. Canada: A Wiley-Interscience Publication.

Mustafa, Hasan. 2003. Metode Penelitian. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan.

Mohamad , Siti Mahfuzah dan Ahmad Razlan Yusoffa. 2012. Improvement of Take-Away Water Cup Design by Using Concurrent Engineering Approach. Malaysia: University Malaysia Pahang.

Nasution, Arman Hakim. 2006. Manajemen Industri. Yogyakarta: Andi.

Northcroft. 2004. Quality Function Deployment :Market Driven Product and Service Innovation. Innovation Process Management

Otto, Kevin dan Kristin Wood. 2001. Product Design: Techniques in Reverse Engineering and New Product Development. New Jersey: Prentice Hall.


(3)

Sigh, Nanua. 1996. System Approach to computer Integrated Design and Manufacturing. New York: John Wiley & Sons Inc.

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Medan : USU Press.

Skalak, Susan. 2002. Implementing Concurrent Engineering in Small Companies. Virginia : Marcel Dekker Inc.

Syan, Chanan. 1994. Concurrent Engineering Concepts, Implementation and Practice. London: Chapman and Hall.

Walpole, Ronald E. 2003. Ilmu Peluang dan Statistika. Jakarta: Gramedia.

Wang. 2008. Applying QFD and DSM for Collaborative Machine Design. National Central University.


(4)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Concurrent Engineering

3.1.1. Definisi4

Concurrent engineering menempatkan semua area fungsional terintegrasi kedalam fase proses design. Concurrent engineering dapat langsung menggambarkan berbagai parameter seperti proses manufaktur, pengujian dan daya guna pada tahap perancangan. Integrasi dari semua yang ada pada proses design akan dapat membantu dalam menemukan dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada tahap perancangan. Tahap perancangan akhir merupakan tahapan akhir dari suatu rancangan yang siap diproduksi, handal, dan

Institute for Defense Analysis (IDA) mendefinisikan Concurrent Engineering sebagai sebuah pendekatan yang sistematis untuk mengintegrasikan perancangan simultan dari produk dan proses yang berkaitan, termasuk bagian manufaktur dan pendukung lainnya. Concurrent engineering adalah sebuah manajemen dann filosofi engineering untuk memperbaiki kualitas dan mengurangi biaya serta lead time mulai dari pembuatan konsep produk sampai pada pengembangan produk dan modifikasi produk. Concurrent engineering memberi arti bahwa perancangan dan pengembangan produk, kesatuan peralatan dan proses manufaktur, serta proses perbaikan ditangani secara bersama-sama.

4

Chanan Syan, Concurrent Engineering Concepts, Implementation and Practice. (London: Chapman and Hall, 1994), h. 7-8


(5)

tentunya dengan kualitas yang baik. Gambar 3.1 mengilustrasikan pendekatan concurrent engineering melalui skema.

Gambar 3.1. Tujuh Tahapan Concurrent Engineering

Sumber: Chanan Syan, Concurrent Engineering Concepts, Implementation and Practice, h. 8

Perbedaan antara konsep sequential engineering dengan concurrent engineering atau sering juga disebut juga dengan dapat dilihat padaTabel 3.1.

Tabel 3.1 Perbedaan Sequential Engineering dengan Concurrent Engineering

Sequential Engineering Concurrent Engineering

Fungsi-fungsi organisasi Terpisah-pisah menurut

aliran fungsinya

Terintegrasi pada tahap perancangan

Aliran informasi Bertahap-tahap Saling berkaitan

Pengambilan keputusan Setelah pengujian produk Pada seluruh tahapan

pengembangan produk


(6)

3.1.2. Fase Pengembangan Produk Pada Concurrent Engineering5

Identify Needs

Define Poduct Specifications Plan Development Task

Project Approval

Evaluate Concepts Define Architecture/Functions

Assaign Sub-Teams Generate Concepts

Concepts Approval

Virtual/Physical Modeling

Integrate Concepts Project Planning

Conceptual Design

Design Verification Detail Design Embodiment Design

Design Approval

Prototyping Design Define Engineering Specifications

Virtual Modelling Design Review

Production Validation Procurement

Field Trials

Costumer/ Production

Approval

Pilot Production Production Preparation

Time

The Product Development Model

Fase pengembangan produk pada Concurrent Engineering teridri dari beberapa langkah yang ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Fase Pengembangan Produk Pada Concurrent Engineering

Sumber: Susan Skalak. Implementing Concurrent Engineering in Small Companies h. 48

Project planning phase terdiri dari tiga langkah pengembangan yaitu identifikasi kebutuhan, penjelasan spesifikasi produk, dan rencana pengembangan. Input dalam tahapan ini yaitu konsumen. Tujuan dari tahapan ini adalah mengembangkan dokumen perencanaan proyek pada fase kedua yakni the conceptual design phase terdiri dari lima langkah dimana fase ini dimulai dengan

5

Susan Skalak. Implementing Concurrent Engineering in Small Companies. (Virginia:Marcel Dekker Inc, 2002) Halaman 48-78.


(7)

pendefinisian produk dan fungsi produk. Selanjutnya perbedaan konsep rancangan dikembangkan, model ditampilkan, konsep dievaluasi dan rancangan terbaik dipilih untuk pengembangan selanjutnya. Fase ini berakhir dengan penyetujuan konsep akhir dari produk.

Fase ketiga yaitu the design phase yang merupakan inti dari metodologi pengembangan pada concurrent engineering. Tahap ini memperhitungkan konsep pada fase sebelumnya secara keseluruhan. Rancangan akan berpindah dari kualitatif ke kuantitatif dan iterasi diharapkan terjadi. Fase ini terdiri dari tujuh langkah yaitu penjelasan spesifikasi teknik, perwujudan rancangan, model virtual, ulasan desain, prototipe, detail rancangan, dan verifikasi rancangan.

3.2. Concurrent Engineering Tools

3.2.1. QFD (Quality Function Deployment) 6

1. Menentukan suara customer.

Quality Function Deployment (QFD) adalah metode perencanaan dan pengembangan secara terstruktur yang memungkinkan tim pengembangan mendefinisikan secara jelas kebutuhan dan harapan pelanggan, dan mengevaluasi kemampuan produk atau jasa secara sistematik untuk memenuhi kebutuhan dan harapan tersebut ( Wahyu,1999: 88 ).

Menurut Day, 1993, aplikasi QFD terdiri dari beberapa langkah, yaitu:

2. Survei customer untuk mendapatkan tingkat kepentingan (importance level) dan evalusi kompetisi (competitive evaluations).

6


(8)

3. Membangun tabel customer. 4. Membangun tabel teknikal.

5. Menganalisa matriks, memilih item-item yang mendapatkan prioritas. 6. Membandingkan konsep desain yang diusulkan, dan memilih yg terbaik. 7. Membangun matriks part planning untuk persyaratan desain utama. 8. Membangun matriks process planning untuk persyaratan proses utama. 9. Membangun manufacturing planning chart.

Menurut Cohen dalam Widodo (2004), metode QFD memiliki beberapa tahap perencanaan dan pengembangan melalui matriks, yaitu:

a. Matriks Perencanaan Produk (House of Quality) atau rumah pertama (R1) menjelaskan tentang customer needs, technical requirements, co-relationship, relationship, customer competitive evaluation, competitive technical assesment, dan target.

b. Matriks Perencanaan Desain (Design Deployment) atau rumah kedua (R2) adalah matriks yang digunakan untuk mengidentifikasi desain yang kritis terhadap pengembangan produk.

c. Matriks Perencanaan Proses (Process Planning) atau rumah ketiga (R3) merupakan matriks yang digunakan untuk mengidentifikasi pengembangan proses pembuatan suatu produk.

d. Matriks Perencanaan Produksi (Production Planning) atau rumah keempat (R4) memaparkan tindakan yang perlu diambil di dalam perbaikan produksi suatu produk.


(9)

Cohen dalam Benner et al. (2002), menggambarkan keempat tahap dalam analisis penyusunan matriks QFD dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Sumber :Yahia Zare (2010)

Gambar 3.3. Model Empat Tahap QFD

Selain itu, HOQ juga berisi informasi-informasi penting lainnya seperti tingkat prioritas karakteristik, atribut-atribut data, serta standar minimal dari data. Langkah-langkah untuk membuat HOQ adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi keinginan konsumen ke dalam atribut-atribut produk. 2. Menentukan tingkat kepentingan relatif atribut (keinginan konsumen). 3. Membandingkan atribut dengan produk pesaing.

4. Membuat matriks karakteristik teknik.

5. Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik teknik dan atribut produk. 6. Mengidentifikasi hubungan antar karakteristik teknik.


(10)

7. Menghitung tingkat tingkat kepentingan karakteristik teknik.

Sumber: Couhen, Lou. Quality Function Deployment, h.123

Gambar 3.4. Struktur House of Quality (HOQ)

7

7

Ronald G. Day. Quality Function Deployment: Linking A Company with Its Customers.

(Milwaukee: ASQC Cuality Press, 1993). Hal. 123

Matriks Perencanaan Desain (Design Deployment) atau rumah kedua (R2) adalah matriks yang digunakan untuk mengidentifikasi desain yang kritis terhadap pengembangan produk. Penentuan part kritis dapat dilakukan oleh tim ahli perancangan. Perusahaan menggunakan istilah part kritis, karakteristik part, karakteristik kunci produk, kriteria kritis dimana semua istilah mempunyai definisi yang sama sebagai karateristik dalam produksi yang paling berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Perusahaan dapat menentukan part kritis dari sudut pandang potensial kegagalan dengan menggunakan metode Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) atau Fault Tree Analysis (FTA). Part kritis berada di bagian atas matriks dan karakteristik teknis dari HOQ berada di bagian kiri


(11)

matriks. Matriks Perencanaan Desain (Design Deployment) lebih sederhana dibandingkan HOQ karena hanya terdiri dari “whats”, “hows”, “relationships” dan “how much”. Contoh matriks Design Deploymnent dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Sumber: Wang, Applying QFD and DSM for Collaborative Machine Design, h. 60


(12)

3.2.2. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)8

1. Failure yaitu prediksi kemungkinan kegagalan atau cacat

Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) merupakan proses yang sistematis untuk mengidentifikasi potensi kegagalan yang akan timbul dalam proses dengan tujuan untuk mengeliminasi atau meminimalkan resiko kegagalan produksi yang akan timbul. Penggunaan FMEA diperkenalkan pertama sekali pada tahun 1920. Namun pendokumentasian pertama dilakukan sejak tahun 1960 oleh National Aeronautics Space Agency (NASA). Tujuannya untuk memperbaiki reliabilitas peralatan militer. Tujuan utama dari FMEA adalah untuk menemukan dan memperbaiki permasalahan utama yang terjadi pada setiap tahapan dari desain dan proses produksi untuk mencegah produk yang tidak baik sampai ke tangan pelanggan, yang dapat membahayakan reputasi dari perusahaan.

