Kerangka Teoritis .1 Budaya Organisasi

BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Budaya Organisasi

2.1.1.1 Pengertian Budaya Organisasi

Budaya organisasimerupakan seperangkat sistem nilai-nilai values, keyakinan-keyakinan beliefs, asumsi-asumsi assumptions, atau norma- normayang telahlamaberlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatuorganisasisebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya. Sutrisno, 2010:2. Menurut Kusdi, 2011:13, budaya organisasi adalah suatu pola asumsi- asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dibangun suatu kelompok dalam proses learning untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal, serta telah terbukti berjalan cukup baik sehingga dianggap valid dan harus diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat dalam memandang, berpikir, dan merasa berkaitan dengan masalah-masalah lain. MenurutRobbinsdan Coulterdalam L Zumaroh 2014:12 budayaorganisasi merupakan sehimpunan nilai, prinsip,tradisi, dancara bekerja yang dianutbersamadanmempengaruhi perilaku sertatindakanparaanggota organisasi.Untuk ituharus diajarkankepada semua anggota sebagai suatucarayang benardalammengkaji,berpikir, danmerasakanmasalahyangdihadapi. Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah seperangkat keyakinan-keyakinan, norma-norma, nilai, prinsip, tradisi dan cara bekerja yang dianut dan disepakati bersama yang mempengaruhi tindakan para anggota organisasi dalam penyelesaian masalah yang dihadapi organisasi.

2.1.1.2 Pembentukan Budaya Organisasi

Unsur-unsur Pembentuk Budaya Organisasi Deal Kennedy dalam Pabundu, 2010:16 membagi lima unsur pembentuk budaya sebagai berikut : a. Lingkungan Usaha Kelangsungan hidup organisasi perusahaan ditentukan oleh kemampuan perusahaan memberi tanggapan yang tepat terhadap peluang dan tantangan lingkungan. Lingkungan usaha merupakan unsur yang menentukan apa yang harus dilakukan perusahaan agar bisa berhasil. Lingkungan usaha yang berpengaruh antara lain meliputi produk yang dihasilkan, pesaing, pelanggan, teknologi, pemasok, kebijakan pemerintah, dan lain-lain. b. Nilai-nilai Nilai-nilai adalah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah organisasi. Setiap perusahaan mempunyai nilai-nilai sebagai pedoman berpikir dan bertindak bagi semua warga dalam mencapai tujuanmisi organisasi. c. Pahlawan Pahlawan adalah tokoh yang dipandang berhasil mewujudkan nilai-nilai budaya dalam kehidupan nyata. Pahlawan bisa berasal dari pendiri perusahaan, Universitas Sumatera Utara para manajer, kelompok organisasi atau perorangan yang berhasil menciptakan nilai-nilai organisasi. d. Ritual Stephen P. Robbins mendefinisikan ritual sebagai deretan berulang dari kegiatan yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai utama organisasi itu, tujuan apakah yang paling penting, orang-orang manakah yang penting dan mana yang dapat dikorbankan. e. Jaringan Budaya Jaringan budaya adalah jaringan komunikasi informal yang pada dasarnya merupakan saluran komunikasi primer. Fungsinya menyalurkan informasi dan memberi interpretasi terhadap informasi. Melalui jaringan informal, kehebatan perusahaan diceritakan dari waktu ke waktu. 2.1.1.3 Fungsi Budaya Organisasi MenurutSutrisno, 2011:10fungsibudaya organisasiadalah sebagai berikut: 1. Budayamempunyaisuatuperanpembeda.Halituberartibahwabudayakerja menciptakan pembedaanyang jelas antara satu organisasi dengan organisasi yang lain. 2. Budaya organisasi membawa suatu rasa identitasbagi anggota-anggota organisasi. 3. Budayaorganisasimempermudahtimbulpertumbuhankomitmenpadasesuatu yang lebih luas daripadakepentingan diriindividual. 4. Budaya organisasiitu meningkatkankemantapan sistemsosial. Universitas Sumatera Utara

2.1.1.4 Dimensi-dimensiBudayaOrganisasi

Adapundimensibudaya organisasimenurut Robbins dalam Aput, 2015:19 adalah sebagai berikut : 1 Inovasidanmengambilrisikoberkaitandengansejauhmana para anggotaorganisasikaryawandidorong untukinovatifdanberani mengambil risiko. 2 Perhatianpada rincianberkaitandengansejauhmana paraanggota organisasikaryawan diharapkan mau memperlihatkan kecermatan presisi, analisis dan perhatian kepada rincian. 3 Orientasi hasil mendiskripsikan sejauh mana manajemen fokus pada hasilbukanpada teknikdanprosesyangdigunakanuntuk mendapatkan hasil tersebut. 4 Orientasimanusia menjelaskansejauhmana keputusanmanajemen memperhitungkanefekhasilkepadaorang-orang didalam organisasitersebut. 5 Orientasitimberkaitandengansejauhmana kegiatankerja organisasidilaksanakandalamtim-timkerja,bukanpada individu individu. 6 Agresivitasmenjelaskansejauhmanaorang-orangdalam organisasimenunjukkan keagresifan dan kompetitif, bukan bersantai. 7 Stabilitas sejauhmanakegiatanorganisasimenekankan dipertahankannyastatusquo sebagailawan daripertumbuhan atau inovasi.

2.1.1.5 Tipe Budaya Organisasi

MenurutKusdi, 2011:73ada4empat tipe budaya organisasi: Universitas Sumatera Utara 1.Kultur Adaptif Dicirikanolehfokusstrategispada lingkungan eksternal,dimanaorganisasi mengandalkan fleksibilitas dan adaptasi terhadapperubahan tuntutan konsumen. 2.Kultur Misi Memfokuskan strateginya pada lingkungan eksternal, tetapi tidak memerlukan perubahan cepat danresponsifterhadap perubahan kebutuhan konsumen. 3.Kultur Keterlibatan Kulturorganisasiyang fokusstrategisnyaadalahlingkunganinternal,yaitu membangunketerlibatandanpartisipasi anggota-anggota organisasi walaupun lingkunganeksternal yang dihadapisesungguhnya selalu berubah dengancepat. 4.Kultur Konsistensi Memiliki fokusstrategisinternal dan menikmati lingkungan yang relatifstabil. Universitas Sumatera Utara

2.1.1.6 Level Budaya Organisasi

Schein dalam Pabundu, 2010:22-23 membagi level budaya organisasi menjadi 3 tiga bagian yaitu : 1. Artifak dan Kreasi Artifak mencakup semua fenomena yang bisa dilihat, didengar, dan dirasakan. Pada level artifak dan kreasi, konstruksinya dilakukan secara lingkungan fisik dan sosial. Pada level ini orang dapat melihat ruang fisik, produk, teknologi kelompok, bahan tertulis dan tidak tertulis, produksi seni dan perilakunyata anggota organisasi. Dalam hal ini termasuk gaya berpakaian, penampilan emosional, mitos dan sejarah organisasi, nilai-nilai yang muncul dalam komunikasi seperti ritual, seremonial, dan sebagainya. 2. Nilai-nilai Nilai-nilai adalah solusi yang muncul dari seorang pemimpin dalam organisasi dengan maksud memecahkan masalah-masalah rutin dalam organisasi tersebut. Jika suatu kelompok ingin menciptakan atau dihadapkan pada tugas- tugas organisasi, masalah-masalah atau isu-isu penting organisasi, maka solusi yang pertama muncul, datangnya dari individu-individu yang berpengaruh dalam kelompok tersebut. 3. Asumsi Dasar Asumsi dasar ini merupakan bagian budaya organisasi yang paling utama. Asumsi dasar menjadi jaminan bahwa seseorang menemukan variasi kecil dalam unit budaya. Dalam asumsi dasar terdapat petunjuk-petunjuk yang harus dipatuhi Universitas Sumatera Utara anggota organisasi menyangkut perilaku nyata, termasuk menjelaskan kepada anggota kelompok bagaiman merasakan, memikirkan segala sesuatu. Solusi-solusi yang masuk asumsi dasar ini dimaksudkan untuk dapat menyelesaikan masalah secara berkesinambungan dan dapat dikomunikasikan secara terus-menerus sehingga merupakan nilai yang dapat diandalkan.

2.1.1.7 Karakteristik Budaya Organisasi

Menurut Stephen P. Robbins dalam Pabundu, 2010:10-12 ada sepuluh karakteristik budaya organisasi yaitu : 1. Inisiatif Individual Yang dimaksud inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab, kebebasan atau indepedensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat. Inisiatif individu tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasiperusahaan. 2. Toleransi Terhadap Tindakan Berisiko Dalam budaya organisasi perlu ditekankan, sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif, dan mengambil resiko. Suatu budaya organisasi dikatakan baik, apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota untuk dapat bertindak agresif dan inovatif untuk memajukan organisasi serta berani mengambil resiko terhadap apa yang dilakukannya. 3. Pengarahan Universitas Sumatera Utara Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi. Kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi. 4. Integrasi Integrasi dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi dapat mendorong unit- unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unit- unit organisasi dalam bekerja dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan. 5. Dukungan Manajemen Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan. 6. Kontrol Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma- norma yang berlaku dalam suatu organisasi. 7. Identitas Identitas dimaksudkan sejauh mana para anggota suatu organisasi perusahaan dapat mengindentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian professional tertentu. Universitas Sumatera Utara 8. Sistem Imbalan Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan seperti kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. Sistem imbalan yang didasarkan atas prestasi kerja pegawai dapat mendorong pegawai suatu organisasi untuk bertindak dan berperilaku inovatif dan mencari prestasi kerja yang maksimal sesuai kemampuan dan keahlian yang dimilikinya. 9. Toleransi Terhadap Konflik Sejauh mana para pegawai didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering terjadi dalam suatu organisasi. Naun perbedaan pendapat kritik yang terjadi bisa dijadikan sebagai media untuk melakukan perbaikan atau perubahan startegi untuk mencapai tujuan suatu organisasi. 10. Pola Komunikasi Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal. Kadang-kadang hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola komunikasi antara atasan dan bawahan atau antarkaryawan itu sendiri. 2.1.2 Kepemimpinan Transformasional 2.1.2.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Getol 2012:39 kepemimpinandapat diukur dari dampakyang ditimbulkanataspara anggota kelompoknya.Dampaktersebutberupa:arasakepemilikansense of belongingyakni Universitas Sumatera Utara apabilaanda memilikisesuatupastilahanda ingin mempertahankan, mengembangkan daanbahkanmembuatnya menjadi lebihbaik;brasapercayasenseoftrust sebelumadarasamemiliki yangharus ditumbuhkanadalahrasa percaya. Karyawanpercaya bahwa perusahaanini akanmerupakan tempatnyadalammengembangkankarir yangterbaik buat dirinya;crasatanggungjawabsenseof responsibility yaknisetiapkaryawansudah tertanamrasamemiliki danrasa percaya akanbersedia memberikanyangterbaikdalam menyelesaikanpekerjaannya;drasakrisis senseofcrisisyaitumenghemat biaya-biayaapasajayang bisadiselamatkantanpamengurangi hasil atau perkembanganperusahaanbisa dicapaijikakitamampu mengatasi persaingan; erasacintadan hormatsenseofloveandrespectyaitu sikapsaling menghormati antara atasan danbawahan dan diantararekan kerjaakan timbul seiring denganberkembangnya budayaperusahaan. MenurutRivai dan Mulyadi 2012:133, kepemimpinan pada dasarnya: melibatkan orang lain, melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak merata antara pemimpin dan anggota kelompok, menggerakkan kemampuan dengan menggunakanberbagaibentukkekuasaan untuk mempengaruhitingkah lakubawahan,danmenyangkutnilai. Empatsifatumum yangmempunyaipengaruhterhadapkeberhasilankepemimpinanorganisasi,yaitu: 1 kecerdasan,2 kedewasaan,3 motivasidiridandoronganberprestasi,dan4 sikap hubungan kemanusiaan. Universitas Sumatera Utara Daribeberapadefinisidiataspenulisdapatmenyimpulkan bahwa kepemimpinanmerupakankemampuan mempengaruhi orang lain, bawahanatau kelompok,kemampuan mengarahkantingkahlaku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan ataukeahliankhusus dalambidangyangdiinginkanolehkelompoknya,untukmencapaitujuan organisasi.

2.1.2.2 Pengertian KepemimpinanTransformasional

Kepemimpinantransformasional merupakanpendekatanterakhir yanghangatdibicarakanselamadua dekadeterakhir ini.Menurut SetiawandanMuhith 2013:24. mengatakanbahwa kepemimpinantransformasionaltermasuk dalamteorikepemimpinan modern yang gagasan awalnya dikembangkan olehJames McGroger Burns, yang secara eksplisit mengangkat suatu teori bahwa kepemimpinantransformasionaladalahsebuah proses dimana pimpinan danparabawahannya berusaha mencapaitingkat moralitasdanmotivasi yanglebihtinggi. MenurutSetiawandanMuhith2012:19 secaraleksikalistilah kepemimpinantransformasional terdiri dari duakatayaitukepemimpinan dantransformasional. Istilahtersebut bermaknaperubahanrupabentuk, sifat, fungsidanlainsebagainyabahkanadajugayangmenyatakan bahwakatatransformasional berindukdari kata“totransform”yang memiliki makna mentransformasionalkanvisi menjadirealitas,panas menjadi energi,potensi menjadifaktual, latenmenjadimanifestdan sebagainya. Menurut Lensufiie2010:81 bahwa kepemimpinan transformasional Universitas Sumatera Utara memilikipengertiankepemimpinanyang bertujuanuntuk perubahan, perubahanyangdimaksuddiasumsikansebagaiperubahanyanglebih baik menentangstatusquodanaktif.KepemimpinanTransformasional jugadiartikansebagaipendekatankepemimpinanyang menciptakan perubahan positif dan bernilaibagisuatuorganisasi. Sementara Bass dan Ringo 2006 mengatakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang mampu mendorong dan menginspirasi para pengikutnya untuk mencapai kinerja luar biasa dengan cara memberdayakan dan menyelaraskan antara tujuan individu, tujuan kelompok serta tujuan organisasi atau perusahaan. Setiawan danMuhith, 2013:99 juga mendiskripsikan bahwakepemimpinantransformasional merupakan “empowertheirfollowersandencouragethem to“domorethanthey originallyexpectedtodo” transformationalleadersmotivatefollowersto perform athigherlevels,toexertgreatereffort,andtoshowmore commitment”. SelanjutnyaSuharsaputra dalamSetiawan danMuhith, 2013:98 mengemukakankepemimpinan transformasionalmerupakan“aleadershipperspectivethat explainshow leaderschangeteamororganization bycreating,communicatingand modelinginvisionforthe organizationor work unit, andinspiring employees tostriveforthevision”. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan bentuk kepemimpinan yang mampu mempengaruhi, mengubah atau Universitas Sumatera Utara melakukan transformasi di dalam tim atau organisasi dengan cara mengkomunikasikan, menciptakan dan menjadi model transformasi itu sendiri agar tim atau organisasi termotivasi untuk bekerja lebih baik sehingga visi perusahaan dapat menjadi realitas. Northouse, 2013:179bahwa kepemimpinantransformasional memotivasi pengikutuntuk melakukan lebih dariyangdi harapkan dengan: a. Meningkatkantingkatpemahamanpengikutakankegunaandannilaidari tujuanyang rinci dan ideal; b. Membuat pengikut mengalahkan kepentingan sendiri demi tim atau organisasi; c. Menggerakkanpengikutuntukmemenuhikebutuhantingkatanyanglebih tinggi. Dari pendapat diatasdisimpulkanbahwa pemimpinyang transformasional diukur daritingkatkepercayaan,kepatuhan,kekaguman, kesetiaandanrasa hormatpara pengikutnya.Perilaku-perilakuyang dimunculkankepemimpinantransformasional dapat ditarik beberapa karekteristik yangmenjadi ciri khas kepemimpinan transformasionalantara lain: a. Mempunyai visiyangbesar danmemercayai intuisi; b. Menempatkandiri sebagaimotor penggerakperubahan; c. Beranimengambilresiko denganpertimbanganyangmatang; d. Memberikan kesadaranpada bawahanakanpentingnyahasil pekerjaan; e. Memilikikepercayaanakankemampuanbawahan; f. Fleksibel danterbuka terhadappengalamanbaru; g. Berusahameningkatkan motivasiyanglebihtinggidaripada sekedar motivasi Universitas Sumatera Utara yang bersifatmateri; h. Mendorongbawahanuntukmenempatkankepentinganorganisasi diatas kepentinganpribadiataugolongan; i. Mampumengartikulasikannilaiinti budayatradisiuntuk membimbingperilakumereka,Setiawan2013:26.