Konsep FMEA adalah sebagai alat perencanaan kualitas untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi potensi kegagalan atau kerusakan. FMEA juga mengidentifikasi kegagalan (kemungkinan, mekanisme, pengaruh, mode deteksi, kemungkinan pencegahan). Hasil dari FMEA berupa rencana tindakan untuk eliminasi atau penyelidikan kegagalan. Arti FMEA secara harafiah adalah :

2. Mode yaitu penentuan mode kegagalan

3. Effect yaitu identifikasi pengaruh tiap komponen terhadap kegagalan

4. Analysis yaitu tindakan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi terhadap penyebab

8

Dyadem Engineering Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis, For Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries, hal 25


(13)

FMEA berusaha mengidentifikasikan kemungkinan failure mode, failure mechanism (proses yang menyebabkan kegagalan), dan failure effect (akibat yang ditimbulkan oleh kegagalan) yang ditimbulkan failure mode (deskripsi fisik kegagalan) pada kinerja. FMEA mengidentifikasikan metode mendeteksi failure mode dan kemungkinan pencegahannya. FMEA juga merupakan suatu pendekatan sistematis yang mengidentifikasikan failure mode yang potensial terjadi di dalam suatu sistem, produk, atau pabrikasi/operasi perakitan, yang disebabkan baik oleh desain atau kekurangan dalam pabrikasi/proses perakitan (manufacturing/ assembly process deficiencies).

FMEA digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik proses atau desain kritis yang memerlukan pengendalian khusus untuk mencegah atau mendeteksi failure mode. Peran FMEA antara lain:

1. Mengevaluasi sistematis produk dan proses. 2. Pembuktian kegagalan, identifikasi kegagalan.

3. Dokumentasi potensial untuk produk atau proses yang tidak memenuhi syarat.

Secara umum, FMEA dapat dibagi atas dua jenis yaitu: 1. Design FMEA

FMEA pada tahapan ini akan difokuskan pada rancangan produk dan penembangannya sebelum diproduksi secara missal sehingga lebih dikenal dengan Design FMEA (DFMEA).


(14)

2. Process FMEA

FMEA pada tahapan ini akan berorientasi pada rancangan proses dan pengembangannya di mana sudah berlangsung produksi secara missal yang di dalamnya terdapat beberapa potensi kegagalan. FMEA pada tahapan ini dikenal dengan Process FMEA.

Tahapan pembuatan FMEA secara umum yaitu:

1. Penentuan mode kegagalan yang potensial pada setiap proses 2. Penentuan dampak/efek kegagalan potensial

Dampak kegagalan potensial adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu kegagalan terhadap konsumen.

3. Penentuan Nilai Severity (S)

Severity adalah peringkat yang menunjukkan tingkat keseriusan efek dari suatu mode kegagalan. Severity berupa angka 1 hingga 10, di mana 1 menunjukkan keseriusan terendah (resiko kecil) dan 10 menunjukkan tingkat keseriusan tertinggi (sangat beresiko). Kriteria severity dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Penentuan Nilai Severity

Efek Kriteria Rangking

Berbahaya tanpa ada peringatan

Dapat membahayakan konsumen

10 Tidak sesuai dengan peraturan pemerintah

Tidak ada peringatan Berbahaya

dan ada peringatan

Dapat membahayakan konsumen

9 Tidak sesuai dengan peraturan pemerintah

Ada peringatan Sangat

Tinggi

Menganggu kelancaran lini produksi

8 Sebagian besar menjadi scrap, sisanya dapat

disortir (apakah sudah baik/bisa rework) Pelanggan tidak puas


(15)

Tabel 3.1. Penentuan Nilai Severity

Efek Kriteria Rangking

Tinggi

Sedikit menganggu kelancaran lini produksi

7 Sebagian besar menjadi scrap, sisanya dapat

disortir (apakah sudah baik/bisa rework) Pelanggan tidak puas

Sedang Sebagian kecil menjadi scrap, sisanya tidak

perlu disortir (sudah baik) 6

Rendah 100% produk dapat dirework 5

Produk pasti dikembalikan oleh konsumen Sangat

rendah

Sebagian besar dapat di-rework dan sisanya sudah baik

4 Kemungkinan produk dikembalikan oleh

konsumen Kecil

Hanya sebagian kecil yang dapat di-rework dan

sisanya sudah baik 3

Rata-rata pelanggan komplain

Sangat kecil Komplain hanya diberikan oleh pelanggan

tertentu 2

Tidak ada Tidak ada efek buat konsumen 1

Sumber: Dyadem Engineering Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis, For Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries. Kanada: CRC Press.

4. Identifikasi Penyebab Potensial dari Kegagalan

Penyebab kegagalan yang potensial adalah penyebab potensial yang dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan.

5. Penentuan Nilai Occurrence (O)

Occurrence adalah ukuran seberapa sering penyebab potensial terjadi. Nilai occurrence berupa angka 1 sampai 10, di mana 1 menunjukkan tingkat kejadian rendah atau tidak sering dan 10 menunjukkan tingkat kejadian sering. Nilai occurrence dapat ditentukan berdasarkan jumlah kegagalan atau angka Ppk (performance index) yaitu angka yang diperoleh dari perhitungan statistik yang menunjukkan performance atau capability suatu proses dalam menghasilkan produk sesuai spesifikasi. Nilai occurrence dapat diturunkan


(16)

dengan mencegah atau mengontrol penyebab/mekanisme melalui desain proses. Nilainya ditentukan untuk setiap penyebab potensial. Penentuan nilai occurrence juga dapat berdasarkan sejarah kualitas dati produk/proses sejenis. Kriteria occurrence dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Nilai Occurrence dengan Menggunakan Jumlah Kegagalan

Peluang Terjadinya Penyebab Kegagalan

Tingkat Kemungkinan Kegagalan

Rangking

Sangat tinggi 1 dalam 2 10

1 dalam 3 9

Tinggi 1 dalam 8 8

1 dalam 20 7

Sedang

1 dalam 80 6

1 dalam 400 5

1 dalam 2000 4

Rendah 1 dalam 15.000 3

1 dalam 150.000 2

Sangat kecil 1 dalam 1.500.000 1

Sumber: Dyadem Engineering Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis, For Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries. Kanada: CRC Press.

6. Identifikasi Metode Pengendalian yang Ada

Pengendali proses adalah metode kontrol yang dapat mencegah terjadinya kegagalan/penyebab potensial atau mendeteksi terjadinya kegagalan. Pengendali proses dapat berupa error/mistake proofing, SPC atau evaluasi (tes/inspeksi).

7. Penentuan Nilai Detection

Detection adalah peringkat seberapa telitinya alat deteksi yang digunakan. Detection berupa angka dari 1 hingga 10, di mana 1 berarti sistem deteksi dengan kemampuan tinggi atau hampir dipastikan suatu mode kegagalan dapat terdeteksi, dan nilai 10 berarti sistem deteksi dengan kemampuan rendah yaitu


(17)

sistem deteksi tidak efektif atau tidak dapat mendeteksi sama sekali. Kriteria penilaian detection dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Penentuan Nilai Detection

Keterangan Rangking

Selalu jelas, sangat mudah untuk diketahui 1

Jelas bagi indera manusia 2

Memerlukan inspeksi 3

Inspeksi yang hati-hati dengan mnggunakan indera manusia 4 Inspeksi yang sangat hati-hati dengan indera manusia 5 Memerlukan bantuan dan/atau pembongkaran sederhana 6

Diperlukan inspeksi/pembongkaran 7

Diperlukan inspeksi/pembongkaran yang kompleks 8

Kemungkinan besar tidak terdeteksi 9

Tidak dapat terdeteksi 10

Sumber: Dyadem Engineering Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis, For Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries. Kanada: CRC Press.

3.2.3. Design Structure Matrix (DSM) 9

DSM adalah metode dengan model jaringan yang digunakan untuk menggambarkan elemen dalam sistem dan hubungannya yang berfokus pada arsitektur sistem. Aplikasi DSM terutama sekali sangat tepat digunakan pada pengembangan kompleks sistem teknis dan area manajemen teknis. DSM menggambarkan matriks bujur sangkar N x N, mempetakan interaksi dari sejumlah N elemen dalam sistem. DSM merupakan tool yang sangat fleksibel yang telah digunakan untuk memodelkan berbagai tipe dari sistem. DSM dapat menggambarkan berbagai tipe arsitektur berdasarkan tipe sistem yang dimodelkan. Model arsitektur produk salah satu contohnya, elemen DSM yang

9

Steven D Eppinger&Tyson R Browning, Design Structure Matrix Methods and Applications, (Massachusetts: The MIT Press, 2012), hal : 27-31.