2.1.2.3 KomponenKepemimpinanTransformasional

Komponensecaraleksikaldiartikansebagaibagian dari keseluruhan; unsur atau bagian;onderdil.Jadi partikelkatakomponen ketikadisandingkan atau dijadikansatu dengankata “kepemimpinan transformasional ‟bermaknaunsur- unsurkecilyang membentuksatuan kesatuananatomi kepemimpinantransformasionalyangutuh. Setiawan 2013:149. Lebih lanjutdikemukakan bahwakomponenkepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional menggabungkan Sembilan faktoryaitu:lima faktortercakup dalamkepemimpinan transformasionalyang meliputi atributyang ideal, perilakuyang ideal, motivasiinspiratif, stimulasiintelektual,dankonsiderasiyang diindividualisasikan;sedangempatfaktortermasuk dalamkepemimpinan transaksionalmencakuppenghargaan, manajemen pengecualian aktif, dan manajemen pengecualian pasif, dan yang terakhir adalah faktor laissezfairesebagaifaktor non-leadership. Berbicarakomponentransformasional menurut Karimbahwaadalah bentuk aslinya ada duabelaskomponendalampengukuran kepemimpinantransformasional yang meliputi item-itemmengenai a. atributcharisma,b. idealizedinfluence,c. Universitas Sumatera Utara inspirationalleadership.d. intellectualstimulation, e.individualconsideration, f.contingentreward, g. management-by-exception active, h.management-by- exceptionpassive, i.laissez faireleadership,j.extra- effort,k.effectivenessdanl.Satisfaction, Setiawan 2013:151.

2.1.2.4 Ciri Pemimpin Transformasional

SelanjutnyaDjamaludin, 2012:130 mengemukakanbahwa ada empat hal yang menjadi ciri pemimpin transformasional untuk mempengaruhi organisasi agar tercipta tujuan, berikut penjelasan secara lebih rinci: 1. Idealizedinfluencepengaruhideal Yaitu sifat-sifat keteladanan role model yang ditunjukkan kepada pengikut dan sifat-sifat yang dikagumi pengikut dari pemimpinnya. Pengaruhideal:a menjadi teladan dengan memberikan makna yang terkandung dalam visi perusahaan secara menarik dan menggugah agar ada dorongan dari dalam diri pengikutnya untuk bersama-sama mewujudkan visi itu; b menunjukkan keteladanan berkomunikasi secara efektif dan mempraktikkan perilaku yang mendukung visi, misi dan tata nilai perusahaan;c rela berkorban dan menunjukkan keberanian mengambil risiko pribadi untuk mencapai visi itu; d apa yang dilakukan untuk kepentingan perusahaan dan kepentingan bersama; e menyampaikan harapan yang tinggi kepada para pengikutnya agar termotivasi untuk berbuat baik;f percaya diri;gmenunjukkan bahwa dirinya dalah bagian dari kelompok, rendah hati, menghargai anggota lain; h memiliki standar dalam berperilaku dengan menjunjung tinggi etika dan moral dalam bekerja dan Universitas Sumatera Utara mempraktikkan tata nilai perusahaan dengan tulus. 2. Intellectual stimulationstimulasi intelektual Pemimpin mengajak pengikutnya untuk selalu mempertanyakan asumsi di balik suatu hal, mencari cara baru dalam mengerjakan suatu hal, tidak mengkritik dan menilai gagasan yang dilontarkan, dan lebih berfokus pada pemberian apresiasi pada setiap gagasan sekecil apapun itu. Stimulasi intelektual adalah: a leading by questions; b merangsang pemikiran kreatif dan inovatif;cmemperluas cara pandang pengikut dengan berbagai alternatif baru; d menyediakan fasilitas bagi para pengikutnya untuk terus belajar dan menambah wawasan;e memanfaatkan kesalahan pengikutnya sebagai media pembelajaran;f merangsang pengikut untuk meyakini kemampuan yang dimiliki; gmengevaluasi kesalahan pengikutnya dan merangsangnya untuk memikirkan gagasan dan tindakan yang lebih baik. 3. Inspirational motivationmotivasi inspirasi Sifat pemimpin yang memberikan inspirasi dalam bekerja, mengajak karyawan untuk mewujudkan cita-cita bersama agar hidup dan karya mereka menjadi bermakna. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menemukan kearifan dan mencari tantangan diri untuk berbuat sesuatu yang lebih baik. Memotivasi pengikut agar bisa mencapai kinerja yang luar biasa, baik dalam pekerjaan maupun dalam pengembangan dirinya. Menginspirasi pengikut agar Universitas Sumatera Utara bisa mencapai karir yang setinggi-tingginya di masa depan. Memberikan semangat dan menanamkan rasa bangga pada diri anggota. Serta memberi dorongan dan contoh pribadi dalam mengembangan rasa percaya diri dalam mewujudkan keinginan pengikut. 4. IndividualizedattentionKepedulian secara perorangan. Pemimpin memperhatikan kebutuhan karyawannya dan membantu karyawannya agar bisa maju dan berkembang dalam karir dan kehidupan mereka. Dimana: a pemimpin memperhatikan kebutuhan psikososial karyawan yang dipimpinnya; b memfasilitasi kebutuhan psikologi karyawan; c menunjukkan rasa simpati dan mencari solusi pada permasalahan yang dihadapi pengikut; d memperlakukan pengikut dengan rasa hormat; e mengkaji dan meneliti kemampuan dan kekurangan pengikut serta mngembangkannya; f mengapresiasi pengikut yang telah bekerja dengan baik. Dengankepemimpinantransformasionalinspirasional, pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadappemimpin dantermotivasimelakukanlebihdaripadayang diharapkan, Sedarmayanti, 2010:186. 2.1.3 Kepribadian 2.1.3.1 Pengertian Kepribadian Fromm dalamAlma,2011:78menyatakan bahwakepribadian adalah keseluruhankualitas psikis seseorangyang diwarisinyadanmembuat orang tersebut menjadi unik dan berbeda dengan yang lainnya. Kepribadian bersifat unik dan Universitas Sumatera Utara konsistensehinggadapatdigunakanuntukmembedakanantara individu yangsatudengan individu lainnya. Keunikaninilahyangmenjadikan kepribadian sebagaivariabelyang seringdigunakanuntukmenggambarkandiri individuyangberbeda dengan individu lainnya. Alisyahbana dalam Alma,2011:79menyatakanbahwa kepribadianadalah keseluruhankarakteristikdiriseseorang,bisaberbentukpikiran,perasaan,kata hati,temperamendanwatak.Seorangwirausahayangsuksesmemiliki karakteristik kepribadianyangkhusus yang membedakannya dari orang lain. Scarboroughdan Zimmerer dalam Suryana,2006:24 mengemukakan delapan karakteristik kepribadiandari seorang wirausahasuksesyakni: 1. Desireforresponsibilityyaknimemilikirasatanggungjawabatasusaha- usahayangdilakukannya. 2. Preference for moderate risk yakni memilih resiko yangmoderatdan telahdiperhitungkandantidakmengambilresikoyang terlalurendahatau terlalu tinggi. 3. Confidence in their ability to success yakni percaya bahwa dirinya bisa meraih kesuksesanyang diinginkannya. 4. Desireforimmediatefeedbackyaknimemilikikeinginan untuk segera mendapatkan umpan balik. 5. Highlevel of energy yakni memiliki semangat dan energi yang tinggi untuk bekerja keras mencapai tujuannya. 6. Futureorientationyakniberorientasi padamasadepan danjangka panjang. 7. Skill oforganizingyaknimempunyaiketrampilan mengorganisir sumber- Universitas Sumatera Utara sumberdayauntuk mencapai tujuannya. 8. Valueofachievementovermoneyyaknilebihmenghargaiprestasi dibandingkan uang. Oleh karena itu diperoleh kesimpulan bahwa kepribadian adalah keseluruhankarakteristikdiriseseorang,bisaberbentukpikiran,perasaan,kata hati,temperamendanwatak yang menjadi keunikan yang membedakannya dari individu lain. 2.1.3.2Dimensi Kepribadian Lawrence 2010:263 menjelaskan 5 faktor kepribadian. Dimana 5 faktor kepribadian tersebut terdiri dari sebagai berikut: a. TingkatKeluwesandan KenyamanandalamInteraksi Extraversion Dimensi ini mengungkapkantingkat kenyamananseseorangdalam berhubungandenganindividulain.Individuyangmemiliki sifat ekstraversi cenderungsukahidupberkelompok, tegas di dalam bertindak,danmudahbersosialisasi. Sebaliknya,individuyangmemiliki sifatintrovertcenderungsukamenyendiri, penakut,danpendiam. Individudengankarakteristikini memilikikepribadianyangoutgoing,banyak bicara, dansangatmudahbesosialisasi sehingga jikamelihat kepribadiannya, individudengankarakeristikextraversionakanmemiliki banyakteman.Begitu puladidalamorganisasi,karyawandengankepribadiansepertiini akanmudah beradaptasiterhadaplingkungankerjanya. Universitas Sumatera Utara b. StabilitasemosiNeurotiscm Dimensiini menilai kemampuanseseoranguntukmenahanstress.Individudengan stabilitas emosi yangpositifcenderungtenang, percayadiri,danmemiliki pendiriandiri yangteguh.Sementaraitu,individudnganstabilitasemosi yangnegatifcenderungmudahgugup,khawatir,depresi,dantidakmemiliki pendirianyang teguh. Didalam organisasi, individu dengan stabilitas emosi yang tinggi akan mudahmenyelesaikantugasmaupunkonflikdidalamorganisasi tersebut karena memilikikepribadianyangrileksdantidakmudahkhawatir. c. TingkatKeterbukaanOpennesstoexperience Dimensiini mengelompokkanindividu berdasarkanlingkup minatdanketertarikannyaterhadaphal-halbaru.Individu yang sangat terbukacenderung kreatif,ingintahu, dan sensitif terhadaphal-hal yangbersifatseni. Sebaliknya,merekayangsifatketerbukannya kurang cenderungmemiliki sifatkonvensional danmerasanyamandenganhal-hal yang telah ada. d. TingkatPersetujuanAgreeableness Dimensi inimerujuk padakecenderungan individu untuk patuh terhadap individulainnya.Individuyangsangat mudahbersepakatadalahindividuyang senangbekerjasama, hangat, dan penuhkepercayaan.Sementaraitu,individu yangtidak mudahbersepakatcenderungbersikapdingin, tidakramah, dan suka menentang. Dalamorganisasi, karyawanyangmemilikiagreeablenessyangtinggi Universitas Sumatera Utara dapat bekerjasamadengankaryawanlaindenganbaikkarena memilikisifatyang sopan, ramah,danpedulisehingga meningkatkanproduktifitaskinerjadidalam organisasiitu. e. TingkatKeseriusanConscientiousness Dimensiini merupakan ukurankepercayaanindividuyang bertanggung jawab,teratur, dapat diandalkan, dan gigih.Sebaliknya,individudengan sifat berhati-hatiyangrendahcenderungmudahbingung,tidakteratur dantidakbisa diandalkan. Individudengan kepribadianconscientiousnessyangtinggi di dalam organisasi,akanmenjadikaryawanyangteladankarenamemilikidisiplindiri yangtinggi danmenjadi karyawanyang dapatdiandalkanjikadiberikantugas- tugasyangcukupberat. Dari kelimatipekepribadiandiatas,dapat disimpulkanbahwa semakintinggi tingkatdari kelimaperilakutersebut makamenunjukkanindikasi positifbagi organisasi.Sebaliknya, individuyangmemiliki tingkat kelimaperilakudiatas rendahmakamunujukkankepribadianyangnegatifbagiorganisasi.