(18)

digunakan merupakan komponen-komponen dari produk, dan interaksi antar komponen tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Sumber :Steven DE & Tyson RB (2012)

Gambar 3.6. Product Architecture DSM

Keuntungan utama metode DSM dibandingkan dengan metode model jaringan lain adalah format tampilan matriks yang mudah dimengerti. Matriks DSM menyediakan susunan yang rapi, mudah disesuaikan, dan tampilan representatif dari sistem arsitektur yang mudah dibaca. Gambar 3.7. menampilkan model sistem DSM sederhana dari delapan elemen yang disebut binary DSM dan grafik interaksi antar elemen. Tampilan binary DSM dapat dikembangkan dengan berbagai cara termasuk dengan penambahan atribut interaksi seperti jumlah interaksi/kepentingan, pengaruh, atau kekuatan setiap elemen dengan menggunakan lebih banyak nilai, simbol, dan warna dibandingkan hanya memberi


(19)

tanda pada setiap kolom diagonal. Pengembangan model DSM tersebut diberi nama Numerical DSM yang dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Sumber :Steven DE & Tyson RB (2012)

Gambar 3.7. Binary DSM dan Grafik Interaksi Elemen

Sumber :Steven DE & Tyson RB (2012)

Gambar 3.8. Numerical DSM dengan Nilai dan warna

Arsitektur sistem adalah struktur dari sebuah sistem yang terdiri dari sekumpulan elemen, interaksi antar elemen (termasuk lingkungan sistem) serta


(20)

prinsip dalam perencanaan desain dan perubahan. Tipe model DSM terbagi atas empat kategori yaitu:

1. Product architecture mengenai komponen dan interaksinya dalam hubungan fisik termasuk automobiles, aircraft, pembangunan, kapal, komputer, peralatan, mesin, dan sebagainya.

2. Organization architecture berkaitan dengan individu atau kelompok dan interaksinya dalam pekerjaan.

3. Process architecture berkaitan dengan aksi dan interaksi mengenai pekerjaan seperti perancangan atau produksi produk, penyampaian pelayanan, dan eksekusi kode software.

4. Products, organization, dan process adalah tipe dari sistem, dalam waktu yang bersamaan sistem ini juga digunakan untuk menggabungkan ketiga bagian tersebut.


(21)

Sumber :Steven DE & Tyson RB (2012)

Gambar 3.9. Empat Tipe Model DSM

Dua kategori hubungan lain yang penting dalam model sistem DSM yaitu hierarki (vertikal) dan lateral (horizontal). Hubungan hierarki berawal dari dekomposisi atau breakdown dari sistem menjadi elemen. Hubungan lateral, berawal dari interaksi antar elemen seperti aliran material atau informasi pada level yang sama. Kategori hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 3.10.


(22)

Sumber :Steven DE & Tyson RB (2012)

Gambar 3.10. Dekomposisi Model DSM dengan Tree Diagram, High Level

DSM, dan Lower Level DSM

3.3. Kebutuhan Konsumen10

Konsumen adalah orang atau kumpulan orang yang menerima output dari suatu pekerjaan. Ada tiga jenis konsumen yaitu konsumen unit, konsumen internal dan konsumen eksternal. Setiap individu adalah konsumen unit atas diri mereka sendiri. Inspeksi diri, sikap yang disiplin dan keinginan untuk mencapai keberhasilan merupakan cara yang ditempuh bagi masing-masing pribadi. Konsumen internal adalah orang yang menerima output dari satu atau lebih proses internal. Konsumen eksternal adalah orang yang menerima produk jadi dari suatu perusahaan.

10

Johnson A. Edosomwan, “Customer and Market-Driven Quality Management” (New Delhi, ASQC, 1995), h. 51.


(23)

Sumber: Johnson (1995)

Gambar 3.11. Jenis Konsumen

Penerapan pendekatan concurrent engineering di perusahaan berkaitan dengan konsep pengembangan produk yang membutuhkan konsumen sebagai respondennya. Potensial konsumen dalam penerapan concurrent engineering idealnya merupakan karyawan perusahaan dalam tahapan conceptual design yang dapat dilihat pada Gambar 3.12.


(24)

Sumber: Ely Dahan,dkk (2009)

Gambar 3.12. Potensial Konsumen Tahapan Conceptual Design dalam

Penerapan Concurrent Engineering

3.4. Pembuatan Kuesioner11

11

Rosnani Ginting. Perancangan Produk. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2009. hal : 67-80

Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Penggunaan kuesioner pada suatu penelitian merupakan hal yang sangat pokok dalam pengmpulan data. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan dengan cara mengisi pertanyaan yang diajukan oleh peneliti terhadap responden yang dipilih. Syarat pengisian kuesioner adalah pertanyaan harus jelas dan mengarah ketujuan penelitian.


(25)

Kuesioner dapat dibedakan berdasarkan : 1. Berdasarkan cara menjawab

a. Kuesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri tanpa dibatasi oleh apapun.

b. Kuesioner tertutup, yang telah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal memilih sesuai pilihan yang ada.

2. Berdasarkan jawaban yang diberikan

a. Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya atau memberikan informasi mengenai perihal pribadi.

b. Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden memberikan respon tentang perihal orang lain.

3. Berdasarkan bentuknya

a. Kuesioner pilihan ganda, yaitu sama seperti kuesioner tertutup, dimana terdapat pilihan jawaban.

b. Kuesioner isian, yaitu sama seperti kuesioner terbuka, berbentuk essay. c. Check List, yaitu sebah daftar dimana responden tinggal membubuhkan

tanda Check List pada klom yang sesuai.

d. Rating Scale, yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya, mulai dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju.


(26)

3.5. Teknik Sampling12

Dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling/probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom sampling/nonprobability sampling. Random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Nonrandom sampling atau nonprobability sampling yaitu setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Misalnya lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh tidak dipilih artinya kemungkinannya 0 (nol). Pembagian probability sampling yaitu:

Sampel adalah sebagian dari populasi, artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti menggunakan sensus tetapi juga dapat meneliti sebagian dari keseluruhan elemen karena pertimbangan sumber daya yang ada. Kepercayaan terhadap hasil penelitian terhadap sampel dalam artian dapat mewakili karakteristik populasi maka penarikan sampel harus secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel .

12

Hasan Mustafa. Metode Penelitian, (Bandung : Universitas Katolik Parahyangan, 2003), hal : 17- 28.


(27)

a. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana

b. Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan c. Cluster Sampling atau Sampel Gugus

d. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis e. Area Sampling atau Sampel Wilayah

Nonprobability sampling merupakan jenis sampel yang tidak dipilih secara acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.

a. Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan.

b. Purposive Sampling c. Judgment Sampling d. Quota Sampling

e. Snowball Sampling atau Sampel Bola Salju

f. Total Sampling13 atau sampel yang dipilih dengan keseluruhan jumlah anggota sampel sama dengan anggota populasinya dengan tujuan mendapatkan data yang representatif. Semakin besar jumlah sampel semakin representatif data.

13

Jan Jonker&Bartjan Pennink.The Essence of Research Methodology,. (Netherland : Springer, 2010), hal : 171.


(28)

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas14

Skor pada tes diberi lambang x dan skor pada kriterianya mempunyai lambang y maka koefisien antara tes dan kriteria itu adalah r

3.6.1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. Validitas suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Validitas merupakan aspek kecermatan pengukuran. Alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.

xy

14

Sukaria Sinulingga. Metode Penelitian,(Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), hal : 215-244.

inilah yang digunakan untuk menyatakan tinggi-rendahnya validitas suatu alat ukur.Koefisien validitas hanya mempunyai harga yang positif. Nilai koefisien validitas yang semakin tinggi mendekati angka 1 berarti suatu tes semakin valid hasil ukurnya, namun dalam kenyataanya suatu koefisien validitas tidak akan pernah mencapai angka maksimal atau mendekati angka 1. Koefisien validitas yang tinggi lebih sulit untuk dicapai daripada koefisien reliabilitas. Tidak semua pendekatan dan estimasi terhadap validitas tes akan menghasilkan suatu koefisien. Koefisien


(29)

validitas diperoleh hanya dari komputasi statistika secara empiris antara skor tes dengan skor kriteria yang besarnya disimbolkan oleh rxy

Uji validitas berguna untuk mengetahui bahwa ada atau tidak dari pernyataan-pernyataan pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan. Cara untuk mengukur validitas kuesioner adalah dengan menghitung korelasi antar data pada masing-masing pernyataan dengan skor total, memakai rumus korelasi product moment yaitu sebagai berikut :

tersebut.

Item Instrumen dianggap valid jika lebih besar dari 0,3 atau bisa juga dengan membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka instrumen dinyatakan valid.

3.6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini berupa kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Reliabilitas instrumen mencirikan tingkat konsistensi. Rumus yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas diantaranya adalah rumus Spearman Brown berikut:


(30)

Keterangan : r11

r

adalah nilai reliabilitas

b

Nilai koefisien reliabilitas yang baik adalah diatas 0,7 (cukup baik), di atas 0,8 (baik).

adalah nilai koefisien korelasi

Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlak dilakukan, karena jika instrument yang digunakan sudah tidak valid dan reliable maka hasil penelitiannya tidak akan valid dan reliable. Sugiyono menjelaskan perbedaan antara penelitian yang valid dan reliable dengan instrumen yang valid dan reliable bahwa penelitian yang valid artinya bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Contoh penelitian tidak valid yaitu jika objek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul berwarna putih. Penelitian reliable terjadi bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda, misalnya jika dalam objek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.


(31)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Ivana Mery Lestari Matras yang bergerak di bidang manufaktur memproduksi produk spring bed. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Gambir Pasar VIII No 92 Kec.Percut Sei Tuan Tembung, Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – Oktober 2013.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan penelitian action research. Penelitian deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek tertentu. Penelitian action reasearch merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan suatu solusi yang akan diaplikasikan pada perusahaan sebagai bentuk perbaikan dari sistem semula.15

Objek penelitian adalah variabel penelitian yang merupakan inti dari problematika penelitian. (Suharsimi Arikunto,2000,P29). Objek penelitian yang diamati adalah karakteristik (atribut-atribut) produk spring bed 3 feet merk Meldaland.