2.1.3.3 Faktor–Faktor yang MemengaruhiKepribadianPersonality

Waluya 2007:74-80 mengungkapkan, adanya perbedaan kepribadian setiapindividusangatlah bergantung padafaktor-faktoryang memengaruhinya. Kepribadianterbentuk,berkembangdanberubahseiringdengan proses sosialisasiyangdipengaruhiolehfaktor-faktorsebagaiberikut. a. FaktorBiologis Beberapapendapat menyatakanbahwabawaan biologisberpengaruh Universitas Sumatera Utara terhadappembentukankepribadian.Semuamanusiayangnormal dan sehat memiliki persamaanbiologistertentu,seperti memiliki duatangan,panca indera, kelenjarseksual,danotakyangrumit. Faktor biologisyang palingberpengaruhdalampembentukankepribadian adalah jikaterdapat karakteristikfisikunikyangdimiliki olehseseorang.Perlu dipahami bahwa faktor biologis yang dimaksudkan dapat membentuk kepribadianseseorang adalahfaktor fisiknyadanbukanwarisangenetic. Kepribadianseorang anakbisa saja berbeda denganorangtua kandungnya bergantungpadapengalamansosialisasinya. b. FaktorGeografis Faktorlingkunganmenjadisangatdominandalammemengaruhikepribadian seseorang.Faktorgeografisyang dimaksudadalah keadaanlingkunganfisik iklim, topografi, sumber daya alamdanlingkungansosialnya.Keadaan lingkungan fisik atau lingkungan social tertentu memengaruhi kepribadian individuataukelompokkarenamanusiaharusmenyesuaikandiri dengan lingkungannya. Selarasdenganhal tersebut,begitupulayangterjadi di lingkungan organisasi.Bahwalingkungan kerja sangat memengaruhi perilakuindividudalam organisasitersebut. c. FaktorKebudayaan Kebudayaan mempunyai pengaruhbesarterhadapperilakudankepribadian seseorang,terutamaunsur-unsur kebudayaanyangsecaralangsung memengaruhi individu.Kebudayaan dapatmenjadi pedomanhidupmanusiadan alat Universitas Sumatera Utara untukmemenuhikebutuhan-kebutuhannya. Oleh karena itu, unsur-unsur kebudayaanyangberkembangdi masyarakat dipelajari olehindividuagar menjadi bagiandari dirinyadaniadapatbertahanhidup. Prosesmempelajari unsur-unsurkebudayaansudahdimulai sejakkecil sehinggaterbentuklah kepribadian-kepribadianyangberbeda antarindividuataupun antarkelompok kebudayaansatudenganlainnya. Walaupun perbedaan kebudayaan dalamsetiapmasyarakatdapat memengaruhi kepribadianseseorang, parasosiologadayang menyarankan untuktidakterlalumebesar-besarkan karenakepribadianindividubisasaja berbedadengankepribadiankelompokkebudayaanya. d. FaktorPengalaman Kelompok Pengalaman kelompokyang dilalui seseorang dalamsosialisasi cukup penting perannya dalammengembangkan kepribadian. Kelompokyangsangat berpengaruhdalamperkembangan kepribadianseseorangdibedakan menjadi duasebagaiberikut. 1 KelompokAcuanKelompok Referensi Sepanjanghidupseseorang,kelompok-kelompoktertentudijadikanmodel yangpentingbagi gagasanataunorma-normaperilaku.Dalamhal ini, pembentukankepribadianseseorang sangatditentukanolehpola hubungandengankelompokreferensinya, contohnyakeluarga. 2 KelompokMajemuk Kelompokmajemukmenunjukpadakenyataanmasyarakatyang lebih beranekaragam.Dengankatalain,masyarakat majemukmemiliki kelompok- Universitas Sumatera Utara kelompokdenganbudayadan ukuranmoralyang berbeda- beda. e. FaktorPengalaman Unik Pengalamanunikakanmemengaruhikepribadianseseorang.Kepribadian ituberbeda-beda antara satu dan lainnyakarenapengalaman yang dialami seseorangituunikdantidakseorang punmengalami serangkaianpengalaman yangpersissama. 2.1.3.4Tipe-tipeKepribadianTypes ofPersonality Robbins 2008:130 memaparkan bahwa terdapat sejumlah upaya awal untuk mengidentifikasisifat-sifat utamayangmengatur perilaku. Akan tetapi, seringnya,upayainisekedar menghasilkandaftarpanjangsifatyangsulituntuk digeneralisasikan danhanyamemberikan sedikitbimbingan praktisbagi para pembuat keputusanorganisasional. Duapengecualian adalah Myers-Briggs Type IndicatordanModelLimaBesar.Selama20tahunterakhir, dua pendekataninitelahmenjadi kerangkakerjayangdominan untuk mengidentifikasidanmengklasifikasikansifat-sifatseseorang. 1Myers-BriggsTypeIndicator Adalahteskepribadianyang menggunakan empat karakteristikdanempat karakteristiktersebutadalahsebagaiberikut. a. EkstravervesusIntrover Individudengankarakteristikekstraverdigambarkan sebagaiindividu yangramah,suka bergaul,dantegas,sedangkanindividuintrover digambarkansebagai individuyangpendiamdan pemalu b. Sensitif versusIntuitif Universitas Sumatera Utara Individudengankarakteristiksensitifdigambarkansebagai individuyang praktisdanlebihmenyukai rutinitasdan urutan.Mereka berfokuspada detail.Sebaliknya, individudengankarakteristik intuitif mengandalkan proses- prosestidaksadardanmelihat“gambaranumum”. c. Pemikir versusPerasa Individuyangtermasukdalamkarakteristikpemikirmenggunakan alasan danlogikauntukmenanganimasalah,sedangkanindividu dengankarakteristikperasamengandalkannilai-nilaipribadimereka. d. MemahamiversusMenilai Individuyangcenderungmemilikikarekteristikmemahami menginginkan kendali danlebih suka duniamerekateratur danterstruktur, sedangkan individudengankarakteristikmenilai cenderunglebihfleksibel dan spontan. 2ModelLima Besar the Big FiveModelof Personality Myers-BriggsTypeIndicatorkurangmemilikibukti pendukungyangvalid, tetapi hal tersebuttidakberlakupadamodel limakepribadian,yangbiasanya disebutModel LimaBesarBigFiveModelyang dimanatesini dilakukanoleh John Bearden. Sebagaimanayang dikemukakan oleh GriffindalamSaefullah, 2006:219,diantarapemahamanyangharusdiketahuiolehparamanajer adalah apayang dinamakansebagai “Model LimaDimensi Mengenai Kepribadian”the BigFiveModel ofPersonality.Modelini menjelaskan bahwapadadasarnya kepribadiandapatdiiddentifikasi darilimajenisperilakuyangterdapatdalam setiapindividu. Universitas Sumatera Utara 2.1.4 Organizational Citizenship Behaviour OCB 2.1.4.1 Pengertian Organizational Citizenship Behaviour OCB Huang 2012mengemukakantigakategoriperilakupekerja,yaitu:1 berpartisipasi,terikatdanberadadalamsuatuorganisasi; 2harusmenyelesaikan suatupekerjaandanbertindaksesuaidenganprinsip-prinsipyang diaturoleh organisasi;serta3melakukanaktivitasyang inovatifdanspontanmelebihipersepsi perannya dalamorganisasi.Kategoriterakhirlahyang sering disebutsebagai organizational citizenship behavior OCB atau the extra-role behavior. Organizational citizenship behavior OCB adalah perilaku ekstrayang lebihdaribiasanyadiluar rutinitaswaktuyang telahditetapkan dalamjobdesk karyawan, Bateman Organ dalamFitri, 2014:3. MenurutRobinsdanCoulter2010:36,PerilakuKewargaanOrganisasional adalah perilaku atas kehendak sendiri yang bukanmenjadi bagian dari tuntutan kerja formal tetapi mendorong efektivitas fungsi organisasi. Artinya bahwa perilakukewargaanorganisasional iniadalah suatuperilakukaryawanyang melebihiapa yang distandarkan oleh perusahaan organisasi. DalamAbzari2011:97Organ “mendefinisikanperilaku organizational citizenshipsebagaiperilakuyang bukan termasuktugas formalorganisasitetapi mempengaruhikinerjaorganisasi”. Smith et all dalam Indhira, 2013:24 mengatakan bahwa kebanyakan dari perilaku yang mencerminkan organizational citizenship behavior tidak mudahdiaturdenganskema insentifindividu,karenaperilakusepertiitusering Universitas Sumatera Utara kaburdansulituntukmengukurnya.Perbedaanyangmendasarantaraperilaku in- roledanextra-roleterletakpadahasilyang diperolehataupenghargaan.Perilaku in- role biasanya dihubungkan dengan penghargaan dan hukuman sanksi, sedangkanperilaku extra-role tidak dihubungkan dengan penghargaan yang akan diterima. Oleh karena itu, OCB merupakan perilaku yang berkaitan dengan pilihan pribadi apabila seorangkaryawanmenunjukkanperilakutersebut,makaia akanmerasakankepuasandidalam dirinyasendiridanapabilatidakmenunjukkan perilaku tersebut tidak akan menyebabkan hukuman dalamorganisasi. Berdasarkanpengertianyangtelahdideskripsikanolehbeberapapeneliti terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. OCB merupakan perilaku extra-role atau perilaku di luar peranan job description yang telah ditentukan oleh perusahaan, timbul karena adanya sikap prososial dan atas dasar kerelaan pribadi dari karyawan. 2. Perusahaantidakmengaturpenghargaanrewardatausanksipunishment yang akan diberikan kepada karyawan berkaitan dengan OCB, karena pada dasarnya perilakuini kabur dan sulit diukur. Oleh karena itu, karyawan yang menunjukkan perilaku OCB tidak akan mendapat suatu penghargaan dari perusahaan, begitu pula sebaliknya karyawan yang tidakmenunjukkanperilaku OCB tidak akan mendapatkan hukuman dari perusahaan. 3. Perilaku yang menunjukkan OCB merupakan umpan balik yang diberikan karyawanatasperlakuanbaikyangditerimanya dari perusahaan. Perilaku OCB muncul dikarenakan adanya perasaan sebagai bagian dari Universitas Sumatera Utara organisasidanmerasapuasapabiladapatmembantuoranglainataurekan kerja. Begitupulaapabilaperusahaan kurangmemberikanperhatianterhadap apayangdiinginkankaryawan,makaperilakuOCBdiantarakaryawanpun akan jarang terlihat. AdanyaOCBdidalam perusahaandapatmeningkatkanefektivitasperusahaan baiksecarakuantitatifmaupunkualitatif,karenamelaluiOCBakan terbentuk kerjasama timyangsemakin kuat di antara karyawan.