4.3. Objek Penelitian

15


(32)

4.4. Variabel Penelitian

Penentuan variabel penelitian didasarkan atas studi pendahuluan, studi kepustakaan, dan pengalaman pihak perusahaan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dihadapi.

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen

a. Karakteristik sandaran spring bed yaitu daftar kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap sandaran spring bed.

b. Karakteristik matras spring bed yaitu daftar kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap matras spring bed.

c. Karakteristik divan spring bed yaitu daftar kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap divan spring bed.

d. Potensial kegagalan desain produk yaitu identifikasi potensi terjadinya kegagalan dari rancangan produk spring bed.

e. Prioritas karakteristik teknis yaitu tingkat kepentingan karakterisitk teknis berdasarkan hubungan antara kebutuhan konsumen dan karakteristik teknis.

f. Part kritis yaitu bagian-bagian desain yang kritis dari produk spring bed yang digunakan untuk menerjemahkan karakteristik teknis perusahaan. 2. Variabel Intervening

a. Model Clustering yakni pengelompokkan model dari komponen-komponen yang mempengaruhi rancangan produk spring bed.


(33)

3. Variabel Dependen

a. Perbaikan rancangan spring bed 3 feet yaitu perencanaan desain spring bed 3 feet yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

4.5. Kerangka Konseptual Penelitian

Penelitian dapat dilakukan apabila tersedianya sebuah perancangan kerangka berpikir dengan tujuan agar langkah-langkah penelitian lebih sistematis. Kerangka berpikir inilah yang merupakan landasan awal dalam melaksanakan penelitian. Kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Part kritis Karakteristik matras

spring bed Karakteristik sandaran spring bed

Karakteristik divan spring bed

Model Clustering

Perbaikan rancangan spring

bed 3 feet Prioritas

Karakteristik teknis

Potensial kegagalan desain produk

Sumber :Kevin Otto & Kristin L Wood (2008)

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

4.6. Defenisi Variabel Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan cara menentukan variabel dan mengukur suatu variabel. Definisi variabel operasional merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan varaibel yang sama. Defenisi operasional penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.


(34)

Tabel 4.1. Defenisi Operasional Penelitian

No Variabel Defenisi Alat Ukur

1

Karakteristik Sandaran spring bed

Karakteristik sandaran spring bed didefinisikan sebagai atribut sandaran spring bed yang berkenaan dengan manfaat/ fungsi utama yang diinginkan konsumen

a. Observasi b. Studi literatur c. Kuesioner

d. Wawancara dengan konsumen

2

Karakteristik Matras spring bed

Karakteristik matras spring bed didefinisikan sebagai atribut matras spring bed yang berkenaan dengan manfaat/ fungsi utama yang diinginkan konsumen

a. Observasi b. Studi literatur c. Kuesioner

d. Wawancara dengan konsumen

3

Karakteristik Divan spring bed

Karakteristik divan spring bed didefinisikan sebagai atribut divan spring bed yang berkenaan dengan manfaat/ fungsi utama yang diinginkan konsumen

a. Observasi b. Studi literatur c. Kuesioner

d. Wawancara dengan konsumen

4 Potensial kegagalan rancangan Potensial kegagalan rancangan didefinisikan sebagai potensi terjadinya kegagalan dari rancangan produk spring bed.

a. Observasi b. Studi literatur c. Wawancara dengan


(35)

Tabel 4.1. Defenisi Operasional Penelitian (Lanjutan)

No Variabel Defenisi Alat Ukur

5 Part Kritis

Part kritis didefinisikan sebagaibagian-bagian desain yang kritis terhadap produk spring bed

a. Observasi b. Studi literatur c. Wawancara dengan

perusahaan

Sumber :Sukaria Sinulingga (2011)

4.7. Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tahap awal penelitian dilakukan studi pendahuluan untuk mengetahui kondisi perusahaan, proses produksi, dan informasi pendukung yang diperlukan serta studi literatur tentang metode pemecahan masalah yang digunakan dan teori pendukung lainnya.

2. Tahapan selanjutnya adalah pengumpulan data. Jenis pengumpulan data terbagi dua yaitu:

a. Data primer yaitu data informasi atribut produk spring bed yang sesuai dengan kebutuhan konsumen diperoleh melalui kuesioner, data karakteristik teknik dan frekuensi kegagalan.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pihak perusahaan dan karyawan PT Ivana Mery Lestari Matras dengan teknik wawancara,


(36)

3. Tahap ketiga melakukan pengolahan data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan.

4. Tahap keempat melakukan analisis terhadap hasil pengolahan data.

5. Tahap kelima melakukan penarikan kesimpulan dan pemberian saran untuk penelitian


(37)

Identifikasi Masalah

Tahapan perancangan produk mengikuti penyelesaian dari tahapan sebelumnya tanpa integrasi antar departemen

Perumusan Masalah

Waktu produksi yang tinggi dikarenakan tidak sinkronnya tahap-tahap perancangan produk

Penetapan Tujuan

Mendapatkan perbaikan konsep rancangan produk spring bed berdasarkan pendekatan Concurrent Engineering

Mulai

Studi Pendahuluan 1. Kondisi pabrik 2. Proses produksi 3. Informasi pendukung 4. Masalah-masalah

Studi Literatur 1. Teori Buku

2. Referensi Jurnal Penelitian 3. Langkah-langkah penyelesaian

Pengumpulan Data

1. Data primer

- Hasil kuesioner terbuka dan tertutup mengenai informasi atribut produk sesuai kebutuhan konsumen.

- Data karakteristik teknis.

- Data frekuensi potensial kegagalan komponen 2. Data sekunder

- Data spesifikasi desain awal produk - Data urutan proses produksi - Data gambaran umum perusahaan

Pengolahan Data

- Pengujian validitas dan reliabilitas data kuesioner - Perbaikan konsep rancangan produk dengan menerapkan

pendekatan Concurrent Engineering yaitu: 1. Perencanaan proyek (Project Planning)

- Identify Needs: Penentuan karakteristik teknis dalam QFD untuk menerjemahkan kebutuhan konsumen

- Define Product Spesifications: Pembuatan Matriks House of Quality untuk QFD fase I

-Plan Development Task: Identifikasi ptensial kegagalan desain produk dengan metode FMEA

2. Konseptual Rancangan (Design Conceptual)

- Define Architecture: Pembuatan Matriks Design Deployment

untuk QFD fase II

- Penentuan multy component relationship dengan metode Product Architecture Design Structure Matrix (DSM)

- Physical Modelling - Evaluate Concepts - Integrate Concepts

Analisis Pemecahan Masalah

-Analisis dan evaluasi usulan perbaikan rancangan produk

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Sumber :Diolah


(38)

4.8. Pengumpulan Data 4.8.1. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari: 1. Data primer

Data-data primer dikumpulkan dengan cara pengamatan atau pengukuran langsung, antara lain :

a. Kebutuhan konsumen b. Karakteristik teknis

c. Frekuensi potensial kegagalan

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data keinginan konsumen adalah kuesioner terbuka dan tertutup.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh berdasarkan data dokumentasi perusahaan, dan diambil dengan cara wawancara dengan bagian produksi, antara lain:

a. Data-data jenis produk, spesifikasi dan jumlah permintaan. b. Desain awal produk spring bed 3 feet merk Meldaland.

c. Urutan proses pembuatan produk produk spring bed 3 feet merk Meldaland.

d. Gambaran perusahaan meliputi lokasi perusahaan, daerah pemasaran, struktur organisasi dan pembagian kerja setiap karyawan.

Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data sekunder adalah lembar catatan wawancara.


(39)

4.8.2. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi atau melakukan pengamatan secara langsung di lapangan mengenai proses pembuatan spring bed 3 feet merk Meldaland.

2. Wawancara

Tanya jawab dengan pihak manajemen dan operator yang bekerja saat kegiatan penelitian berlangsung mengenai hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian dan untuk melengkapi data yang diperoleh dari observasi. 3. Teknik Survei

Suvei dengan menggunakan instrumen kuesioner terbuka dan tertutup berkenaan dengan kebutuhan konsumen terhadap produk spring bed 3 feet merk Meldaland.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan data sekunder dengan mencatat data-data dokumentasi perusahaan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

5. Teknik kepustakaan

Mempelajari buku-buku, thesis atau jurnal internet yang berkaitan dengan pendekatan Concurrent Engineering, metode Quality Function Deployment (QFD), metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) dan Design Structure Matrix (DSM).


(40)

4.8.3. Instrumen Penelitian 4.8.3.1.Kuesioner

Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner yang digunakan didasarkan pada bentuknya ialah kuesioner terbuka dan tertutup. Kuesioner terbuka digunakan sebagai survei awal untuk membantu penentuan atribut keinginan responden terhadap produk spring bed 3 feet merk Meldaland sedangkan kuesioner tertutup yang digunakan adalah kuesioner dengan menggunakan skala linkert.

Atribut pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden bedasarkan literatur menurut buku Pengantar Perkayuan (Soerjanto Basar,1974), buku Strategies for Product Design (John Wiley & Sons, 2008), dan buku Beds And Bedroom Furniture (Taunton Press,1997) serta dari brochure produk spring bed yang menunjukkan tipe-tipe konsumen dan kebutuhan konsumen, yaitu:

1. Pertimbangan utama model rangka sandaran spring bed 2. Bahan kayu rangka sandaran spring bed

3. Bahan kain sandaran spring bed 4. Jenis foam untuk sandaran spring bed 5. Jenis foam untuk matras spring bed 6. Ketebalan foam untuk matras spring bed 7. Bahan kain matras spring bed

8. Pertimbangan utama model rangka divan spring bed 9. Bahan kayu rangka divan atas spring bed


(41)

11.Faktor yang menjadi pertimbangan dari segi spesifikasi teknis pada desain spring bed

12.Faktor penentu daya tahan dan lama rata-rata umur produk spring bed

4.8.3.2.Checklist

Daftar checklist digunakan untuk mengidentifikasi frekuensi kegagalan yang terjadi pada tiap komponen produk spring bed. Contoh daftar checklist yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Contoh Daftar Checklist

Produk Kayu membusuk

Kayu patah atau retak

Salah ukuran pemotongan

Perakitan tidak simetris

Per bengkok

atau patah

Busa bantet

Permukaan busa tidak

rata

Jahitan putus

Jahitan miring

1

2

...