2.1.4.2 Dimensi Organizational Citizenship Behavior OCB

Penelitian mengenai OCB telah banyak dilakukan, beberapa dimensi OCB dikemukakansecaraberbeda-bedadidalam setiappenelitianyangdilakukan. Melalui dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh peneliti terdahulu perilaku OCB di antara karyawan dapat terdeteksi dengan jelas agar selanjutnya dapat terus dilakukan upaya-upaya oleh perusahaan untuk menjaga perilaku positif ini. Organ dalamDjati,2010 mengidentifikasi lima dimensi Citizenship Behavior sebagai berikut: 1. Perilaku Membantu Altruisme: yaitu bersedia secara sukarela membantu anggota yang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas organisasi. Terutama rekan kerja yang beban kerjanya overload. Dimensiinimengarahpadamemberi pertolongan yang bukan merupakan kewajiban yang ditanggungnya. Sukarela yang dimaksud disini bahwa karyawan tidak menuntut balasan dari rekan yang dibantunya. Contoh: bersedia membantu mengerjakan laporan milik rekan kerja yang pada hari ini tidak dapat masuk kerja karena sakit atau bersedia menggantikan tugas Universitas Sumatera Utara rekan kerja untuk sementara pada jamistirahat. 2. Kesadaran conscistentioussness: yakni menjalankan peran-peran yang diberikan dengan tingkat kerajinan melebihi yang diharapkan. Dimensi ini menjangkau jauh diatas dan jauh ke depan dari panggilantugas. Karyawan dalam hal ini suka berkontribusi dalam hal apapun demi kemajuan perusahaan.Contoh:seorangkaryawanbagian cleaningservicebersedia untukmembantukaryawanlainyangmembutuhkanfoto copydokumen- dokumen yang dibutuhkannya. 3. Sikap sportif sportmanship: tidak banyak mengeluh atau menggerutu di belakang. Seseorang yang mempunyai tingkatanyangtinggidalamdimensiiniakanmeningkatkaniklim yangpositif diantarakaryawan,karyawanakanlebih sopan dan bekerja samadengan yang lain sehingga akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan. Dalam hal ini, karyawan sangat mengutamakan kepentingan perusahaan. Contoh: Apabila terjadi pergantian kepemimpinan perusahaan yang baru dan berdampak pada diubahnya sebagian dari kebijakan dari kepemimpinan lama yangdirasakurangsesuaidengankeinginan karyawan saatini, karyawan berusahauntukberadaptasidengancepat dantetapmemberikankinerjaterbaik tanpa membicarakan sisi negatif pemimpin baru dengan karyawan lainnya yang justru akan menurunkan kinerja karyawan lain. 4. Keterbukaan courtesy: kesediaan menyampaikan informasi kepada yang Universitas Sumatera Utara lain. Seseorang yang memiliki dimensi itu adalah orang yang menghargaidanmemperhatikanoranglain karena menyadari keterbatasan setiap orang dalam keberagamannya. Karyawan juga toleransi dan tenggang rasa dengan orang lain, dan biasanya berani berterus terang dan tidak menutup-nutupi baik kesalahan yang dilakukan maupun yang dilakukan orang lain. Contoh: selalu menyapa rekan dan memberikansenyuman kepadarekan kerja merupakan salah satu cara kecil dalam membinahubunganbaikdengansesamarekankerja.Selainitu, mengadakanpertemuandiluarjam kerjadenganrekan-rekankerjayanglain untuk refreshing merupakan salah satu perwujudan dimensi ini. 5. Rasa memiliki civic virtue: yakni merasa terlibat dalam hal-hal yang mempengaruhi nasib organisasi. Dimensi inimengaruhpadatanggungjawabyangdiberikanorganisasikepada seorang untuk meningkatkan kualitas bidang pekerjaan yang ditekuni. Karyawan selalu proaktif dan siap memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk memperbaiki kinerja melebihi tuntutan perusahaan. Adanya sikap menoleransi pada setiap perubahan kebijakan perusahaan selama hal itu baik bagi pertumbuhan perusahaan. Contoh: mengikuti perubahan dalam organisasi, mengambil inisiatif untuk merekomendasikan bagaimana operasi atau prosedur-prosedur organisasi dapat diperbaiki, dan melindungi sumber-sumber yang dimiliki oleh organisasi. Universitas Sumatera Utara

2.1.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi OCB

Faktor-faktor yang mempengaruhi OCB antara lain: a. Budayadan IklimOrganisasi SloatNovliadi,2007berpendapatbahwa karyawan cenderung melakukantindakan yangmelampauitanggungjawabkerjamereka apabila merekmerasa puasdenganpekerjaannya.menerima perlakuan yang sportifdanpenuhperhatiandaripengawas,sertapercayabahwa merekadiperlakukanadiloleh organisasi. Iklim organisasi dan budaya organisasi dapat menjadi penyebabberkembangnyaOCBdalamsuau organisasi.Denganiklimorganisasiyang positif, karyawanmerasalebihingin melakukanpekerjaannyamelebihiapayang telahdisyaratkandalam uraianpekerjaan,danakanselalumendukung tujuanorganisasijika mereka diperlakukan oleh para atasan dengan sportif dan dengan penuhkesadaran serta percayabahwamerekadiperlakukan secara adil oleh organisasinya. Konovsky danPughNovliadi,2007menggunakanteori pertukaransosial socialexchange theory untukberpendapatbahwa ketika karyawantelahpuasterhadappekerjaannya,mereka akan membalasnya.Pembalasandarikaryawantersebuttermasukperasaan memiliki sense of belonging yang kuat terhadap organisasi dan perilakusepertiorganizational citizhenship. b. Kepribadian dan suasanahati Kepribadiandansuasana hatimempunyaipengaruh terhadap timbulnya OCBsecara individualmaupunkelompok.George Novliadi, 2007berpendapat Universitas Sumatera Utara bahwa kemauan seseorang untuk membantuorang lainjugadipengaruhisuasanahati.Kepribadian merupakan suatu karakteristik yang secara relatif dapat dikatakan tetap,sedangkansuasanahatimerupakankarakteristikyang dapat berubah- ubah.Sebuah suasanahatiyang positifakanmeningkatkan peluangseseoranguntukmembantu oranglain. Meskipun suasana hati dipengaruhi sebagian oleh kepribadian,ia juga dipengaruhi oleh situasi,misalnya iklimkelompok kerja dan faktor-faktor keorganisasian.Jadi,jikaorganisasi menghargaikaryawannyadanmemperlakukanmerekasecara adilserta iklimkelompokkerja berjalanpositifmakakaryawancenderung bearada dalamsuasana hatiyang bagus.Konsekuensinya,merekaakan secarasukarela memberikan bantuan kepeadaoranglainSloat, 1999. c. Persepsi terhadapdukungan organisasional StudiShore danWayneNovliadi,2007menemukanbahwa persepsi terhadapdukunganorganisasional PerceivedOrganizaional Support POS dapat menjadi faktoruntuk memprediksiOCB. Pekerja yangmerasabahwamerekadidukungolehorganisasiakan memberikan timbalbaliknyafeedbackdan menurunkan ketidakseimbangandalamhubungantersebutdenganterlibat dalam perilaku citizenship. d. Persepsi terhadap kualiasinteraksi atasan-bawahan Kualitas interaksiatasan-bawahan juga diyakinisebagaifaktor unuk Universitas Sumatera Utara memprediksi OCB. Miner Novliadi, 2007 mengemukakan bahwaineraksiatasan-bawahanyang berkualiastinggiakan memberikan dampakseperti meningkatkan kepuasan kerja, produktifitas, dan kinerjakaryawan. Riggio1990 menyatakan bahwa apabilainteraksiatasan- bawahanberkualiastinggimaka seseorang atasanakanberpandanganpositif terhadapbawahannyasehingga bawahannya akan merasakan bahwaatasannya banyak memberikan dukungandanmotivasi.Halinimeningkatkan rasa percaya danhormat bawahan pada atasannya sehingga mereka termotivasi untuk melakukan “lebih dari”yangdiharapkan oleh atasan mereka. e. Masakerja Greenberg danBaron2000mengemukakanbahwa karakteristik personal seperti masa kerja dan jenis kelamin berpengaruh pada OCB. f. Jenis kelamin KomradNovliadi,2007 mengemukakanbahwa perilaku sepertimenolongoranglain,bersahabatdanbekerja samadenganoranglainlebihmenonjoldilakukanolehwanitadaripada pria.Beberapa penelitianjuga menunjukkan bahwa wanita cenderung lebihmengutamakanpembentukanrelasidaripadapriadan lebih menunjukkan perilaku menolong dari pada pria. Temuan- temuantersebutmenunjukkanbahwaadaperbedaanyang cukup mencolok antara pria dan wanita dalam perilaku menolong dan interaksi sosial di tempat merekabekerja. Morrison1994Novliadi,2007jugamembuktikanbahwa ada perbedaanpersepsiterhadapOCBantara priadanwanita,dimana wanita Universitas Sumatera Utara mengganggapOCBmerupakanbagiandari perilakuin-role mereka dibanding pria. Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa wanita cenderungmenginternalisasiharapan-harapankelompok, rasa kebersamaandanaktivitas-aktiviasmenolong sebagaidaripekerjaan merekaDiefendorfe al,2002 dalam Novliadi, 2007. ShwetadanSrirang2010:26 juga menyajikansebuahtinjauanyang komprehensif berupa kerangka kerja untuk mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi OCB, diantaranya: 1 Disposisi individu danmotif individu Disposisiindividu sepertipositiveaffectivity,negativeaffectivity, conscientiousness, agreeableness, dan juga locus ofcontrolmemainkan perananpenting dalammenentukantingkatOCByang ditampilkanoleh pegawai. Selaindisposisiindividu,pegawaididorongoleh motivasibaik intrinsik atau ekstrinsik untuk menunjukkan OCB. 2 Kohesivitas kelompok Pegawai pada umumnya berhubungan langsung dengan kelompok kerja dalampekerjaannya.Halinisecarajelasmemberikanpengaruhpadasikap danperilakupegawaitersebut.Kohesivitaskelompokmendorong munculnya OCByang bertujuanuntuklebihmempererathubunganagarkelompok menjadi kuat dan efektif. 3 Sikap Pegawai OCBtergantung padasikappositifkaryawanterhadappekerjaanmerekaserta Universitas Sumatera Utara terhadaporganisasi,yang meliputi: a. Komitmen Organisasi Tingginyatingkatkomitmenorganisasitercermindalam keterlibatan pegawaidalampermasalahanorganisasidiluar penugasan secaraumum. b. KepuasanKerja Berbagaistudimenunjukkanhubunganyang positifantara kepuasankerja dengan OCB. 4 Kepemimpinan Transformasional Pegawaiyangterlibat dalamOCBadalahdalam kondisi manajer menampilkanperilaku kepemimpinantransformasionalseperti mempunyai visi, menjadi teladan, menyegarkan intelektual bawahan,dan mengkomunikasikan harapankinerjayang tinggi.Jelasbahwa munculnyaOCBpegawaibergantungpada efektivitas kepemimpinanyangberjalan dalam organisasi. 5 Keadilan Organisasi Keadilanorganisasimencerminkansejauhmana pegawaimerasa diperlakukanadilolehorganisasi.Organisasiyang mengikutiprinsip-prinsip umumkeadilanorganisasiakanmemastikan bahwa keadilandistributif, keadilan prosedural,dankeadilan interaksionaltelah memilikiukuranyang baikdalamorganisasi.