10

Sumber :Diolah

4.8.4. Populasi dan Sampel

Menurut Sekaran, U (dalam Sinulingga, Sukaria, 2012) populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua karyawan bagian perakitan spring bed dari PT Ivana Mery Lestari Matras yang total berjumlah 36 orang.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Penelitian ini, menggunakan teknik total sampling. Total sampling adalah sampel yang dipilih


(42)

dengan keseluruhan jumlah anggota sampel sama dengan anggota populasinya dengan tujuan mendapatkan data yang representatif(Jan Joker & Bartjan Pennink, 2010). Jumlah responden yaitu sebanyak 36 orang masih dalam jangkauan peneliti dan telah homogen dikarenakan telah sesuai dengan tujuan penelitian.

4.9. Pengolahan Data

Pengolahan data dapat dilakukan setelah keseluruhan data primer maupun data sekunder terkumpul. Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain:

4.9.1. Data Kuesioner16

3. Perancangan kuesioner, kuesioner yang digunakan terdiri atas dua jenis, keusioner terbuka dan tertutup. Kuesioner terbuka digunakan sebagai survei awal untuk membantu penentuan atribut keinginan responden dalam

Pengumpulan data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden, yaitu operator pembuatan spring bed. Adapun langkah-langkah penyebaran kuesioner sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan, yaitu tujuan penyebaran kuesioner adalah untuk mengetahui keinginan responden terhadap produk spring bed 3 feet merk Meldaland.

2. Penentuan jumlah sampel, sampel yang akan diteliti adalah konsumen produk spring bed merk 3 feet Meldaland.

16


(43)

perakitan produk spring bed merk 3 feet Meldaland, sedangkan kuesioner tertutup yang digunakan adalah kuesioner yang menggunakan skala linkert. 4. Data hasil kuesioner kemudian ditabulasikan.

5. Uji validitas dan reliabilitas,

a. Validitas, Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Pearson, yaitu sebagai berikut :

Dimana, r = koefisien korelasi antara X dan Y X = skor variabel independen X Y = skor variabel independen Y

b. Reliabilitas, Koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen yang pertanyaannya menggunakan skor dalam rentangan tertentu. Rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien tersebut ialah :

    

  

−    

=

t b k

k r

2 2 1

1 σ

σ

dimana,

k = jumlah butir pertanyaan

σ

2

b

= varians butir pertanyaan

σ

2

t

= varians total butir pertanyaan


(44)

4.9.2. Membuat Matriks House of Quality

Pembuatan matriks house of quality (HoQ) didasarkan pada pengembangan karakteristik produk spring bed 3 feet merk Meldaland, dimana HoQ akan diisi berdasarkan data-data kuesioner. Tahapan pembangunan matriks HOQ yaitu:

1. Identifikasi keinginan responden yang berisi variabel proses pembuatan produk, dimana variabel ini merupakan data kuesioner tertutup.

2. Penentuan tingkat kepentingan dengan menggunakan data modus jawaban pada setiap atribut variabel proses pembuatan pada kuesioner tertutup.

3. Penentuan karakteristik-karakteristik teknis produk yang diperoleh dari hasil wawancara dan diskusi dengan pihak manajemen PT Ivana Mery Lestari Matras.

4. Menetapkan hubungan antara karakteristik teknis produk yang diberikan oleh PT Ivana Mery Lestari Matras.

5. Menetapkan tingkat hubungan antara karakteristik teknis dengan atribut produk. Tingkat hubungan yang dimaksud akan dimulai dari skala kuat, sedang, lemah, dan tidak berhubungan sama sekali.

6. Menyusun matriks perencanaan, merupakan hasil kalkulasi dari beberapa jenis data yang didapatkan dari proses sebelumnya.

7. Membangun matriks house of quality pengembangan karakteristik atribut produk, yang mana HoQ akan diisi berdasarkan data-data yang telah didapatkan pada langkah-langkah sebelumnya.


(45)

8. Menghitung ukuran kinerja house of quality yang terdiri dari derajat kepentingan, tingkat kesulitan dan perkiraan biaya.

4.9.3. Identifikasi Potensial Kegagalan Desain Produk dengan Metode FMEA

Pengolahan data Metode FMEA dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Identifikasi komponen produk dengan blok (boundary) diagram

Membuat daftar masalah potensial kegagalan yang muncul

Penentuan nilai severity, occurence, dan detectability

Menghitung Risk Priority Number (RPN)

Mengambil tindakan untuk menetralkan resiko Menetapkan fungsi atau requirement dari komponen

produk

Menentukan dampak/efek yang ditimbulkan oleh kegagalan

Menentukan penyebab kegagalan

Identifikasi metode pengendalian kegagalan

Sumber : Dyadem Engineering Corporation. Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis,

For Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries (2003)


(46)

4.9.4. Membuat Matriks Design Deployment

Pembuatan matriks Design Deployment berdasarkan matriks HOQ pada QFD fase 1. Tahapan pembangunan matriks Design Deployment yaitu:

1. Menetapkan karakteristik-karakteristik teknis produk berdasarkan prioritas karakteristik teknis dari QFD fase 1.

2. Menetapkan part kritis berdasarkan potensi kegagalan desain produk yang diperoleh dari metode FMEA.

3. Menetapkan hubungan antara part kritis yang diberikan oleh PT Ivana Mery Lestari Matras.

4. Menetapkan tingkat hubungan antara karakteristik teknis dengan part kritis. Tingkat hubungan yang dimaksud akan dimulai dari skala kuat, sedang, lemah, dan tidak berhubungan sama sekali.

5. Menyusun matriks perencanaan, merupakan hasil kalkulasi dari beberapa jenis data yang didapatkan dari proses sebelumnya.

6. Membangun matriks design depolyment yang akan diisi berdasarkan data-data yang telah didapatkan pada langkah-langkah sebelumnya.

7. Menentukan bobot kepentingan desain.

8. Penentuan usulan rancangan perbaikan produk spring bed tipe 3 feet merk Meldaland.


(47)

4.9.5. Penentuan Multi Component Relationship dengan Product Architecture

Design Structure Matrix (Product Architecture DSM)

Penentuan Multi Component Relationship dengan Product Architecture DSM terdiri dari:

1. Penentuan Boundary System 2. Penentuan Interaction Strengths 3. Pensimetrian komponen

4. Penentuan Model’s granularity

5. Pengidentifikasian interaksi antar komponen

4.10. Analisis Pemecahan Masalah

Analisis pemecahan masalah berawal dari perbaikan terhadap desain produk dengan pendekatan Concurrent Engineering Tools dengan metode QFD phase I, metode FMEA dan QFD phase II serta Design Structure Matrix (DSM) yang akan menghasilkan rancangan produk sesuai kebutuhan konsumen tanpa perlu adanya tahap redesign (perancangan ulang) sehingga dapat mengurangi waktu produksi.

4.11. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan berisi hal-hal penting dalam penelitian tersebut dan pemberian saran yang dapat menjadi masukan baik untuk perusahaan maupun penelitian selanjutnya.


(48)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Kuesioner Terbuka

Kuesioner dibagikan dalam 2 tahapan, tahapan pertama merupakan kuesioner terbuka atau kuesioner pendahuluan. Kuesioner ini merupakan bentuk pertanyaan yang diajukan kepada 36 responden tentang penilaian pekerja terhadap proses pembuatan spring bed 3 feet merk Meldaland.

Modus diperoleh dari hasil jawaban responden pada kuesioner pendahuluan. Modus akan menjadi butir pertanyaan pada kuesioner tahap kedua, yaitu kuesioner tertutup. Responden pada kuesioner tertutup ini berjumlah 36 orang dengan menggunakan metode total sampling dimana semua anggota populasi menjadi sampel.


(49)

Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka

Nama

Responden Umur

Pertanyaan 1 Pertimbangan Utama Model Rangka Sandaran

Pertanyaan 2 Jenis Bahan

Kayu Sandaran

Pertanyaan 3 Jenis Bahan

Kain Sandaran

Pertanyaan 4 Jenis Foam

Sandaran

Pertanyaan 5 Jenis Foam

Matras

Pertanyaan 6 Ketebalan

Foam Matras Sugeng 61 Penopang rangka Kayu Jati Putih Kain Zakat Busa Angin Busa Angin 10 cm

Ilan 43 Penopang rangka Kayu Jati Putih,

Triplek 3 mm Kain Oskar Busa Warna Putih Busa Warna Putih 5 cm Uto 38 Penopang rangka Kayu Jati Putih,

Triplek 3 mm Kain Boneka Busa Biasa Busa Angin 10 cm Mulyadi 42 Penopang rangka Kayu Jati Putih,

Triplek 3 mm Kain Oskar Busa Biasa Busa Angin 6 cm Mawi 35 Penopang rangka Kayu Jati Putih Kain Oskar Busa Warna

Cream

Busa Warna

Cream 5 cm

Supri 32 Penopang rangka Kayu Jati Putih,

Triplek 3 mm Kain Oskar Busa Warna Putih Busa Angin 6 cm

Zainul 28 Kayu Kayu Meranti

dan Sembarang Kain Oskar

Busa Warna Cream

Busa Warna

Cream 6 cm

Andri 33 Kayu dan Busa Kayu Biasa Kain Zakat Busa Warna

Cream

Busa Warna

Cream 10 cm

Tony 29 Bentuk model sandaran Kayu Meranti

dan Sembarang Kain Boneka Busa Angin Busa Angin 6 cm Paniadi 31 Kayu Kayu Jati Putih Kain Oskar Busa Warna Putih Busa Warna Putih 4 cm

Tomo 24 Kayu Kayu Jati Putih Kain Oskar Busa Press Busa Warna

Cream 4 cm


(50)

Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka (Lanjutan)

Nama

Responden Umur

Pertanyaan 1 Pertimbangan Utama Model Rangka Sandaran

Pertanyaan 2 Jenis Bahan

Kayu Sandaran

Pertanyaan 3 Jenis Bahan

Kain Sandaran

Pertanyaan 4 Jenis Foam

Sandaran

Pertanyaan 5 Jenis Foam

Matras

Pertanyaan 6 Ketebalan

Foam Matras

Adi 36 Kayu Kayu Biasa Kain Oskar Busa Warna

Cream

Busa Warna

Cream 6 cm

Ratno 32 Kayu Kayu Meranti

dan Sembarang Kain Zakat Busa Warna Putih Busa Warna Putih 6 cm Herman 25 Kayu Kayu Jati Putih Kain Lating Busa Warna Putih Busa Warna Putih 2 cm Supratno 30 Bentuk model sandaran Kayu Meranti

dan Sembarang Kain Oskar Busa Biasa Busa Angin 10 cm Bambang 24 Bentuk model sandaran Kayu Hutan Kain Oskar Busa Warna

Cream

Busa Warna

Cream 5 cm

Ahmad 22 Kayu Kayu Hutan Kain Zakat Busa Warna

Cream

Busa Warna

Cream 6 cm

Anang 35 Kayu dan Busa Kayu Jati Putih Kain Zakat Busa Warna Cream

Busa Warna

Cream 2 cm

Andi 26 Kayu dan Busa Kayu Jati Putih Kain Zakat Busa Warna Putih Busa Warna Putih 2 cm

Ramdani 20 Kayu Kayu Jati Putih Kain Oskar Busa Angin Busa Angin 6 cm

Mairun 31 Kayu dan Busa Kayu Biasa Kain Boneka Busa Warna Putih Busa Warna Putih 5 cm

Rio 19 Kayu Kayu Biasa Kain Boneka Busa Angin Busa Angin 6 cm

Lina 34 Bentuk model sandaran Kayu Meranti

dan Sembarang Kain Zakat Busa Angin Busa Angin 1,5 cm Yushadi 24 Kayu dan Busa Kayu Jati Putih Kain Zakat Busa Warna

Cream

Busa Warna


(51)

Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka (Lanjutan)

Nama

Responden Umur

Pertanyaan 1 Pertimbangan Utama Model Rangka Sandaran

Pertanyaan 2 Jenis Bahan

Kayu Sandaran

Pertanyaan 3 Jenis Bahan

Kain Sandaran

Pertanyaan 4 Jenis Foam

Sandaran

Pertanyaan 5 Jenis Foam

Matras

Pertanyaan 6 Ketebalan

Foam Matras Kusnadi 28 Bentuk model sandaran Kayu Meranti

dan Sembarang Kain Boneka Busa best

Busa Warna

Cream 2 cm

Mukhlis 25 Kayu Kayu Jati Putih Kain Boneka Busa Warna

Cream

Busa Warna

Cream 10 cm

Indra 34 Kayu dan Busa Kayu Meranti

dan Sembarang Kain Oskar Busa Angin Busa Angin 2 cm

Angga 27 Kayu Kayu Biasa Kain Zakat Busa Warna Putih Busa Warna Putih 4 cm

Anto 28 Kayu Kayu Jati Putih Kain Zakat Busa Biasa Busa Rebounded 2 cm

Iwan 32 Busa Kayu Jati Putih Kain Oskar Busa Warna

Cream

Busa Warna

Cream 10 cm

Rusli 40 Busa Kayu Jati Putih Kain Zakat Busa Biasa Busa Angin 1,5 cm

Adi 25 Penopang rangka Kayu Jati Putih,

Triplek 3 mm Kain Oskar Busa Rebounded

Busa Warna

Cream 4 cm

Sutris 33 Penopang rangka Kayu Jati Putih,

Triplek 3 mm Kain Oskar Busa Angin

Busa Warna

Cream 10 cm

Modus Kayu Kayu Jati Putih Kain Oskar Busa Warna

Cream

Busa Warna

Cream 6 cm

Jumlah (n) 13 14 17 11 11 11


(52)

Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka (Lanjutan)

Nama

Responden Umur

Pertanyaan 7 Jenis Bahan Kain Matras Pertanyaan 8 Pertimbangan Utama Model Rangka Divan 2 in 1

Pertanyaan 9 Jenis Bahan Kayu Rangka Divan Atas Pertanyaan 10 Jenis Bahan Kayu Rangka Divan Bawah Pertanyaan 11 Pertimbangan utama dari segi spesifikasi teknis

Pertanyaan 12 Penentu Daya Tahan, Umur

Produk

Sugeng 61 Kain boneka Bagian Siku/Sudut Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Ketebalan busa Ketahanan Per, 10 tahun Ilan 43 Kain boneka Bagian Siku/Sudut Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Ketebalan busa Per dan Busa,

10 tahun Uto 38 Kain zakat Bagian Siku/Sudut Kayu Meranti

dan Sembarang

Kayu Meranti

dan Sembarang Jumlah per

Per dan Busa, 10 tahun Mulyadi 42 Kain boneka Bagian Siku/Sudut Kayu Mindi dan

Jati Putih

Kayu Mindi dan

Jati Putih Ketebalan busa

Per, Busa, Kain, 15 tahun Mawi 35 Kain zakat Bagian Siku/Sudut Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Diamater per Ketahanan Per,

10 tahun Supri 32 Kain zakat Bagian Siku/Sudut Kayu Meranti

dan Sembarang

Kayu Meranti

dan Sembarang Diamater per Per, 10 tahun Zainul 28 Kain boneka Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Diamater per Per dan Busa,

10 tahun

Andri 33 Kain rayon Kayu Kayu Biasa Kayu Biasa Ketebalan busa Per dan Busa,

10 tahun

Tony 29 Kain Lating Kayu Kayu Meranti

dan Sembarang

Kayu Meranti

dan Sembarang Ketebalan busa

Per dan Busa, 10 tahun

Paniadi 31 Kain Lating Kayu Kayu Meranti

dan Sembarang

Kayu Meranti

dan Sembarang Mutu kain

Per dan Busa, 10 tahun


(53)

Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka (Lanjutan)

Nama

Responden Umur

Pertanyaan 7 Jenis Bahan Kain Matras Pertanyaan 8 Pertimbangan Utama Model Rangka Divan 2 in 1

Pertanyaan 9 Jenis Bahan Kayu Rangka Divan Atas Pertanyaan 10 Jenis Bahan Kayu Rangka Divan Bawah Pertanyaan 11 Pertimbangan utama dari segi spesifikasi teknis

Pertanyaan 12 Penentu Daya Tahan, Umur

Produk

Abadi 29 Kain Lating Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Ketebalan busa Per, Busa, Kain, 15 tahun Adi 36 Kain zakat Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Diamater per Kain, 4 tahun

Ratno 32 Kain Lating Kayu Kayu Mindi dan

Jati Putih

Kayu Mindi dan

Jati Putih Diamater per

Ketahanan Per, 10 tahun

Herman 25 Kain boneka Kayu Kayu Mindi dan

Jati Putih

Kayu Mindi dan

Jati Putih Mutu kain

Ketahanan Per, 10 tahun Supratno 30 Kain boneka Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Tinggi per Ketahanan Per,

10 tahun

Bambang 24 Kain zakat Kayu Kayu Biasa Kayu Biasa Jumlah per Mutu Kayu, 12

tahun

Ahmad 22 Kain zakat Kayu Kayu Mindi dan

Jati Putih

Kayu Mindi dan

Jati Putih Jumlah per

Mutu Kayu, 12 tahun Anang 35 Kain zakat Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Tinggi per Mutu Kayu, 12

tahun

Andi 26 Kain zakat Kayu Kayu Biasa Kayu Biasa Tinggi per Ketahanan Per,

10 tahun Ramdani

(Dani) 20 Kain zakat Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Tinggi per

Per, Busa, Kain, 15 tahun Per, Busa, Kain,


(54)

Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka (Lanjutan)

Nama

Responden Umur

Pertanyaan 7 Jenis Bahan Kain Matras Pertanyaan 8 Pertimbangan Utama Model Rangka Divan 2 in 1

Pertanyaan 9 Jenis Bahan Kayu Rangka Divan Atas Pertanyaan 10 Jenis Bahan Kayu Rangka Divan Bawah Pertanyaan 11 Pertimbangan utama dari segi spesifikasi teknis

Pertanyaan 12 Penentu Daya Tahan, Umur

Produk

Lina 34 Kain boneka Kayu Kayu Mindi dan

Jati Putih

Kayu Mindi dan

Jati Putih Mutu busa Kain, 4 tahun

Yushadi 24 Kain boneka Kayu Kayu Mindi dan

Jati Putih

Kayu Mindi dan

Jati Putih Jumlah per Per, 10 tahun Chris 32 Kain Lating Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Tinggi matras Per, 10 tahun Solihin 39 Kain Lating Kayu Kayu Melinjo Kayu Melinjo Tinggi matras Per, 10 tahun

Kusnadi 28 Kain zakat Kayu Kayu Meranti

dan Sembarang

Kayu Meranti

dan Sembarang Tinggi per

Ketahanan Per, 10 tahun Mukhlis 25 Kain zakat Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Tinggi per Per, 10 tahun

Indra 34 Kain zakat Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Jumlah per Per dan Busa, 10 tahun Angga 27 Kain boneka Kayu Kayu sungkai Kayu sungkai Tinggi matras Per, 10 tahun

Anto 28 Kain rayon Kayu Kayu sungkai Kayu sungkai Tinggi per Per dan Busa,

10 tahun

Iwan 32 Kain zakat Kayu Kayu Meranti

dan Sembarang

Kayu Meranti

dan Sembarang Tinggi per

Per dan Busa, 10 tahun Rusli 40 Kain zakat Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Tinggi per Per dan Busa,


(55)

Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka (Lanjutan)

Nama

Responden Umur

Pertanyaan 7 Jenis Bahan

Kain Matras

Pertanyaan 8 Pertimbangan

Utama Model Rangka Divan 2 in 1

Pertanyaan 9 Jenis Bahan Kayu Rangka Divan Atas

Pertanyaan 10 Jenis Bahan Kayu Rangka Divan Bawah

Pertanyaan 11 Pertimbangan utama dari segi spesifikasi teknis

Pertanyaan 12 Penentu Daya Tahan, Umur

Produk

Adi 25 Kain zakat Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Diamater per Per, Busa, Kain, 15 tahun

Sutris 33 Kain zakat Kayu Kayu Mindi dan

Jati Putih

Kayu Mindi dan

Jati Putih Diamater per

Mutu Kayu, 12 tahun

Modus Kain zakat Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati

Putih Tinggi per

Per dan Busa, 10 tahun

Jumlah (n) 16 30 15 15 9 10


(56)

5.1.2. Kuesioner Tertutup

Modus yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner terbuka didapatkan akan menjadi butir pertanyaan pada kuesioner tahap kedua, yaitu kuesioner tertutup. Responden pada kuesioner tertutup ini berjumlah 36 orang yang didapatkan berdasarkan metode total sampling.

Rekapitulasi kuesioner tertutup ditunjukan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup

Responden Pertanyaan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12

1 1 5 4 1 5 1 3 3 4 4 3 4

2 4 5 4 3 4 4 4 3 5 5 4 5

3 5 4 5 2 5 5 3 4 2 2 3 4

4 5 5 5 3 3 5 4 5 5 5 4 4

5 4 4 4 3 3 4 5 3 2 2 4 5

6 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4

7 3 5 5 4 2 3 4 5 3 3 2 5

8 4 3 4 3 3 5 5 3 4 4 4 4

9 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5

10 4 3 4 2 4 5 4 5 3 3 4 4

11 4 5 3 3 4 2 4 4 1 1 1 4

12 5 4 4 3 5 4 5 2 3 3 4 5

13 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5

14 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 3 4

15 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5

16 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4

17 5 1 3 3 4 1 4 4 3 3 4 3

18 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5

19 4 2 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4

20 5 5 1 5 1 5 3 3 4 4 2 4

21 4 5 4 3 5 4 5 4 2 2 4 4

22 3 5 3 4 4 5 5 4 3 3 4 3

23 4 4 4 3 5 3 4 3 5 5 4 4

24 4 5 4 3 4 5 4 3 4 4 5 5


(57)

Tabel 5.2. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup

Responden Pertanyaan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12

26 2 4 2 2 5 1 3 5 3 3 4 4

27 4 2 4 4 4 5 3 4 2 2 3 2

28 5 5 4 3 5 5 4 4 5 5 4 5

29 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 3 3

30 1 5 4 3 4 5 5 5 5 5 4 4

31 2 4 5 3 4 4 5 2 5 5 1 2

32 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5 4 5

33 4 4 5 4 4 5 4 2 4 4 3 4

34 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4

35 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 3 5

36 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 3 4

Sumber: Hasil pengumpulan data

5.1.3. Rekapitulasi Pengamatan Kegagalan Komponen Produk Spring Bed 3

Feet

Pengamatan di lantai produksi dilakukan di stasiun kerja bagian pembentukan komponen spring bed dan perakitan spring bed 3 feet. Sembilan jenis kegagalan yang berpotensi terjadi pada perancangan spring bed 3 feet diperoleh setelah melakukan pengamatan pendahuluan, yaitu:

1. Kayu membusuk 2. Kayu patah atau retak 3. Salah ukuran pemotongan 4. Perakitan tidak simetris 5. Per bengkok atau patah 6. Pengerasan busa


(58)

8. Jahitan putus 9. Jahitan miring

Pengamatan dengan penggunaan checklist dilaksanakan untuk menentukan frekuensi kegagalan produk. Pengamatan dilakukan untuk setiap komponen spring bed 3 feet dengan 9 jenis kegagalan yang berpotensi terjadi pada perancangan produk spring bed 3 feet. Rekapitulasi pengamatan (checklist) frekuensi kegagalan produk spring bed 3 feet Meldaland dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Rekapitulasi Pengamatan Frekuensi Kegagalan Produk Spring

Bed 3 Feet Merk Meldaland

Jenis Kegagalan Jumlah Kegagalan

(unit)

Kayu membusuk 1

Kayu patah atau retak 2

Salah ukuran pemotongan 21 Perakitan tidak simetris 3 Per bengkok atau patah 10

Pengerasan busa 7

Permukaan busa tidak rata 1

Jahitan putus 2

Jahitan miring 1

Jumlah 48

Sumber: Hasil pengumpulan data

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada kuesioner yang telah disebar dan dikumpulkan kembali untuk menilai data kuesioner valid dan reliable.


(59)

5.2.1.1.Uji Validitas Data

Pengujian validitas dari pertanyaan 1 hingga 12 berdasarkan data hasil kuesioner untuk penilaian perancangan produk spring bed 3 feet merk Meldaland di PT Ivana Mery Lestari Matras dengan menggunakan persamaan korelasi product moment (Pearson). Skala Likert yang berupa skala ordinal pada data kuesioner terlebih dahulu diubah menjadi skala interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI).

Tabulasi frekuensi jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 5.4. Perhitungan untuk mendapat skala baru dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.4. Tabulasi Frekuensi Jawaban Responden

Skala Ordinal Frekuensi

1 13

2 27

3 67

4 164

5 161

Sumber: Hasil pengumpulan data

Tabel 5.5. Perhitungan Skala Baru

Skala Frekuensi Proporsi Proporsi

Kumulatif Z

Densitas

f(Z) SV

Skala Baru

1 13 0,03 0,03 -1,881 0,068 -2,267 1

2 27 0,063 0,093 -1,323 0,166 -1,556 1,825

3 67 0,155 0,248 -0,681 0,316 -0,968 2,413

4 164 0,38 0,628 0,327 0,378 -0,163 3,218

5 161 0,373 1 ∞ 0 1,016 4,397

Total 432


(60)

Frekuensi responden yang memberikan alternatif jawaban dari pertanyaan kuesioner yang disebarkan dapat dilihat pada Tabel 5.4. Proporsi diperoleh dari hasil perbandingan jumlah frekuensi dengan jumlah total frekuensi. Penentuan proporsi kumulatif diperoleh dengan menjumlahkan secara berurutan untuk setiap nilai proporsi.

Nilai proporsi kumulatif (Pk) mengikuti distribusi normal dan dengan melihat tabel distribusi normal, maka dapat ditentukan nilai Z untuk setiap kategori:

Z1 = -1,881 Z2 = -1,323 Z3 = -0,681 Z4 = 0,327 Z5 = ∞

Nilai densitas diperoleh dengan cara memasukkan nilai Z tersebut ke dalam fungsi densitas normal baku sebagai berikut:

     − π = 2 z 2 1 exp 2 1 ) z ( f

sehingga diperoleh :

D1 = (-1,881) 0,068

2 1 exp 2 1 ) 881 , 1

-( 2=

    − = π f

D2 = 0,166 D3 = 0,316 D4 = 0,378 D5 = 0


(61)

Scalevalue mempunyai rumus sebagai berikut:

Maka diperoleh,

SV1 = (0-0,068)/(0,03-0) = -2,267 V2 = -1,556

SV3 = -0,968 SV4 = -0,163 SV5 = 1,016

Skala akhir data interval diperoleh dengan jalan mengambil nilai negatif yang paling besar dan diubah menjadi =1, yaitu:

SA1 = 1 SA2 = 1,825 SA3 = 2,413 SA4 = 3,318 SA5 = 4,397

Hasil skala interval dari data ordinal untuk tingkat kepentingan adalah: 1. Untuk nilai 1 dalam skala ordinal, maka skala intervalnya menjadi 1 2. Untuk nilai 2 dalam skala ordinal, maka skala intervalnya menjadi 1,825 3. Untuk nilai 3 dalam skala ordinal, maka skala intervalnya menjadi 2,413 4. Untuk nilai 4 dalam skala ordinal, maka skala intervalnya menjadi 3,318 5. Untuk nilai 5 dalam skala ordinal, maka skala intervalnya menjadi 4,397

limit lower under

-limit offer under area

limit upper at

density

-limit lower at

density


(62)

[

][

]

[

][

]

0,399 r ) 6 , 1459 ( ) 60278 ( 36 ) 6 , 131 ( ) 91 , 510 ( 36 ) 6 , 1459 )( 6 , 131 ( ) 5409 ( 36 ) ( ) ( ) )( ( 2 2 1 2 2 2 2 = − − − = − − − =

∑ ∑

r Y Y N X X N Y X XY N rxy

Maka besar koefisien korelasi product moment untuk variabel 1 adalah 0,399. Nilai kritis diperoleh dari tabel kritis koefisien product moment untuk taraf signifikan 5%, yaitu:

Nilai kritis untuk taraf signifikan 5% dengan df 36-2 = 34 sebesar 0,329

Karena nilai r hitung > r tabel, maka data untuk atribut 1 dinyatakan valid. Hasil perhitungan validitas untuk semua butir dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Validitas Variabel

Variabel Koef. Korelasi r Tabel N Keterangan

1 0,399 0,329 36 Valid

2 0,399 0,329 36 Valid

3 0,397 0,329 36 Valid

4 0,538 0,329 36 Valid

5 0,415 0,329 36 Valid

6 0,467 0,329 36 Valid

7 0,416 0,329 36 Valid

Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Validitas Variabel (Lanjutan)

Variabel Koef. Korelasi r Tabel N Keterangan

8 0,485 0,329 36 Valid

9 0,715 0,329 36 Valid

10 0,715 0,329 36 Valid

11 0,605 0,329 36 Valid

12 0,508 0,329 36 Valid

Sumber: Hasil pengolahan data

Koefisien korelasi product moment pada Tabel 5.6 berada di atas 0,329, maka dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel pertanyaan pada kuesioner


(63)

adalah valid atau dengan kata lain terdapat konsistensi internal dalam variabel tersebut.