2.1.4.4 Kontribusi OrganizationalCitizenshipBehavior OCB

dalamPerusahaan OCB merupakan perilaku positif karyawan yang bersedia dengan Universitas Sumatera Utara keinginansendiriuntukmelakukankegiatan prososial, sekalipun itu di luar deskripsipekerjaannyadandiluarsistem penghargaanyangdiaturoleh perusahaan.Berdasarkandefinisi tersebut, tentu OCBmemilikibanyakkontribusi baik bagi huungan antar karyawan dan bagi efektivitas perusahaan. Hardaningtyasdalam Budiawan, 2012:6 menguraikan kontribusi OCB,sebagai berikut : 1.OCB meningkatkanproduktivitas rekan kerja a. Karyawan yang menolong rekan kerja lain akan mempercepat penyelesaian tugas rekan kerjanya, dan padagilirannya meningkatkan produktivitas rekan tersebut. b. Seiringberjalannyawaktu,perilakumembantuyangditunjukkankaryawan akan membantu menyebarkan best practice ke seluruh unit kerja atau kelompok. 2.OCB meningkatkan produktivitas manajer a. Karyawan yang menampilkanperilaku civicvirtue akanmembantumanajer mendapatkan saran dan atau umpan balik yang berharga dari karyawan tersebutuntukmeningkatkan efektivitas unit kerja. b. Karyawanyangsopandanmenghindarikonflikdenganrekankerjaakan menolongmanajerterhindardari krisis manajemen. 3.OCBmenghematsumberdayayangdimilikimanajemendanorganisasisecara keseluruhan. a. Jika karyawan saling tolong-menolong dalam menyelesaikan masalah dalam suatupekerjaansehingga tidak perlumelibatkan manajer, Universitas Sumatera Utara konsekuensinyamanajerdapatmemakai waktunya untuk melakukan tugas lain, seperti membuat perencanaan bagi organisasi. b. Karyawanlamayangmembantukaryawanbarudalam pelatihandan melakukan orientasi kerja akan membantu organisasi mengurangi biaya untuk keperluan tersebut. 4.OCBmembantumenghematenergisunberdayayanglangkauntukmemelihara fungsi kelompok. a. Keuntungan dari perilaku menolong adalah meningkatkan semangat, moral, dankerekatankelompok,sehinggaanggotakelompokataumanajertidak perlumenghabiskanenergidan waktuuntukpemeliharaan fungsi kelompok. b. Karyawanyangmenampilkanperilakucourtesyterhadaprekankerjaakan mengurangikonflikdalam kelompok,sehinggawaktuyangdihabiskan untuk menyelesaikan konflik manajemen berkurang. 5.OCB dapat menjadi sarana efektif untuk menkoordinasi kegiatan-kegiatan kelompok kerja. a. Karyawanyangmenampilakanperilakucivicvirtue,sepertimenghindari danberpartisipasiaktifdalam pertemuanunitkerjanya,akanmembantu koordinasi di antara anggota kelompok, yang akhirnyasecara potensial meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalamkelompok. b. Karyawanyangmenampilakanperilakucourtesy,sepertisalingmemberi informasitentangpekerjaandengananggotadaritim lainakanmenghindari munculnya masalahyang membutuhkan waktu dantenagauntuk diselesaikan. 6. OCB meningkatkankemampuanorganisasiuntukmenarik dan mempertahankan Universitas Sumatera Utara karyawan terbaik. a. Perilakumenolongdapatmeningkatkanmoral dan kerekatan serta perasaan salingmemilikidiantaraanggotakelompok,sehinggaakan meningkatkan kinerja organisasi dan membantu organisasi menarik dan mempertahankan karyawan yang baik. b. Memberi contoh pada karyawan lain denganmenampilkanperilaku sportmanship, misalnya tidak mengeluh karena permasalahan- permasalahankecil,akanmenumbuhkan loyalitasdan komitmen pada organisasi. 7.OCB meningkatkanstabilitas kinerja organisasi a. Membantutugaskaryawanyangtidakhadirditempatkerjaatauyang mempunyaibeban kerjaberatakan meningkatkan stabilitas, denga cara mengurangi variabilitas dari kinerja unit kerja. b. Karyawanyangconscientiouscenderungmempertahankantingkatkinerja yang tinggi secara konsisten, sehingga mengurangi variabilitas pada kinerja unit kerja. 8.OCBmeningkatkankemampuanorganisasiuntuk beradaptasidengan perubahanlingkungan a. Karyawan yang aktif hadir dan berpartisipasi pada pertemuan-pertemuan di organisasi akan membantu menyebarkaninformasi yang pentingdan harus diketahui oleh organisasi. b. Karyawanyangmenampilkan perilakuconcientiousness,misalnya kesediaanmemikultanggungjawabbarudan mempelajarikeahlianbaru, akan Universitas Sumatera Utara meningkatkan kemampuan organisasi beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya. Daribeberapateoriyangdikemukakan,makadapatdiungkapkansuatukerangka berpikiryangberfungsisebagaipenuntunalurpikirdandasarpenelitianiniyangsecara diagramik adalah sebagai berikut: 2.2 PenelitianTerdahulu Tabel 2.1 No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1 Mariman Darto, et al. 2015 TheEffectofTransform ationalLeadership,Rel igiosity, Job Satisfaction,and OrganizationalCultur eon Organizational CitizenshipBehaviora ndEmployeePerforma ncein theRegionalOfficesof NationalInstituteofPu blic Administration, Republicof Indonesia Transformational Leadership X 1 ReligiosityX 2 Job Satisfaction,X 3 OrganizationalC ulture X 4 Organizational CitizenshipBehav iorY 1 EmployeePerfor mance Y 2 SmartPLSs oftware Kepemimpinan Transformasional, dan Budaya Organisasi berpengaruh Signifikan terhadap OCB 2 Muhdar, HM dan St. Rahma 2015 The Influence of Spiritual Intelligence, Leadership, and Organizational Culture on Organizational Citizenship Behavior: A Study to Islamic Bank in Makassar City Spiritual Intelligence X 1 Leadership X 2 Organizational Culture X 3 Organizational Citizenship Behavior Y Analisis Deskriptif Budaya Organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB 3 Setyo Sardjono, et al. The EffectofTransformatio nalLeadership, Superior Subordinate Transformational Leadership X 1 Superior Generalize dStructured Component Analysis Kepemimpinan Transformasional berpengaruh positif dan Universitas Sumatera Utara Towards OrganizationalCitizen shipBehaviorandEmpl oyee Performance onemployees ofPTTimah Persero Tbk OrganizationalCi tizenshipBehavio r Y 1 Employee Performance Y 2 4 AA. Ngr. Bayu Suranatha, Komang Ardana 2014 Pengaruh KepemimpinanTransf ormasional dan KomitmenOrganisasit erhadapKepuasanKerj a KaryawandanOrganiz ationalCitizenship BehaviorOCB padaBalekaResortHot elSpa Legian KepemimpinanT ransformasional X 1 KomitmenOrgan isasi X 2 KepuasanKerja KaryawanY 1 OrganizationalC itizenship BehaviorOCB Y 2 AnalisisJal urPathAna lysis KepemimpinanTr ansformasional berpengaruh positif danSignifikan terhadapCitizensh ip BehaviorOCB 5 Yohanas Oemar 2013 PengaruhBudayaOrgan isasi,KemampuanKerja danKomitmenOrganis asiterhadapOrganizati onalCitizenhsipBehavi orOCB PegawaipadaBAPPED AKotaPekanbaru Budaya Organisasi X 1 Kemampuan Kerja X 2 Komitmen Organisasi X 3 OCB Y Analisis Regresi Linier Berganda BudayaOrganisasi, BerpengaruhPositi fDanSignifikan terhadap OrganizationalCit izenship Behavior OCB. 6 Herman Sjahruddi n, et al. 2013 Personality Effect on Organizational Citizenship Behaviour OCB: Trust in Manager and Organizational Commitment Mediator of Organizational Justice in Makassar City Hospitals Personality X Organizational Citizenship Behaviour OCB Y Analisis Regresi Linier Berganda Kepribadian, berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB 2014 Relationship,JobSatisf actionandWillingCoop eration Subordinate Relationship X2 JobSatisfaction X 3 WillingCooperati onX 4 GSCA Signifikan terhadap OCB Universitas Sumatera Utara Indonesia Sumber: berbagai penelitian terdahulu

2.3 Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Persepsi Kualitas Interaksi Atasan-Bawahan Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan PT. Perkebunan Nusantara II (persero) Kebun Limau Mungkur Medan

5 85 136

Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior Karyawan Harian Waspada Medan

16 177 137

Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada Karyawan Auto2000 Cabang Gatot Subroto Medan

1 28 91

Organizational Citizenship Behavior Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Kualitas Interaksi...

0 36 36

Pengaruh Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kepribadian Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan PT. Bank Sumut (Persero) Cabang Utama Medan

0 0 14

Pengaruh Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kepribadian Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan PT. Bank Sumut (Persero) Cabang Utama Medan

0 0 2

Pengaruh Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kepribadian Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan PT. Bank Sumut (Persero) Cabang Utama Medan

0 0 9

Pengaruh Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kepribadian Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan PT. Bank Sumut (Persero) Cabang Utama Medan

0 0 46

Pengaruh Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kepribadian Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan PT. Bank Sumut (Persero) Cabang Utama Medan

0 0 4

Pengaruh Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kepribadian Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan PT. Bank Sumut (Persero) Cabang Utama Medan

0 0 24