5.2.1.2.Uji Reliabilitas Data

Pengujian reliabilitas untuk data kinerjai dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang telah dibuat reliabel atau tidak. Perhitungan nilai varians butir 1 dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu:

( )

0,939

36 36 (116,74)

-412,4

2 2 2

2

= =

− =

n n

x x

x

σ

Perhitungan nilai varians butir 2 sampai dengan 12 dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Perhitungan Varians Tiap Butir

Butir Varians

1 0,851

2 0,822

3 0,587

4 0,807

5 0,784

6 1,219

7 0,510

8 0,819

9 1,048

10 1,048

11 0,733

12 0,635


(64)

Dimasukkan ke rumus Alpha 738 , 0 51 , 30 864 , 9 1 1 12 12 1 1 2 2 =             − =         −       − =

t b k k r σ σ

Nilai koefisien reliabilitas kinerja sebesar 0,738.

Ada 2 cara untuk menilai apakah suatu instrument memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi, yaitu:

1. Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh > 17

2. Dari tabel kritis koefisien korelasi r Pearson. 0,60

Dari tabel kritis koefisien korelasi r Pearson untuk taraf signifikan 5%, dengan jumlah responden 36 diperoleh nilai kritis sebagai berikut:

Derajat kebebasan (df) = jumlah responden – 2 = 36 – 2 = 36 Nilai kritis untuk taraf signifikan 5% dengan df 10 sebesar 0,329

17

Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. h. 133.

( )

(

)

51 , 30 36 36 (1459,6) -60278 total varians n n -Y total varians 9,864 0,635 ... 627 , 0 822 , 0 0,851 ... 2 2 2 2 19 2 3 2 2 2 1 2 = = = = + + + + = + + + + =

∑ ∑

Y

b σ σ σ σ


(65)

Karena nilai r hitung > 0,60 dan r hitung > r tabel, maka data dinyatakan reliabel, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner dapat dipercaya kebenaran datanya.

5.2.2. Perancangan Desain Produk Spring Bed 3 feet dengan Pendekatan

Concurrent Engineering18

Identify Needs

Define Poduct Specifications Plan Development Task

Project Approval

Evaluate Concepts Define Architecture/Functions

Assaign Sub-Teams Generate Concepts

Concepts Approval

Virtual/Physical Modeling

Integrate Concepts

Project Planning

Conceptual Design

Fase pengembangan produk pada Concurrent Engineering yang digunakan terdri dari beberapa langkah yang dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Sumber :Susan Skalak (2002)

Gambar 5.1. Batasan Penggunaan Tahapan dengan Pendekatan Concurrent

Engineering pada Fase Pengembangan Produk

18

Susan Skalak. Implementing Concurrent Engineering in Small Companies. (Virginia:Marcel Dekker Inc, 2002), hal : 48-78.


(1)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

6.2.5. Physical Modelling dan Evaluate Concepts ... VI-10 6.2.6. Integrate Concepts ... VI-12

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1 Kesimpulan ... VI-1 7.2 Saran ... VI-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(2)

DAFTAR TABEL

TABEL

HALAMAN

1.1. Jumlah Produksi Spring Bed 3 Feet PT Ivana Merry Lestari

Matras ... I-2 1.2. Persentase Produk Cacat Periode Maret 2013 – Juni 2013 ... I-3 3.1. Perbedaan Sequential Engineering dengan Concurrent

Engineering ... III-2 3.2. Penentuan Nilai Severity ... III-15 3.3. Nilai Occurrence dengan Menggunakan Jumlah Kegagalan ... III-16 3.4. Penentuan Nilai Detection ... III-17 4.1. Definisi Operasional Penelitian ... IV-4 4.2. Contoh Daftar Checklist ... IV-12 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka ... V-2 5.2. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup ... V-9 5.3. Rekapitulasi Pengamatan Frekuensi Kegagalan Produk Spring

Bed 3 Feet Merk Meldaland ... V-11 5.4. Tabulasi Frekuensi Jawaban Responden ... V-12 5.5. Perhitungan Skala Baru ... V-12 5.6. Hasil Perhitungan Validitas Variabel ... V-15 5.7. Perhitungan Varians Tiap Butir ... V-16 5.8. Hasil Identifikasi Kebutuhan Konsumen ... V-20 5.9. Tingkat Kepentingan Variabel Kebutuhan Konsumen ... V-21 5.10. Tingkat Kepuasan Variabel Kebutuhan Konsumen ... V-23


(3)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL

HALAMAN

5.11. Nilai Rasio Perbaikan untuk Setiap Variabel Kebutuhan ... V-25 5.12. Nilai Sales Point Variabel Kebutuhan Konsumen ... V-27 5.13. Hasil Perhitungan Bobot Absolut untuk Setiap Variabel ... V-28 5.14. Hasil Perhitungan Bobot Relatif untuk Setiap Variabel ... V-29 5.15. Karakteristik Teknis yang Dibutuhan untuk Memenuhi

Kebutuhan Konsumen ... V-30 5.16. Fungsi dari Komponen Produk Spring Bed 3 Feet ... V-41 5.17. Analisis ABC Jenis Kegagalan Komponen Spring Bed ... V-43 5.18. FMEA Produk Spring Bed 3 Feet ... V-44 5.19. Tingkat Kesulitan Karakteristik Teknis ... V-52 5.20. Part Kritis ... V-53 6.1. Nilai Importance dan Relative Weight ... VI-4


(4)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT Ivana Mery Lestari Matras ... II-4 3.1. Tujuh Tahapan Concurrent Engineering ... III-2 3.2. Fase Pengembangan Produk Pada Concurrent Engineering ... III-5 3.3. Model Empat Tahap QFD ... III-8 3.4. Struktur House of Quality (HOQ) ... III-9 3.5. Struktur Matriks Design Deployment ... III-11 3.6. Product Architecture DSM ... III-18 3.7. Binary DSM dan Grafik Interaksi Elemen ... III-19 3.8. Numerical DSM dengan Nilai dan warna ... III-19 3.9. Empat Tipe Model DSM ... III-21 3.10. Dekomposisi Model DSM dengan Tree Diagram, High Level

DSM, dan Lower Level DSM ... III-22 3.11. Jenis Konsumen ... III-23 3.12. Potensial Konsumen Tahapan Conceptual Design dalam

Penerapan Concurrent Engineering ... III-24 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3 4.2. Langkah-langkah Proses Penelitian ... IV-7 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data FMEA ... IV-15 5.1. Batasan Penggunaan Tahapan dengan Pendekatan Concurrent

Engineering pada Fase Pengembangan Produk ... V-18 5.2. Hubungan Antar Karakteristik Teknik Produk Spring Bed ... V-29


(5)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.3. Matriks Antara CR dengan Karakteristik Teknis Produk Spring

Bed ... V-30 5.4. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan

Perkiraan Biaya ... V-32 5.5. QFD phase I Spring Bed 3 feet ... V-33 5.6. Boundary Diagram Spring Bed 3 Feet ... V-35 5.7. Histogram Jenis dan Frekuensi Kegagalan Komponen Spring

Bed ... V-37 5.8. Diagram Pareto Jenis Kegagalan Komponen Spring Bed 3 Feet . V-39 5.9. Cause and Effect Diagram Salah Ukuran Pemotongan ... V-41 5.10. Cause and Effect Diagram Per Bengkok atau Patah ... V-42 5.11. Cause and Effect Busa Bantet ... V-43 5.12. Hubungan Antar Karakteristik Part Produk Spring Bed ... V-54 5.13. Matriks Antara Karakteristik Teknis dengan Karakteristik Part

Produk Spring Bed ... V-56 5.14. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan, dan

Perkiraan Biaya ... V-58 5.15. QFD phase II Spring Bed 3 feet ... V-59 5.16. Boundary System Karakteristik Part ... V-61 5.17. Interaction Strength dan Simetri Komponen pada


(6)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.18. Model’s Granularity ... V-63 5.19. Clustering Analysis for Product Architecture DSM ... V-64 5.20. Product Module Spring Bed 3Feet ... V-65 5.23. Physical Modelling Produk Spring Bed 3 feet ... V-66 6.1. Ukuran Kinerja Karakteristik Teknis Produk Spring Bed 3 Feet

QFD Fase 1 ... VI-4 6.2. Ukuran Kinerja Part Kritis Produk Spring Bed 3 Feet QFD

Fase 2 ... VI-9 6.3. Tiga Modules Spring Bed 3 Feet ... VI-10 6.4. Physical Modelling Produk Spring Bed 3 feet ... V-11


Dokumen yang terkait

Penerapan Concurrent Engineering Tools Dan Design Structure Matrix Pada Perancangan Produk Ban

12 131 58

Perbaikan Rancangan Produk Spring Bed Pada PT Ivana Mery Lestari Matras dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment, Value Engineering dan Design For Manufacture And Assembly

4 83 163

Pendekatan Concurrent Engineering Tools pada Proses Perancangan Produk dengan Metode Quality Function Deployment dan Design Structure Matrix

17 194 186

Penerapan Metode Kano, Quality Function Deployment Dan Value Engineering Untuk Peningkatan Mutu Produk Sarung Tangan Karet

11 73 101

Aplikasi Kansei Engineering Dan Quality Function Deployment (QFD) Serta Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ) Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Pada Instalasi Hemodialisis

9 92 70

Perancangan Desain Produk Springbed Dengan Menggunakan Concurrent Engineering Tools Di PT Ivana Mery Lestari Matras

6 64 66

Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

15 91 169

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

10 99 227

BAB I PENDAHULUAN - Perbaikan Rancangan Produk Spring Bed Pada PT Ivana Mery Lestari Matras dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment, Value Engineering dan Design For Manufacture And Assembly

0 0 8

Perbaikan Rancangan Produk Spring Bed Pada PT Ivana Mery Lestari Matras dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment, Value Engineering dan Design For Manufacture And Assembly

1 1 22